Selasa, 25 April 2017

Menteri pertahanan, kepala staf militer Afghanistan mundur setelah serangan



Menteri pertahanan, kepala staf militer Afghanistan mundur setelah serangan
Presiden Afganistan, Mohammad Ashraf Ghani. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)



Kabul (CB) - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menerima pengunduran diri menteri pertahanan dan kepala staf militer pada Senin, setelah lebih dari 140 tentara tewas dalam serangan Taliban di pangkalan angkatan darat pekan lalu, kata kantor kepresidenan.

"Menteri Pertahanan Abdullah Habibi dan Kepala Staf Militer Qadam Shah Shahim segera mengundurkan diri," demikian pengumuman istana kepresidenan di akun Twitter resmi mereka.

Shah Hussain Murtazawi, penjabat juru bicara Ghani, mengatakan kedua pejabat mengajukan pengunduran diri karena serangan pada Jumat di kota Mazar-i-Sharif.

Sedikitnya 140 tentara tewas dan banyak lainnya cedera akibat serangan itu menurut pejabat di Mazar-i-Sharif pada Sabtu. Pejabat lain mengatakan jumlah korban tewas kemungkinan bertambah, demikian menurut warta kantor berita Reuters. 




Credit  antaranews.com




Serangan Taliban tewaskan 140 tentara di Afghanistan


Serangan Taliban tewaskan 140 tentara di Afghanistan
ilustrasi: Asap terlihat dari lokasi ledakan dan tembakan antara pasukan Taliban dan Afganistan di PD 6 di Kabul, Afganistan, Rabu (1/3/2017). (REUTERS/Mohammad Ismail )

Mazar-I-Sharif/Kabul, Afghanistan (CB) - Sedikitnya 140 tentara Afghanistan tewas oleh para penyerang Taliban yang menyamar dengan mengenakan seragam militer, kata sejumlah pejabat, Sabtu.

Serangan tersebut kemungkinan merupakan yang paling maut yang pernah terjadi pada pangkalan militer Afghanistan.

Seorang pejabat di kota utara Mazar-i-Sharif, tempat insiden terjadi, mengatakan pada Sabtu bahwa setidaknya 140 tentara terbunuh dan banyak lainnya mengalami luka. Sejumlah pejabat lainnya mengatakan jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat.

Mereka mengungkapkan informasi itu dengan syarat jati dirinya tidak diungkapkan berhubung pemerintah belum mengeluarkan jumlah yang pasti menyangkut data korban tewas.

Kementerian pertahanan mengatakan lebih dari 100 tentara terbunuh atau terluka.

Serangan itu menyorot pergulatan pemerintah Afghanistan dan para pendukung internasionalnya dalam upaya menangani pemberontakan Taliban yang telah mencengkeram Afghanistan selama lebih dari sepuluh tahun.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengunjungi pangkalan pada Sabtu. Dalam pernyataan melalui jaringan internet, ia mengutuk serangan itu sebagai tindakan "pengecut" dan pekerjaan "orang-orang yang tidak beragama".

Sebanyak 10 gerilyawan Taliban mengenakan seragam tentara Afghanistan dan mengemudikan kendaraan-kendaraan militer. Mereka berhasil masuk ke pangkalan dan melancarkan tembakan ke arah para tentara, yang sebagian besar dalam keadaan tidak bersenjata. Tentara-tentara itu sedang makan dan meninggalkan masjid setelah melaksanakan shalat Jumat ketika mereka diserang, menurut beberapa pejabat.

Para penyerang menggunakan granat roket dan senapan serta beberapa rompi bunuh diri yang dipenuhi bahan peledak, kata para pejabat.

Saksi-saksi mata menggambarkan suasana yang diliputi kebingungan di lokasi karena para tentara tidak yakin siapa yang sedang melakukan penyerangan.

"Suasananya kacau dan saya tidak tahu harus melakukan apa," kata seorang personel angkatan darat yang terluka dalam serangan. "Ada tembakan dan ledakan di mana-mana."

Pangkalan itu merupakan markas besar Korps ke-209 Tentara Nasional Afghanistan. Korps itu bertanggung jawab atas banyak wilayah di Afghanistan utara, termasuk sebuah provinsi yang menjadi pertempuran sengit, Kunduz.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid pada Sabtu mengatakan serangan ke pangkalan itu merupakan pembalasan atas terbunuhnya beberapa pemimpin senior Taliban di Afghanistan utara.

Pada Sabtu, komando militer Amerika Serikat di Kabul mengatakan bahwa serangan udara oleh AS menewaskan seorang komandan Taliban, Quari Tayib, pada 17 April. Delapan anggota Taliban lainnya juga terbunuh dalam serangan, menurut pernyataan komando militer tersebut, demikian Reuters.




Credit  antaranews.com