Rabu, 12 April 2017

Sampaikan Ultimatum ke Rusia, Moskow Cela Menlu AS

Sampaikan Ultimatum ke Rusia, Moskow Cela Menlu AS
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson. Foto/Istimewa


MOSKOW - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia memberikan tanggapan atas kunjungan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), Rex Tillerson, ke Rusia. Kemlu Rusia mengatakan adalah hal yang tidak berguna mencoba berbicara dengan Moskow dalam kondisi membawa ultimatum.

"Bagi saya, setiap orang sudah mengerti bahwa tidak ada gunanya untuk melakukan perjalan ke Rusia dengan ultimatum. Itu hanya kontraproduktif," kata juru bicara Kemlu Rusia, Maria Zakharova, seperti dikutip dari Sputniknews, Rabu (12/4/2017).

Terkait komentar Tillerson di Italia yang mendesak Moskow untuk meninggalkan dukungan untuk pemerintah Suriah dan label presiden sebagai mitra yang tidak bisa diandalkan, Zakharova mengatakan: "Saya biasanya tidak melihatnya sebagai ultimatum."

Menlu yang juga Sekretaris Negara AS, Rex Tillerson, melakukan kunjungan ke Rusia. Kunjungan Tillerson itu untuk membawa pesan dari kekuatan dunia ke Moskow yang mengecam dukungan Rusia untuk Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Tillerson sebelumnya telah bertemu dengan menteri luar negeri dari kelompok negara-negara maju Kelompok Tujuh (G7) dan sekutu Timur Tengah di Italia. Mereka mendukung seruan bersama untuk Rusia agar meninggalkan Assad.

"Hal ini jelas bagi kami masa pemerintahan keluarga Assad akan segera berakhir. Kami berharap bahwa pemerintah Rusia menyimpulkan bahwa mereka telah bersekutu dengan pasangan tidak dapat diandalkan di Bashar al-Assad," kata Tillerson. 


Credit  sindonews.com



G-7 Ancam Rusia: Setop Dukung Assad atau Dihajar Sanksi

G-7 Ancam Rusia: Setop Dukung Assad atau Dihajar Sanksi
Para warga Khan Sheikhoun, Idlib, Suriah, yang terpapar senjata kimia. Negara-negara G-7 ancam Rusia dengan sanksi jika terus dukung rezim Suriah. Foto / REUTERS


LONDON - Inggris dan negara-negara lain yang tergabung dalam kelompok G-7 mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia jika terus mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Inggris dan negara-negara Barat lainnya menuduh rezim Suriah sebagai pelaku serangan senjata kimia yang renggut puluhan orang di Khan Sheikhoun, Idlib.

Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson telah bekerja bersama mitra-mitranya di G-7 untuk menyusun proposal yang menuntut penarikan pasukan Rusia dari Suriah. Proposal itu juga menekan Moskow untuk mengakhiri dukungannya kepada Assad.

Jika Rusia bersedia memenuhi tuntutan G-7, sebagai imbalannya, Moskow bisa bergabung kembali dengan kelompok negara-negara industri di dunia itu yang sebelumnya bernama G-8.

Rusia didepak dari G-8 setelah menganeksasi Crimea dari Ukraina pada tahun 2014. Ancaman kelompok G-7 terhadap Moskow itu dilaporkan surat kabar Times.

Tekanan terhadap Moskow mulai dirancang dalam pertemuan negara-negara industri tersebut yang berlangsung di Italia pada Senin (10/4/2017). Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson ikut bergabung dalam kelompok yang mengancam Rusia.

“Sudah terlihat minggu ini bahwa (Menlu) Tillerson dan (Presiden Donald) Trump telah mengatakan tidak ada masa depan bagi Assad, satu helai apa yang bisa keluar dari G7 adalah bahwa kita mengatakan Assad harus lengser,” kata seorang sumber di Kementerian Luar Negeri Inggris seperti dikutip Telegraph.

Tillerson yang hendak berkunjung ke Moskow sempat menyatakan sikapnya atas posisi Rusia yang selalu pasang badan untuk rezim Assad.

”Saya berharap Rusia berpikir hati-hati tentang melanjutkan aliansi dengan Bashar al-Assad karena setiap kali salah satu dari serangan-serangan mengerikan (Assad) akan menyeret Rusia lebih dekat untuk bertanggung jawab,” katanya kepada ABC, semalam. 



Credit  sindonews.com



Bawa Pesan Dunia Barat, Menlu AS Sambangi Rusia

Bawa Pesan Dunia Barat, Menlu AS Sambangi Rusia
Menlu AS, Rex Tillerson, melakukan kunjungan ke Rusia di tengah ketegangan terkait serangan Washington ke Suriah. Foto/Reuters


MOSKOW - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Rex Tillerson, melakukan kunjungan ke Rusia. Kunjungan Sekretaris Negara AS itu untuk membawa pesan dari kekuatan dunia ke Moskow yang mengecam dukungan Rusia untuk Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Tillerson dijadwalkan akan bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Moskow, Rabu. Kremlin mengatakan Tillerson tidak memiliki jadwal pertemuan dengan Putin dalam perjalanan ini, meskipun beberapa media Rusia melaporkan pertemuan tersebut dapat terjadi seperti dikutip dari Reuters, Rabu (12/4/2017).

Tillerson sebelumnya telah bertemu dengan menteri luar negeri dari kelompok negara-negara maju Kelompok Tujuh (G7) dan sekutu Timur Tengah di Italia. Mereka mendukung seruan bersama untuk Rusia agar meninggalkan Assad.



"Hal ini jelas bagi kami masa pemerintahan keluarga Assad akan segera berakhir. Kami berharap bahwa pemerintah Rusia menyimpulkan bahwa mereka telah bersekutu dengan pasangan tidak dapat diandalkan di Bashar al-Assad," kata Tillerson.

Ia mengatakan Rusia telah gagal dalam perannya sebagai sponsor kesepakatan dari 2013 di mana Assad berjanji untuk menyerahkan senjata kimia.

Rusia mengatakan bahan kimia yang menewaskan warga sipil pekan lalu milik pemberontak, bukan pemerintah Assad, dan menuduh Amerika Serikat dari agresi ilegal di dalih palsu.

Negara-negara Barat telah menyerukan Assad untuk lengser sejak 2011, masa-masa awal perang saudara yang telah menewaskan 400 ribu orang. Konflik di Suriah juga menciptakan krisis pengungsi terburuk di dunia.

Posisi Assad di medan perang menjadi jauh lebih kuat setelah Rusia bergabung dengan perang untuk mendukungnya di tahun 2015. AS dan sekutunya sedang melakukan serangan udara di Suriah terhadap ISIS, tapi sampai minggu lalu Washington telah menghindari menargetkan pasukan pemerintah Assad langsung.

Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan bahwa kebijakan militer AS di Suriah tidak berubah dan tetap fokus untuk mengalahkan ISIS.



Credit  sindonews.com