Selasa, 18 April 2017

'Trump Lebih Menakutkan dari Kim Jong-Un'


'Trump Lebih Menakutkan dari Kim Jong-Un' 
Media Rusia menyebut Donald Trump lebih berbahaya dibanding Kim Jong-Un. (REUTERS/Carlos Barria)


Jakarta, CB -- Media Rusia, Rossiya 1, menarik dukungannya terhadap Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Setelah mengelu-elukan kemenangan Trump dalam Pemilu, televisi nasional Rusia itu, menyebut 'Trump lebih menakutkan daripada Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un'.

Melansir Reuters, alasan televisi Kremlin tak lagi mengidolakan Trump karena dua serangan bom yang diluncurkan Presiden AS itu ke Suriah dan Afghanistan.

Hilangnya dukungan media Rusia terhadap Trump terlihat dari sikap pembawa berita Rossiya 1, Dmitry Kiselyov, yang alih-alih bernada positif, melainkan penuh sentimen negatif.

Kiselyov, dalam laporannya usai kunjungan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson ke Moskow, Minggu (16/4) justru melontarkan kritik.


“Dunia hanya tinggal seujung kuku dari perang nuklir,” papar Kiselyov. “Perang bisa meletus kapan saja akibat konfrontasi dari dua orang, Donald Trump dan Kim Jong-Un. Keduanya berbahaya, tapi siapa yang lebih berbahaya? Trump.”

Sebelumnya, Kiselyov kerap memuji Trump karena independensinya dari arahan politik Amerika Serikat. Namun kini pandangan itu berubah.

Trump, ujar Kiselyov, ‘lebih impulsif dan tidak bisa ditebak’ dibandingkan Kim Jong-Un. Selain itu, dia juga menyebut keduanya punya kekurangan yang fatal, yakni keterbatasan pengetahuan hubungan internasional, tidak bisa ditebak dan siap perang.

Kim Jong-Un, menurut Kiselyov, lebih ‘jinak’ dibanding Trump karena masih terbuka untuk berdialog, tidak menyerang negara lain dan tidak mengirimkan kapal perang ke pesisir AS.

“Kim Jong-Un ada di rumahnya sendiri. Dia tidak merencakan untuk menyerang siapapun,” tegas Kiselyov.

Dia juga menyindir posisi Ivanka Trump yang kini berkantor di Gedung Putih dan menjadi asisten pribadi bagi ayahnya.

Di sisi lain, Kremlin enggan menyebut pihaknya sepaham dengan Kiselyov. Namun mengutarakan bahwa pendapat sang pembawa berita tidak sepenuhnya kontras dengan pemerintah.


“Pendapat [Kiselyov] tidak selalu sama dengan pemerintah,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Meskipun begitu, pendapat Kiselyov sedikitnya mengungkapkan ketidaksabaran Kremlin akan perilaku Trump, terutama dalam upayanya memperbaiki hubungan bilateral antara Washington dan Moskow.

Selain Rossiya 1, beberapa media lain juga tidak lagi bersikap ‘Trumpomania’. Bahkan, akibat hal itu, sentimen negatif warga Rusia terhadap Trump terus melonjak.

Jajak pendapat yang diadakan lembaga survei nasional Rusia, VTsIOM menyebut sentimen negatif terhadap Trump meningkat dari tujuh menjadi 39 persen dalam satu bulan terakhir. Warga Rusia secara umum juga kehilangan kepercayaan dan rasa hormat terhadap Trump.

“Serangan rudal AS ke Suriah bagaikan siraman air dingin bagi warga Rusia,” kata Valery Fedorov, Direktur VTsIOM, sembari menambahkan, “Perilaku agresif Trump meningkatkan sentimen negatif terhadap Amerika.”


Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, melemparkan kritik pedas pada Pyongyang atas ‘uji nuklir gegabah’. Dia juga menegaskan agar Amerika Serikat lebih bisa menahan diri.

“Saya harap aksi unilateral ke Suriah yang kita saksikan beberapa waktu lalu, tidak terjadi [di Korea Utara] dan AS akan kembali pada janji kampanye Donald Trump [untuk tidak mencampuri urusan negara lain],” tutur Lavrov.





Credit  CNN Indonesia