Kamis, 20 April 2017

Ubah Haluan Kapal Perang, AS Berupaya Redam Konflik Korut



Ubah Haluan Kapal Perang, AS Berupaya Redam Konflik Korut Kapal perang AS disebut tidak sedang menuju Korea Utara melainkan mengarah ke Australia untuk latihan militer bersama. (U.S. Navy/Getty Images)


Jakarta, CB -- Pemerintahan Donald Trump berupaya meredam suasana yang semakin meruncing di Semenanjung Korea dengan mengatakan kapal perangnya, sebenarnya menuju Australia untuk melakukan latihan militer bersama.

Sebelumnya, Presiden Trump menyebut bahwa kapal perang AS tengah berlayar menuju ‘utara’ dari Singapura. Hal itu, ujar Trump, dilakukan guna menggertak Pyongyang agar menghentikan ujicoba nuklir, yang akan mereka lakukan untuk ke-enam kalinya.

Keberadaan kapal perang AS yang tidak jauh dari pesisir Korea Utara membuat Kim Jong-Un berang. Dia menyebut negaranya siap berperang, bahkan tanpa ragu melakukan uji rudal usai perayaan hari besar dan menggelar parade militer yang memamerkan ragam senjata baru, termasuk misil balistik bawah air dan rudal antar benua.

“Kami telah mengirimkan armada perang. Mereka sangat kuat,” kata Presiden Trump, awal April, dikutip AFP.


Hal itu, ditambah pernyataan dari pejabat pemerintahan lainnya, termasuk Kepala Pentagon John Mattis, menimbulkan implikasi internasional bahwa AS siap melakukan intervensi militer ke Semenanjung Korea.

Namun, Angkatan Laut AS menyatakan pada Rabu (19/4) bahwa kapal perang mereka sebenarnya tidak menuju Korea Utara, melainkan hendak mengarah ke Australia, guna melakukan latihan militer bersama angkatan laut Negeri Kanguru.

Pejabat dari Kementerian Pertahanan pun menyebut USS Vinson tidak mungkin berada dekat Korea Utara hingga minggu depan.

Di sisi lain, Juru Bicara Gedung Putih Sean Spicer menyebut bahwa kapal perang AS memang menuju Korea Utara.

“Presiden mengatakan kita mengirimkan armada ke Semenanjung Korea. Armada itu sedang menuju ke sana,” kata Spicer, Rabu (19/4).


Mattis, yang sedang berada di Arab Saudi, juga mengonfirmasi bahwa USS Vinson akan segera tiba di Semenanjung Korea.

“Kami tidak begitu saja menginformasikan agenda armada, tapi saya juga tidak ingin main-main dan sembarangan mengubah jadwal,” kata dia.

“USS Vinson akan menuju Semenanjung Korea dan saya akan memastikan bahwa USS Vinson akan menjadi bagian dari pertahanan negara sekutu kami di Laut Pasifik.”

Pernyataan yang kontras itu membuat analis dan kritikus mengecam pemerintahan Trump atas miskomunikasi yang berbahaya. Mereka menyebut itu menciptakan persepsi bahwa AS hanya sekedar membual dan tidak akan melakukan ancaman.


Di sisi lain James Faeh, mantan Direktur Jenderal Pentagon di Korea saat pemerintahan Obama, menyebut pengiriman USS Vinson bukanlah keputusan mendadak, apalagi mengingat AS telah menempatkan perangkat militer dan puluhan ribu tentara di kawasan itu untuk menghadang Pyongyang, jika perlu.

Faeh menambahkan miskomunikasi pemerintahan Trump terkait Korea Utara sangat berisiko dan memperuncing suasana. Tapi, dia juga menyebut pengiriman armada ke arah kawasan juga bukan merupakan ‘keputusan yang luar biasa’.

Korea Utara menggelar parade militer besar-besaran guna merayakan Hari Matahari dan kelahiran pendiri negara Kim Il Sung, 15 April. Mereka juga berencana melakukan ujicoba nuklir untuk ke-enam kalinya.

Tapi, ujicoba itu belum terlaksana. Alih-alih, Kim Jong-Un melakukan ujicoba rudal balistik yang meledak hanya beberapa saat setelah diluncurkan.




Credit  cnnindonesia.com