Rabu, 17 Mei 2017

Bocorkan rahasia negara, Trump terancam digugat partainya sendiri


Bocorkan rahasia negara, Trump terancam digugat partainya sendiri
Wakil Presiden Mike Pence (ki) dan Ketua DPR Paul Ryan (ka) mendengarkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan pidato pertamanya dalam sesi gabungan Kongres dari mimbar pidato di Washington, Amerika Serikat, Selasa (28/2/2017). (REUTERS/Jim Lo Scalzo/pool/cfo/17)


Jakarta (CB) - Untuk kedua kali dalam satu pekan, Presiden Donald Trump kembali menyampaikan pernyataan yang berbeda dari bawahan-bawahannya sendiri di Gedung Putih yang kepayahan meredam kemarahan akibat pembocoran rahasia negara oleh Trump kepada Rusia di Gedung Putih pekan lalu.  Menurut CNBC, kasus yang satu ini bisa membuat Trump kehilangan dukungan dari partainya sendiri, Republik.

Simpang siur Trump dengan Gedung Putih itu terjadi menyusul laporan Senin lalu bahwa sang presiden telah membocorkan informasi rahasia kepada para pejabat Rusia yang kemudian dibantah oleh penasihat keamanan nasional H.R. McMaster.

"Kabar yang muncul malam ini sebagaimana telah dilaporkan adalah tidak benar," kata dia kepada wartawan. "Saya (saat itu) ada di Ruang Oval. Tidak terjadi pembocoran."

Namun uniknya Selasa pagi waktu AS, Trump malah mengeluarkan penyataan di Twitter yang berseberangan dengan bantahan McMaster, bahwa dia memang berbagi informasi dengan Rusia.

"Sebagai presiden, saya ingin berbagi dengan Rusia (lewat pertemuan terjadwal yang terbuka di Gedung Putih) di mana saya punya hak mutlak menyikapi fakta yang berkaitan dengan terorisme dan keselamatan penerbangan maskapai," cuit Trump. "Alasan kemanusiaan, ditambah keinginan saya agar Rusia untuk semakin meningkatkan perang melawan ISIS dan terorisme."

Reaksi para politisi Republik terhadap kabar pembocoran rahasia negara ini sendiri beragam, namun umumnya mencoba bersikap hati-hati.

"Membocorkan sumber (intelijen) adalah hal yang tak boleh Anda lakukan. Untuk itulah kita menyimpan rapat informasi yang kita dapatkan dari sumber-sumber intelijen," kata Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri Senat Bob Corker, Republiken daerah pemilihan Tennessee.

Sedangkan Ketua Mayoritas Senat, Mitch McConnell dari Republik daerah pemilihan Kentucky, berkata, "Saya kira kita bekerja dengan tidak banyak drama dari Gedung Putih pada banyak hal sehingga kita bisa bokus kepada agenda kita."

Beberapa politisi Republik lainnya berusaha menjaga jarak dari masalah ini dengan berkilah mereka sedang menantikan jawaban atas rahasia intelijen apa yang sebenarnya diberikan Trump kepada Rusia itu.

"Kami sama sekali tak tahu apa yang telah dibeberkan, namun melindungi rahasia negara kita adalah mutlak," kata Doug Andres, juru bicara Ketua DPR Paul Ryan yang juga dari Republik. "Ketua DPR mengharapkan penjelasan penuh mengenai fakta-fakta dari pemerintahan ini."

"Jika itu benar, saya akan bilang itu mencemaskan," kata Senator John McCain, Republiken dari Arizona yang selama ini menjadi pihak paling keras dalam mengkritik hubungan Trump dengan Rusia.

Sementara itu Senator Susan Collins, Republiken dari Maine, anggota Komisi Intelijen Senat, berkata, "Ini sangat serius, saya ingin tahun fakta-fakta apa (yang dibocorkan Trump kepada Rusia)."

Kehilangan dukungan dari partainya sendiri adalah tidak mengejutkan, kata Rick Tyler, pakar strategi politik Republik yang juga komentator MSNBC.  Dia berkata tak ada politisi Partai Republik yang membela bantahan McMaster. "Saya lihat Partai Republik tidak akan berusaha membelanya."

Dalam sepekan ini, antara mulut Trump dan mulut bawahannya di Gedung Putih sering tidak sejalan.

Dalam hal pemecatan Direktur FBI James Comey, Gedung Putih berkilah dasar keputusan Trump memecat Comey adalah rekomendasi seorang pejabat senior Departemen Keadilan. Tapi Trump malah mengungkapkan alasan dia memecat Comey adalah karena si direktur FBI tukang pamer.








Credit  antaranews.com