Kamis, 18 Mei 2017

Sistem Pertahanan Kontroversial AS Deteksi Rudal Korut


Sistem Pertahanan Kontroversial AS Deteksi Rudal Korut Sistem pertahanan anti-rudal AS, THAAD, mendeteksi rudal Korut. (U.S. Department of Defense, Missile Defense Agency/Handout via Reuters)


Jakarta, CB -- Pemerintah Korea Selatan menyebut peluru kendali terbaru yang diluncurkan oleh Korea Utara, akhir pekan lalu, sempat terdeteksi sistem pertahanan anti-rudal kontroversial milik Amerika Serikat yang dikerahkan di negaranya.

Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan Korsel Han Min-koo kepada Parlemen, sebagaimana dilaporkan Reuters, Rabu (17/5). Sistem pertahanan yang disebut Pertahanan Area Terminal Tinggi atau THAAD itu dikerahkan pada bulan lalu dan memicu kemarahan China.


China dengan keras menentang THAAD karena menganggap sistem tersebut bisa digunakan untuk memata-matai wilayahnya. Konkretnya, Beijing bahkan menjatuhkan tindakan keras terhadap perusahaan-perusahaan Korsel yang berinvestasi di negaranya, pasca-pengerahan senjata itu.

Han mengatakan peluncuran rudal Korut pada Minggu kemarin terdeteksi oleh sistem pertahanan kontroversial tersebut, menandakan penggunaan pertama kali persenjataan milik Negara Paman Sam itu.

Di sisi lain, pemerintahan Presiden AS Donald Trump terus meminta Pyongyang untuk menghentikan program pengembangan rudal dan nuklirnya, sementara Duta Besar Pelucutan Robert Wood menyatakan peran China sangat penting dalam mencapai tujuan tersebut.

Dia juga mengatakan China mesti meningkatkan upayanya dalam menjalankan peran itu.

Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, secara terpisah mengatakan pihaknya yakin bisa membujuk China untuk menjatuhkan snaksi baru terhadap Korea Utara. Dia juga memperingatkan, Washington akan menjatuhkan sanksi pada negara-negara yang mendukung Pyongyang.

Amerika Serikat juga telah berdiskusi dengan China soal kemungkinan penjatuhan sanksi baru untuk Korut, dua pekan lalu.

"Pembicaraan yang saya lakukan ... berhubungan dengan Beijing adalah jika (Korea Utara) melakukan hal lain dan jika mereka berupaya membuat rudal jarak jauh, yang mereka lakukan, dan jika mereka secara proaktif mencoba membuat ICBM (rudal balistik antarbenua), yang juga mereka lakukan, maka kami akan mengambil langkah," kata Haley.

"Saya yakin China akan sepakat dan kami akan satu suara soal cara mencapai tujuan itu," ujarnya. "Kami belum melihat langkah apapun dari mereka dalam sepekan terakhir tapi kami mendorong mereka untuk terus melangkah."

Berbicara pada wartawan sebelum pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB soal peluncuran rudal terbaru Korut, Haley menegaskan Washington hanya akan berbicara dengan Korut setelah negara itu menghentikan program nuklirnya.




Credit  CNN Indonesia