Kamis, 15 Juni 2017

Hacker Rusia Retas Sistem Pemungutan Suara di 39 Negara Bagian AS


Hacker Rusia Retas Sistem Pemungutan Suara di 39 Negara Bagian AS
Foto/Ilustrasi/Sindonews/Ian


WASHINGTON - Serangan siber Rusia terhadap sistem pemilihan Amerika Serikat (AS) mempengaruhi hampir 40 negara bagian pada pemilu 2016 lalu. Hal itu diungkapkan oleh sebuah sumber yang mengetahui tentang penyelidikan kasus ini.

Serangan siber tersebut menargetkan perangkat lunak yang digunakan oleh petugas pemungutan suara pada hari pemilihan. Serangan ini terjadi di 39 negara bagian. Jumlah itu, jika akurat, merupakan serangan yang jauh lebih besar daripada yang dilaporkan sebelumnya seperti disitat Independent, Kamis (15/6/2017).

Intercept baru-baru ini menerbitkan sebuah dokumen Badan Keamanan Nasional rahasia yang merinci percobaan peluncuran kampanye pemalsuan spear phishing di pemerintah daerah sebelum pemilihan AS. Laporan tersebut menyarankan bahwa hacker telah mengakses setidaknya satu pemasok perangkat lunak pemungutan suara AS.

Menurut Bloomberg, bagaimanapun, para hacker mengakses puluhan database pemilih dan setidaknya satu database pembiayaan kampanye.

Serangan itu begitu parah sehingga membuat pejabat administrasi Obama mengeluh langsung ke pemerintah Rusia melalui "telepon merah". Pemerintah khawatir para hacker akan menghapus daftar nama pemilih atau mengutak-atik proses pemungutan suara untuk mengurangi kepercayaan pada pemilihan.

"Hukum internasional, termasuk hukum untuk konflik bersenjata, berlaku untuk tindakan di dunia maya. Kami akan menganggap Rusia untuk memenuhi standar tersebut," kata Gedung Putih memperingatkan dalam sebuah pesan ke Moskow, NBC melaporkan.

Meski begitu, upaya peretasan tetap berlanjut bahkan setelah peringatan ini.

Seorang mantan pejabat intelijen AS mengatakan kepada Bloomberg bahwa tidak mungkin orang-orang Rusia belajar bagaimana mengubah suara secara benar di seluruh negeri dalam waktu singkat setelah serangan tersebut. Tapi dengan tiga tahun sampai pemilihan berikutnya, sumber lain memperingatkan, mereka akan memiliki cukup waktu untuk berlatih.

Mantan Direktur FBI James Comey sepertinya menggemakan sentimen ini dalam dengar pendapat Senatnya pekan lalu.

"Ini adalah praktik jangka panjang dari mereka. Ini meningkatkan takik secara signifikan di 2016. Mereka akan kembali," kata mantan pejabat intelijen itu tentang Moskow.

Pemerintah Rusia telah menolak campur tangan dalam pemilihan 2016.

Menurut Ken Menzel, penasihat umum untuk dewan pemilihan Illinois investigasi atas insiden tersebut dimulai di Illinois, di mana hacker mengakses sebanyak 90 ribu catatan pemilih. Catatan-catatan ini mencakup nama, tanggal lahir, jenis kelamin, sim dan sebagian nomor jaminan sosial.

Penyelidik lantas menggunakan bukti ini untuk menemukan upaya peretasan yang berhasil di 38 negara bagian lainnya. 

Seorang mantan pejabat pemerintahan Obama mengakui ruang lingkup hacking dalam sebuah pernyataan kepada Bloomberg.

"Tahun lalu, saat kami mendeteksi penyusupan ke dalam situs web yang dikelola oleh pejabat pemilihan di seluruh negeri, pemerintah bekerja tanpa henti untuk melindungi infrastruktur pemilihan kami," kata Eric Schultz, juru bicara Obama.

Badan intelijen AS sebelumnya melaporkan bahwa hacker Rusia mengakses "elemen dari beberapa dewan pemilihan negara bagian AS atau lokal". Tingkat pelanggaran ini, bagaimanapun, tidak diungkapkan dalam laporan dari CIA, NSA dan FBI pada Januari lalu.








Credit  sindonews.com