Senin, 19 Juni 2017

Pesawat Tempur Gripen E, Penantang F-35 dari Swedia, Unjuk Gigi


Pesawat Tempur Gripen E, Penantang F-35 dari Swedia, Unjuk Gigi
Pesawat tempur Gripen E, penantang F-35 dari Swedia, melakukan terbang perdana. Kredit: Daily Mail


CB, Stockholm - Pesawat tempur penantang F-35 buatan Saab dari Swedia, Gripen E, telah melakukan penerbangan perdananya. Dalam penerbangan selama 40 menit melintasi bagian timur Ostergotland, jajaran Gripen terbaru itu melakukan serangkaian manuver untuk menguji sistemnya, sebagaiaman dilaporkan Daily Mail akhir pekan lalu.



Smart Fighter Gripen E ditujukan untuk pasar yang belum disapu oleh pesawat tempur Joint Strike Fighter F-35 milik Lockheed Martin. Pesawat senilai US$ 85 juta (Rp 1,1 triliun) itu sepenuhnya didesain ulang dengan peralatan avionik baru dan perangkat lunak yang memungkinkannya dimodifikasi dalam waktu singkat.

Pesawat ini sepenuhnya dioperasikan oleh NATO dan mencakup teknologi Network Centric Warfare (NCW) untuk komunikasi data tingkat lanjut, tautan data ganda, komunikasi satelit, dan tautan video.

Seri E, varian keenam dalam keluarga Gripen, sedikit lebih besar dari versi sebelumnya, memiliki mesin yang lebih kuat dan sistem radar yang diperbarui. Pesawat ini dirancang untuk membawa lebih banyak senjata, dan untuk melacak banyak ancaman menggunakan jenis radar terbaru.

Senjatanya termasuk bom yang dipandu, rudal udara-ke-udara jarak jauh, dan persenjataan anti-kapal. Ia juga memiliki senjata Mauser BK27 27 mm, yang dapat digunakan dalam serangan udara-ke-permukaan terhadap sasaran darat dan laut.

"Pesawat ini seperti yang diharapkan, dengan kinerja pesawat yang sesuai dengan pengalaman dalam simulasi kami," kata pilot Marcus Wandt setelah penerbangan itu. "Performa akselerasinya sangat mengesankan dengan penanganan yang halus. Tak perlu dikatakan, saya sangat senang bisa melakukan penerbangan perdana ini."

Seperti pesawat lainnya yang setara, Gripen E memiliki sayap delta dan avionik penerbangan fly-by-wire (sistem kendali yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah).

Tapi pesawat ini memiliki perbedaan. Ia memiliki kapasitas bahan bakar lebih besar, dorongan lebih besar 20 persen, kemampuan pengisian bahan bakar saat terbang, dan peningkatan berat lepas landas.

Memiliki panjang 15,2 meter (50 kaki) dan lebar sayap 8,6 meter (28 kaki), memungkinkan pesawat ini untuk mengatur berat lepas landas sebesar 16.500 kg (36.376 lb). Pesawat bisa mencapai kecepatan Mach 2 (1.522 mph, 2.450 km/jam).

Sensor pesawat termasuk radar Active Electronically Scanned Array (AESA), paket Infra-Red Search and Track (IRST), Electronic Warfare (EW) dan teknologi data link. Saab mengklaim bahwa gabungan sensor ini akan memberi pilot dan tim informasi yang dibutuhkan setiap saat.

Sekitar 500 orang, termasuk Menteri Pertahanan Swedia Peter Hultqvist dan komandan angkatan udara Brasil Nivaldo Luiz Rossato, menyaksikan peluncuran Gripen E baru minggu lalu. Acara berlangsung di Linkoping, sekitar 170 km tenggara Stockholm.

“Gripen E memastikan bahwa Gripen sebagai merek terus melawan Rafale, Typhoon, dan F-35,” kata Francis Tusa, editor Defence Analysis.

Dijual sekitar US$ 85 juta (sekitar Rp 1,1 triliun) tidak termasuk senjata, Gripen E sedikit lebih murah daripada Rafale atau Typhoon dan jauh lebih murah daripada F-35 bermesin tunggal. Brasil telah memesan 36 Gripen untuk pengiriman antara 2019 dan 2024.



Versi pesawat sebelumnya beroperasi di angkatan udara Swedia, Afrika Selatan, Republik Cek, Hungaria dan Thailand.








Credit  TEMPO.CO