Selasa, 15 Agustus 2017

Beda dengan CIA, Rusia Nilai AS-Korut Dekati Perang


Beda dengan CIA, Rusia Nilai AS-Korut Dekati Perang
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova. Foto/Sputnik/Valeriy Melnikov


MOSKOW - Rusia melalui Kementerian Luar Negeri-nya memperingatkan bahwa Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut) bergerak mendekati konfrontasi atau perang. Peringatan dari Rusia ini berbeda dengan argumen CIA bahwa perang nuklir antara Washington dan Pyongyang tak akan segera terjadi.

Penilaian Rusia itu disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri-nya, Maria Zakharova, dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Russia-1.

”Seberapa dekat kita sampai pada situasi ini? Ya, sangat dekat dengan kemungkinan konflik bersenjata,” kata Zakharova.

”Jika benar-benar ada skenario angkatan bersenjata dan jika semuanya benar-benar terjadi seperti pendirian Washington berusaha menakut-nakuti kita semua, situasinya akan (menjadi) bencana,” ujarnya.

Zakharova mengatakan, AS tidak mempertimbangkan dampak penuh dari konflik bersenjata di wilayah Semenanjung Korea.

”Perwakilan dari lembaga, para senator, mereka mencoba mengatakan kepada publik bahwa mereka bahkan tidak perlu khawatir tentang hal itu, karena orang tidak akan mati di AS, tapi di negara lain, meski tidak hanya di Korea Utara,” papar Zakharova.

“Saya pikir mereka juga memikirkan Korea Selatan,” sambung diplomat Moskow itu, yang dilansir Russia Today, Senin (14/8/2017).



Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur CIA Mike Pompeo menyatakan, perang nuklir antara AS dan Korut tak akan segera terjadi. Menurutnya, ancaman Presiden Donald Trump terhadap Pyongyang hanya menggambarkan kemungkinan respons terhadap tindakan tertentu.

”Tidak ada yang akan terjadi hari ini,” kata Pompeo kepada Fox News. ”Tapi jangan salah, kelanjutannya, kemungkinan yang meningkat bahwa akan ada rudal nuklir di Denver, ancaman yang sangat serius dan penyelidikan akan memperlakukannya seperti itu.”

”Yang saya bicarakan adalah saya pernah mendengar orang berbicara tentang (stiuasi) berada di puncak perang nuklir,” ujar Pompeo. ”Tidak ada (data) intelijen yang menunjukkan bahwa kita berada di posisi itu pada hari ini.” 


Alih-alih mendukung laporan tentang eskalasi perang nuklir, Pompeo justru berpendapat bahwa retorika Trump yang memanas terhadap Pyongyang adalah untuk mengirim sebuah pesan bahwa tindakan yang terus mengejar teknologi persenjataan nuklir dan rudal balistik tidak akan dapat ditoleransi.

”Presiden telah membuat sangat jelas untuk rezim Korea Utara bagaimana Amerika akan merespons jika tindakan tertentu diambil,” kata Pompeo.

”Kami berharap bahwa pemimpin negara tersebut akan memahaminya persis seperti yang mereka inginkan, untuk mendapatkan senjata nuklir,” papar bos intelijen Amerika itu.





Credit  sindonews.com