Rabu, 16 Agustus 2017

Eksplorasi Antariksa, NASA Bikin Sayembara Teknologi Anti-Radiasi



Logo Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA. (NASA)
Logo Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA. (NASA).

CB, California - Sejak Uni Soviet meluncurkan satelit Sputnik 1, 60 tahun lalu, teknologi eksplorasi antariksa berkembang pesat. Ada 12 manusia yang sudah singgah di bulan. Bahkan wahana buatan New Horizons juga sudah mencapai ujung tata surya. Namun, bagi manusia, perjalanan ke luar angkasa tetap berisiko tinggi, yakni adanya radiasi.

Medan magnet bumi adalah perlindungan alami bagi manusia dari radiasi. Ketika keluar dari bumi, manusia membutuhkan pelindung buatan. Masalahnya, membawa pelindung radiasi yang kuat kerap memakan tempat di wahana penjelajah yang seharusnya bisa digunakan untuk tempat manusia atau peralatan riset lain.

Untuk itu, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) membuka sayembara publik mencari desain tabir radiasi yang efisien. Bentuknya harus bisa dilipat dengan tujuan agar mudah dibawa. Origami, seni melipat kertas dari Jepang adalah satu hal yang pas.



Sejak 26 Juli lalu, peminat sayembara mendaftarkan idenya pada laman Freelancer sudah banyak. "Ratusan orang yang ahli dalam origami dan NASA ingin cara paling efisien untuk bisa melipat tabir radiasi," kata Matt Barrie, pendiri Freelancer.


Radiasi di luar angkasa sebagian besar berwujud partikel sub-atom dari matahari dan bintang lain di galaksi Bima Sakti. Paparan radiasi ini berbahaya karena bisa merusak susunan molekul DNA manusia dan memicu kanker atau penyakit degeneratif lainnya. Radiasi juga dapat meningkatkan risiko kerusakan pada instrumen di wahana antariksa.


Mari kita lihat seberapa besar radiasi di sana. Instrumen wahana penjelajah Mars, Curiosity, menunjukkan dosis radiasi selama 253 hari perjalanan menuju Planet Merah itu mencapai 0,66 sievert. Jelas berbahaya karena jumlah ini sama dengan saat manusia menjalani CT scan untuk seluruh tubuh setiap lima hari sekali.

Dosis 1 sievert berpotensi meningkatkan risiko fatal kanker sebesar 5,5 persen. Adapun dosis normal harian radiasi yang diterima manusia di bumi, di dalam perlindungan medan magnet, hanya 10 mikrosievert (0,00001 sievert).
Tameng radiasi, biasanya terbuat dari aluminium, merupakan komponen penting dalam wahana dengan atau tanpa awak. Namun, dalam misi luar angkasa, ukuran dan bentuk tameng radiasi sangat berkorelasi dengan biaya operasional. Ukuran yang besar jelas akan menghabiskan ruang. Ukuran yang terlalu kecil mungkin tak cukup untuk melindungi manusia dari radiasi.

Menurut Helen O’Brien, insinyur dari Imperial College London, NASA jelas menginginkan instrumen yang bisa dikemas dengan ringkas. "Ketika mendarat di planet, instrumen itu bisa dikembangkan dan memberikan perlindungan maksimum serta efisien dari radiasi," kata O’Brien ditulis The Guardian.

Mengadopsi teknik origami dalam teknologi penerbangan luar angkasa bukanlah hal baru bagi NASA. Pada 2014, sejumlah peneliti di Jet Propulsion Laboratory (JPL) mengembangkan prototipe panel surya yang bisa dilipat. Dengan teknik hannaflex, prototipe berdiameter 1,2 meter itu bisa dikemas lebih kompak. Target mereka adalah mengembangkan panel surya bergaris tengah 24 meter.



Brian Trease, mekanik JPL yang ikut dalam riset panel surya, mengatakan origami bukan sekadar seni melipat kertas atau pelajaran untuk anak-anak di sekolah. Melipat material menjadi bentuk tertentu, hingga ukurannya sangat kecil, membutuhkan keahlian mendalam. “Seni melipat itu disokong perhitungan matematika dan teknik,” kata Trease, yang kini menjadi profesor rekayasa mekanika di Universitas Toledo, Ohio.

NASA juga membuat PUFFER, wahana pengintai mini yang bisa dilipat. Terinspirasi oleh origami, roda-roda PUFFER bisa dilipat sehingga robot ini dapat menjelajah ke ruang-ruang sempit yang sulit dijangkau wahana biasa, apalagi manusia.

Para peneliti dari Goddard Space Flight Center, lembaga riset NASA di Maryland, juga mengadopsi origami dalam membuat radiator lipat tiga dimensi. Perangkat ini dirancang untuk membuang atau mengurangi panas pada satelit kecil. Mereka bekerja sama dengan peneliti dari Brigham Young University dalam membuat radiator lipat yang berongga mirip sarang lebah tersebut.







Credit  tempo.co