Senin, 14 Agustus 2017

Korut Siapkan 3,5 Juta Tentara untuk Berperang Lawan AS


Korut Siapkan 3,5 Juta Tentara untuk Berperang Lawan AS Pernyataan rezim Kim Jong-un ini semakin memperkeruh ketegangan antara Pyongyang dan Washington yang terus saling melontarkan ancaman perang selama dua pekan terakhir. (REUTERS/Damir Sagolj)



Jakarta, CB -- Korea Utara mengatakan telah mempersiapkan 3,5 juta tentara untuk berperang melawan Amerika Serikat dan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Diberitakan Reuters, Minggu (13/8) surat kabar resmi Korut Rodong Sinmun melaporkan jutaan pasukannya itu terdiri atas pekerja, anggota partai, dan tentara yang telah menawarkan diri secara sukarela untuk bergabung dengan Tentara Rakyat Korut.

Pernyataan rezim Kim Jong-un ini semakin memperkeruh ketegangan antara Pyongyang dan Washington yang terus saling melontarkan ancaman perang selama dua pekan terakhir.



Awal pekan lalu, Korut melayangkan ancaman bahwa negaranya telah mempertimbangkan secara serius rencana penyerangan ke Guam--salah satu wilayah AS di Pasifik--dengan rudalnya.

Ancaman ini dilayangkan negara paling terisolasi itu setelah Presiden AS Donald Trump menggertak dengan mengatakan, "Korut akan berhadapan dengan api dan kemarahan AS" jika terus mengancam negaranya.

Trump bahkan disebut tengah mempertimbangkan menggunakan bom nuklir untuk membungkam provokasi Korut tersebut.



Sekitar Rabu (9/8), warga Korut juga dilaporkan menggelar demonstrasi anti-AS di Pyongyang. Puluhan ribu warga terlihat memenuhi Lapangan Kim Il-sung sambil membawa poster propaganda dengan tinju terkepal ke udara.

Foto lainnya yang diterbitkan media resmi Korut, KCNA, memperlihatkan kelas pekerja mengenakan seragam putih tengah berbaris di pusat kota, membawa bendera negara.

Sementara, kelas yang lebih elit menggunakan seragam hitam dan berbaris di tepi lapangan.



Pada Agustus 2015, tercatat sekitar 1 juta warga Korut menawarkan diri untuk mendaftar sebagai tentara saat insiden meledaknya sebuah situs tambang di dekat zona demiliterisasi (DMZ), daerah perbatasan Korut-Korsel. Insiden itu sempat meningkatkan ketegangan antara kedua negara bertetangga itu.

Bukannya meredakan ketegangan, Trump malah mempertegas bahwa negaranya akan mengambil opsi militer jika langkah diplomasi dan dialog tak kunjung berhasil meredakan ancaman Korut.

Penekanan itu diutarakan Trump saat bertelepon dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron pada Sabtu (12/8). Keduanya berkomunikasi guna membicarakan situasi dan eskalasi ketegangan di Semenanjung Korea, menurut Gedung Putih.



"AS bersama negara sekutu menerapkan berbagai langkah diplomatik, ekonomi, dan militer untuk mengakhiri ancaman nuklir Korut," bunyi pernyataan Gedung Putih.

Korut terus menjadi sorotan AS dan komunitas internasional lantaran terus menggencarkan serangkaian uji coba nuklir dan rudalnya sejak awal 2017.

Uji coba rudal antarbenua (ICBM) terbaru Korut sekitar 28 Juli lalu bahkan dianggap telah memiliki kapabilitas hulu ledak nuklir. Intelijen AS pun mulai meyakini kapabilitas misil Pyongyang terbaru mulai bisa menjangkau daratan Amerika seperti Alaska, Chicago, dan Los Angeles.






Credit  cnnindonesia.com