Selasa, 15 Agustus 2017

Moon Jae-in: Jangan Ada Lagi Perang di Korea


Moon Jae-in: Jangan Ada Lagi Perang di Korea 
Presiden Korsel Moon Jae-in berharap jangan sampai Korut berperang dengan Amerika Serikat. (Reuters/Kim Hong-Ji)


Jakarta, CB -- Presiden Korea Selatan Moon Jae-in meminta Korea Utara untuk menghentikan ancaman-ancaman di tengah ketegangan terbaru dengan Amerika Serikat menyusul silih ancam antara kedua negara belakangan ini.

"Jangan ada lagi perang di Semenanjung Korea. Apapun kemajuan dan kemunduran yang kita hadapi, masalah nuklir Korea Utara mesti diselesaikan dengan damai," kata Moon dalam pidato yang dikutip Reuters, Senin (14/8).

Amerika Serikat dan Korea Utara sama-sama mengisyaratkan opsi militer dan meningkatkan ketegangan antara kedua negara. Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberikan "api dan kemarahan" untuk Korea Utara, sementara pemerintahan Kim Jong-un merespons dengan rencana untuk meluncurkan empat rudal ke Guam, wilayah AS di Pasifik.

"Saya yakin Amerika Serikat akan merepons situasi terbaru ini dengan tenang dan bertanggung jawab dengan sikap yang sama dengan kita," kata Moon.

Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS Joseph Dunford mengatakan opsi militer AS tengah disiapkan untuk dilakukan sewaktu-waktu jika sanksi atas peluncuran rudal dan uji coba nuklir Korut gagal.

Hal tersebut disampaikan dalam pertemuan selama 50 menit dengan Moon untuk mendiskusikan isu-isu terbaru terkait provokasi Korea Utara, kata juru bicara kepresidenan Korsel, Park Su-Hyun.

Dunford berada di Seoul untuk berbicara dengan pejabat-pejabat militer setempat, termasuk Menteri Pertahanan Song Young-moo. Selanjutnya, dia akan mengunjungi China dan Jepang. 


Di tempat berbeda, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis memperingatkan bahwa pasukan militernya sudah siap mencegat peluru kendali Korea Utara jika ditembakkan ke arah Guam. Sementara, Kim Jong-un meminta tentaranya untuk menyiagakan rudal tersebut agar selalu siap diluncurkan.

Kantor berita pemerintah KCNA menyebut Kim telah menerima laporan dari tentaranya terkait rencana untuk meluncurkan rudal ke daerah di sekitar Guam. Namun, disebutkan pula bahwa pemimpin negara terisolasi itu akan terlebih dulu melihat tindakan AS sebelum memutuskan langkah selanjutnya.





Credit  cnnindonesia.com