Senin, 23 Oktober 2017

China Sebut Intervensi Dunia Gagal Selesaikan Krisis Rohingya


China Sebut Intervensi Dunia Gagal Selesaikan Krisis Rohingya 
Pemerintah China menyebut, campur tangan dunia internasional tidak berpengaruh dalam menyelesaikan krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar. (REUTERS/Danish Siddiqui)


Jakarta, CB -- Wakil kepala departemen internasional Partai Komunis China Guo Yezhou mengatakan, campur tangan dunia internasional tidak berpengaruh dalam menyelesaikan krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar.

Oleh karena itu, sebagai sekutu terdekat Myanmar, Guo mengatakan China tidak akan mencampuri urusan Naypyidaw dalam penyelesaian krisis yang telah memicu eksodus ratusan ribu Muslim Rohingya sejak akhir Agustus lalu tersebut.

"Berdasarkan pengalaman, Anda saat ini bisa melihat konsekuensinya ketika suatu negara mencampuri urusan negara lainnya. Kami tidak akan melakukannya (intervensi)," kata Gou tanpa menjelaskan lebih lanjut kesalahan yang ia maksud, Minggu (22/10).


Diberitakan Reuters, Guo menuturkan Beijing mendukung sepenuhnya upaya pemerintah Myanmar dalam menjaga stabilitas keamanan di Rakhine. Dia memaparkan, pemerintahnya merasa yakin bahwa Myanmar mampu menyelesaikan sendiri masalah internalnya tersebut.

Padahal, di satu sisi banyak laporan yang menuding bahwa kekerasan hingga penyiksaan yang dilakukan militer terhadap Muslim Rohingya menjadi pemicu memburuknya krisis di wilayah itu.

Selain itu, intervensi bisa memicu ketidakstabilan terjadi di Myanmar yang dikhawatirkan dapat turut mempengaruhi China, yang berbatasan langsung dengan negara di Asia Tenggara itu.




Pendekatan Beijing ini berbeda jauh dengan sikap komunitas internasional selama ini yang menganggap Myanmar telah gagal menghentikan kekerasan yang telah lama menyasar etnis minoritas Rohingya tersebut.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan menggambarkan tragedi di Rakhine sebagai bentuk upaya 'pemusnahan etnis' secara sistematis oleh pemerintah Myanmar.

Selama ini, dunia internasional mendesak pemerintah Myanmar membuka akses media dan kemanusiaan seluas-luasnya ke Rakhine.

Akses kemanusiaan dianggap menjadi yang terpenting agar sejumlah negara dan organisasi internasional mampu menyalurkan bantuan dan membantu meredam konflik wilayah tersebut.

Hingga kini, sekitar 1.000 orang terutama Rohingya dilaporkan telah tewas sejak bentrokan antara kelompok bersenjata dan militer Myanmar pecah di Rakhine pada 25 Agustus lalu.

Bentrokan itu pun memicu ratusan ribu Rohingya melarikan diri dan mengungsi ke luar Myanmar.



Meski mendukung pemerintah Myanmar, Guo menuturkan China tetap mengecam segala bentuk kekerasan yang terjadi beberapa waktu lalu di negara tersebut.

"Kami mengecam segala bentuk kekerasan dan tindakan teroris (di Myanmar)," kata Guo menambahkan.                





Credit  cnnindonesia.com