Jumat, 20 Oktober 2017

Dubes Rusia Kritik AS dan Israel karena Abaikan Palestina


Perjuangan rakyat Palestina melawan penjajahan Israel. (ilustrasi)
Perjuangan rakyat Palestina melawan penjajahan Israel. (ilustrasi)



CB, JENEWA -- Duta Besar (Dubes) Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya memberikan kritik tajam kepada Amerika Serikat (AS) dan Israel dalam perdebatan mengenai penyelesaian krisis Timur Tengah di Dewan Keamanan PBB. Menurutnya, AS dan Israel selama ini telah mengabaikan masalah Palestina.
Hal itu terlihat dalam pidato yang disampaikan Dubes Israel untuk PBB Danny Danon dan Dubes AS untuk PBB Nikki Haley. Mereka tidak membahas isu Palestina, dan justru hanya berfokus pada isu Iran yang menurut mereka telah menimbulkan destabilisasi di wilayah tersebut.
 
Danon bahkan membacakan sejumlah tuduhan terhadap Iran, yaitu terorisme, pelanggaran HAM, dorongan anti-Semitisme, dan rencana pemusnahan Israel yang dianggapnya berasal dari Iran. Setelah membeberkan tuduhan-tuduhan tersebut, Danon menjatuhkan vonis bersalah atas Iran.
 
Namun, Nebenzya memperingatkan Israel dan AS tema pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB tersebut adalah situasi di Timur Tengah, termasuk masalah Palestina. Menurutnya, dengan tidak adanya proses perdamaian dalam krisis Israel-Palestina, situasi yang berbahaya akan terakumulasi yang berpotensi menghasilkan ledakan besar yang dapat terjadi setiap saat.
 
"Bagaimanapun, isu ini tertulis di koran yang saya baca di depan saya di atas meja ini, tapi pidato yang dilakukan oleh beberapa delegasi hari ini telah membuat saya ragu. Menurut mereka, apakah kita sedang mendiskusikan pelaksanaan rencana tindakan komprehensif P5+1 (mengenai program nuklir Iran)?" kata Nebenzya, dikutip Tass, Rabu (18/10).
 
"Kami juga siap membahas hal-hal ini, dan saya pikir orang lain juga memiliki pertanyaan yang sama kepada delegasi negara tertentu mengenai cara memenuhi ketentuan dari tindakan komprehensif itu," tambah dia.
 
"Rusia secara terbuka prihatin dengan kenyataan delegasi Israel dan AS bahkan tidak mengucapkan kata 'Palestina'. Ini mengkhawatirkan dan menyedihkan karena kita tidak melihat adanya kemajuan apa pun dalam isu permukiman Israel-Palestina dan, lebih dari itu, kita di sini bahkan tidak merujuknya," ungkap Nebenzya.
 
"Peristiwa yang bergejolak di Timur Tengah dan Afrika Utara, serta banyaknya ancaman dan tantangan baru seharusnya tidak membayangi prioritas solusi masalah Palestina, untuk normalisasi jangka panjang di kawasan ini," kata dia.
 
Nebenzya menyerukan upaya internasional untuk mencari jalan keluar dari kebuntuan masalah ini dan mendesak dimulainya kembali perundingan langsung antara Palestina dan Israel. Ia juga mengingatkan kembali usulan Rusia untuk menjadi tuan rumah bagi pertemuan puncak para pemimpin Israel dan Palestina.





Credit  REPUBLIKA.CO.ID