Jumat, 20 Oktober 2017

Ultimatum Korut, Kapal Induk AS Patroli di Semenanjung Korea


Ultimatum Korut, Kapal Induk AS Patroli di Semenanjung Korea Ilustrasi USS Ronald Reagan. (STR/JIJI PRESS/AFP)


Jakarta, CB -- Amerika Serikat mengerahkan kapal induk USS Ronald Reagan ke perairan bagian timur Semenanjung Korea sebagai peringatan terhadap Korea Utara yang terus meluncurkan provokasi rudal dan nuklirnya dalam beberapa waktu terakhir.

Kapal perang yang dilengkapi 100 ribu ton nuklir itu berlayar sejauh 160 kilometer dengan mengangkut 5.000 awak dan meluncurkan hampir 90 pesawat temput F-18 Super Hornet dari deknya.

"Perilaku berbahaya dan agresif Korut membuat khawatir seluruh dunia. Dengan patroli ini, kami memperingatkan mereka [Korut] bahwa kami siap melindungi Korea Selatan [sekutu AS]," ujar Laksamana Marc Dalton, komandan armada tersebut, Kamis (19/10).



Dalam patroli itu, USS Ronald Reagan ditemani angkatan laut Korsel yang membawa sekitar 40 kapal perang. Angkatan laut kedua negara berlayar dari bagian barat Laut Kuning menuju Laut Jepang atau Laut Timur.


Beberapa waktu sebelumnya, Washington juga menerbangkan sejumlah jet pengebom strategis B1-B di langit Semenanjung Korea, unjuk gigi kesiapan militer AS dalam menghadapi segala ancaman Korut.

Manuver militer ini pun membuat geram Pyongyang yang menganggap patroli angkatan laut itu sebagai "latihan perang" melawan negaranya.



Pengerahan sejumlah armada militer AS ini dilakukan menjelang tur kenegaraan Presiden Donald Trump ke Asia pada 5 November mendatang.

Jepang dan Korea Selatan adalah dua negara pertama yang akan dikunjungi Trump dalam lawatan perdananya ke kawasan tersebut.

Di saat bersamaan, sejumlah diplomat senior Jepang, Korsel, dan AS saat ini dilaporkan tengah mengadakan pertemuan di Seoul untuk membahas langkah diplomatik demi membujuk Pyongyang ke meja perundingan.

Sebab, ketegangan antara AS dan Korut semakin mengkhawatirkan, terutama setelah pemimpin kedua negara yakni Presiden Donald Turmp dan Kim Jong-un saling lontar ancaman perang hingga hinaan beberapa bulan terakhir.


Credit  cnnindonesia.com


Pantau Militer Pyongyang, Kapal Induk AS Dekati Korut


Pantau Militer Pyongyang, Kapal Induk AS Dekati Korut
Kapal induk Amerika Serikat, USS Ronald Reagan, dan armada tempurnya patroli di lepas pantai Semenanjung Korea sejak 18 Oktober 2017. Foto/REUTERS/US Navy/Kenneth Abbate


SEOUL - Kapal induk bertenaga nuklir Amerika Serikat (AS), USS Ronald Reagan, patroli mendekati wilayah Korea Utara (Korut) di kawasan lepas pantai Semenanjung Korea. Patroli bersama angkatan laut Korea Selatan ini untuk memantau pergerakan militer Pyongyang.

Aktivitas kapal induk Pentagon ini dilaporkan wartawan Reuters yang ikut berada di atas kapal pada hari Kamis.

”Perilaku berbahaya dan agresif oleh Korea Utara menyangkut semua orang di dunia,” kata Laksamana Muda Marc Dalton, komandan armada tempur AS yang dipimpin kapal USS Ronald Reagan.

”Kami telah menjelaskannya dengan latihan ini, dan banyak lainnya, bahwa kami siap untuk membela (Korea Selatan),” ujarnya, yang dilansir Jumat (20/10/2017).

Korea Utara nekat menguji rudal balistik dan senjata nuklir meski terus mendapat tekanan internasional untuk melakukan denuklirisasi. Pyongyang merasa memiliki nuklir sebagai pencegah agresi musuh adalah haknya.

Patroli kapal induk itu dijalankan menjelang kunjungan Presiden AS Donald Trump ke beberapa negara Asia dari 3 sampai 14 November. Beberapa negara Asia yang akan disambangi Trump antara lain; Jepang, Korea Selatan, China, Vietnam, Filipina dan wilayah Hawaii.

Khusus rencana kunjungan Trump ke Korea Selatan, muncul pertanyaan yang memicu perdebatan di internal pemerintah AS, yakni perlu tidaknya Trump mengunjungi zona demiliterisasi yang membagi kedua Korea. Beberapa staf Gedung Putih seperti dilaporkan The Washington Post, mulai khawatir bahw presiden Trump mungkin tidak aman di zona tersebut.

Pada hari Senin, Kim In-yong, seorang pejabat diplomatik Korea Utara untuk PBB, mengatakan kepada Majelis Umum PBB bahwa perang nuklir dapat terjadi kapan saja. Keesokan harinya, Wakil Menteri Luar Negeri AS John Sullivan mengatakan perundingan langsung dengan Korea Utara tidak dikesampingkan. 


Credit  sindonews.com