Selasa, 09 Januari 2018

AS Pernah Ingin Lenyapkan Rusia dengan 466 Bom Nuklir


AS Pernah Ingin Lenyapkan Rusia dengan 466 Bom Nuklir
Dokumen rencana perang nuklir Amerika Serikat, di mana Soviet yang kini bernama Rusia akan diserang dengan 466 bom nuklir. Foto/Daily Star/NC


WASHINGTON - Sebuah dokumen yang dideklasifikasi mengungkap rencana Amerika Serikat (AS) untuk melenyapkan Rusia, yang sebelumnya bernama Soviet, dengan 466 bom nuklir. Rencana mengerikan ini disusun kurang dari dua minggu setelah berakhirnya Perang Dunia II.

Ratusan bom nuklir itu hasil estimasi yang dihitung para komandan perang Departemen Pertahanan AS. Ambisi Washington saat itu adalah ingin melenyapkan Rusia dari peta dunia.

AS dan Uni Soviet pernah beraliansi untuk melawan rezim Nazi Jerman yang dipimpin Adolf Hitler. Namun, usai Perang Dunia II, keduanya bermusuhan.

Sepanjang sejarah, Washington telah menggunakan bom atom pertama—The Little Boy dan Fat Man—terhadap Hiroshima dan Nagasaki untuk membuat Jepang menyerah pada Perang Dunia II.


Dokumen rencana AS untuk menghancurkan Rusia itu dipublikasikan Daily Star, Senin (8/1/2018). Dalam dokumen itu, para jenderal AS mengidentifikasi 66 kota sebagai target utama ratusan bom nuklir jika Soviet nekat melakukan perang dengan Barat.

Tujuan dari rencana perang nuklir AS itu adalah untuk memastikan penghancuran segera dari kehendak dan kapasitas musuh untuk melawan.

Dengan mempertimbangkan tingkat kegagalan bom nuklir, jumlah kota, dan basis manapun di luar negeri, perencana perang AS memperkirakan bahwa mereka memerlukan persediaan 466 bom nuklir.

Dokumen rahasia itu tertanggal 15 September 1945, dan ditujukan dalam sebuah memo kepada Mayor Jenderal Leslie Groves.

Groves adalah komandan yang bertanggung jawab atas pengembangan bom nuklir di Manhattan Project. Rencana perang nuklir untuk menghancurkan Rusia itu akhirnya dicabut sebulan setelah AS menjatuhkan dua bom atom di Jepang, menewaskan sekitar 220.000 orang.

Para jenderal AS kala itu menggambarkan penjatuhan bom di Jepang itu sebagai “kesuksesan spektakuler”.

Masih menurut dokumen tersebut, para komandan AS memperkirakan bahwa mereka membutuhkan total 204 bom untuk menghancurkan semua kota utama di Uni Soviet atau Rusia.

Kemudian, 20 bom lainnya dibutuhkan untuk melenyapkan basis militer Soviet dan mengalahkan militer negara itu di medan perang. 

Jumlah kebutuhan bom itu bertambah drastis menjadi 466 bom dengan mempertimbangkan "faktor efektivitas" sebesar 48 persen.

Dokumen yang telah dideklasifikasi itu berbunyi; ”Pada akhir Perang Dunia II Amerika Serikat pertama kali menggunakan bom atom revolusioner.”

”Hanya dua bom tersebut yang dijatuhkan di Jepang tapi ini berhasil secara spektakuler,” lanjut dokumen tersebut.

“Jelas juga bahwa selama periode ini Soviet dan Amerika Serikat akan menjadi kekuatan militer yang luar biasa. Untuk tujuan riset ini, penghancuran kemampuan Soviet untuk berperang telah digunakan sebagai dasar yang menentukan bagi Amerika Serikat.”

Meski demikian, Soviet pada kala itu juga sudah memiliki bom nuklir. Ilmuwannya pernah meledakkan bom nuklir pertama mereka pada tanggal 29 Agustus 1949, yang disebut sebagai “First Lightning”. Uji coba bom itu ikut berkontribusi dalam meningkatkan Perang Dingin.

Pada tahun 1967-1968, AS memiliki stok bom nuklir 31.255 unit, sedangkan Soviet memiliki 45.000 unit.

Pada saat ini, Washington diyakini memiliki stok sekitar 7.000 bom nuklir. Sedangkan Moskow sedikit lebih banyak.





Credit  sindonews.com