Rabu, 25 April 2018

Indonesia Terima Penghargaan World Interfaith Harmony 2018


Indonesia Terima Penghargaan World Interfaith Harmony 2018
Pendeta Jacklevyn Manuputty (ketiga dari kiri) setelah menerima penghargaan dari Raja Abdullah II (keenam dari kiri) di Istana Husseiniyah, Amman (23/4), Yordania. (Ist/KBRI Amman)



Jakarta, CB -- Indonesia mendapat penghargaan World Interfaith Harmony Week 2018 atas penyelenggaraan Pekan Harmoni Antar-Agama Dunia yang digelar di Jakarta Februari 2018. Penyerahan penghargaan dilakukan oleh Raja Yordania, Abdullah II bin Al Hussein di Istana, Husseiniyah, Amman, Selasa (24/4).

Penghargaan diterima Pendeta Jacklevyn Manuputty, mewakili Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Prof. Dr. Din Syamsuddin.

Duta Besar RI untuk Kerajaan Yordania dan Negara Palestina, Andy Rachmianto, yang turut hadir pada upacara pemberian penghargaan tersebut, menyampaikan bahwa peran Indonesia dalam membina kerukunan antar umat beragama di Indonesia, saat ini sudah menjadi sorotan dunia dan penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi dunia atas capaian Indonesia.


"Indonesia dan Yordania dapat menjadi model penerapan pluralisme dan toleransi agama bagi banyak negara," ujar Dubes Andy.

Ia juga mengimbau para pemuka agama dan masyarakat di Indonesia untuk terus mempertahankan kerukunan yang telah terjaga dengan baik serta untuk menurunkannya kepada generasi muda dan menularkan kepada masyarakat dibelahan dunia lainnya, melalui perilaku bermasyarakat yang berdasarkan Pancasila.


Kekuatan kerukunan antar umat di seluruh dunia saat ini sedang diuji dengan berbagai musibah yang mengatasnamakan agama. Keragaman yang dimiliki Indonesia adalah aset berharga yang perlu dilindungi oleh seluruh lapisan masyarakat.

Sehingga kekuatan peran pemerintah dan masyarakat menjadi penting sebagai penjaga toleransi dan pluralisme dalam menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang harmonis.

World Interfaith Harmony Week (WIHW) dibentuk berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB No. A/65/PV.34 untuk menyelenggarakan minggu keselarasan antar-agama di seluruh dunia. Kegiatan ini diusulkan pada 2010 oleh Raja Abdullah II dan Pangeran Ghazi bin Muhammad dari Yordania.

Kegiatan dalam rangka WIHW dilaksanakan pada bulan Februari setiap tahunnya. Bertujuan untuk mempromosikan kerukunan umat tanpa memandang dasar keimanan masing-masing.

Dalam pelaksanaannya pada 2018 ini, para juri WIHW menerima 88 aplikasi yang terseleksi dari 1.232 kegiatan dan memutuskan tiga pemenang, yaitu Interfaith Center of Melbourne dari Australia dengan kegiatan berjudul "Who and Where Are We in a Changing World?"



Dubes Andy Rachmianto  (kiri) bersama Pendeta Jacklevyn Manuputty.
Foto: Ist/KBRI Amman
Dubes Andy Rachmianto (kiri) bersama Pendeta Jacklevyn Manuputty.

Indonesia meraih penghargaan kedua, dimana Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban, menggelar kegiatan Musyawarah Besar Pemuka Agama untuk Kesatuan Bangsa bertema "Rukun dan Bersatu, Kita Satu".

Pada acara Musyawarah Besar Pemuka Agama untuk Kesatuan Bangsa yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo tersebut membahas tujuh isu penting seputar kerukunan hidup umat beragama dalam kehidupan berbangsa.

Kegiatan yang dihadiri oleh 450 tokoh lintas agama, bertujuan sebagai ajang silaturahmi dan membahas seputar permasalahan kerukunan beragama yang ada di Indonesia untuk mencari solusi bersama, mencegah konflik antar-agama, serta mengedepankan dialog yang bertumpu atas ketulusan, keterbukaan dan kejujuran untuk menyelesaikan masalah.

Adapun pemenang ketiga dari World Interfaith Harmony Week 2018  yang digagas Raja Yordania, Raja Abdullah II dan Pangeran Ghazi bin Muhammad tersebut diraih Interfaith Glasglow, Inggris dengan kegiatan Friendship, Dialogue, Cooperation: Exploring Crucial Elements of Interfaith Harmony.






Credit  cnnindonesia.com