Jumat, 20 April 2018

Inggris Khawatir Suriah Hancurkan Bukti Senjata Kimia


Inggris Khawatir Suriah Hancurkan Bukti Senjata Kimia
Dubes Inggris Moazzam Malik menyatakan pihaknya khawatir Suriah menghilangkan bukti dugaan serangan senjata kimia di Douma, dua pekan lalu. (ANTARA Foto/Yudhi Mahatma)


Jakarta, CB -- Inggris menyatakan khawatir Suriah menghancurkan bukti serangan senjata kimia yang diduga dilakukan pemerintahan Bashar al-Assad di Douma, Ghouta Timur, sekitar dua pekan lalu. Hal itu disampaikan usai pertemuan dengan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.

"Kami khawatir jika situs di Douma sudah dihalangi dan sudah dibersihkan. Meskipun begitu, kami tetap perlu akses penuh ke wilayah itu untuk memastikan yang terjadi," ucap Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik di Kemlu RI, Jakarta, Kamis (19/4).

Karena itu London mendesak Damaskus segera membuka akses tim pencari fakta Organisasi Internasional Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) untuk melakukan penyelidikan independen di Suriah, terutama Douma.


Malik mengatakan Inggris, Amerika Serikat dan Perancis telah mendapat sejumlah bukti berupa kesaksian warga setempat yang menjadi korban serangan senjata kimia. Selain itu, ada pula rekaman video yang diduga menggambarkan peristiwa di Douma 7 April lalu.

Serangan itu, menurut Malik, menewaskan sedikitnya 75 orang dan melukai 1.000 lainnya di sejumlah lokasi di Douma yang tak jauh dari Ibu Kota Damaskus.

Dia mengatakan pihak Barat mendapatkan bukti dari beberapa organisasi pemerhati HAM.

Dilaporkan sebelumnya, sejumlah aktivis mengatakan serangan gas beracun itu berasal dari bom barel yang dijatukan helikopter.

"Kami meyakini bahwa gas itu kemungkinan klorin atau mungkin sarin. Banyak saksi mata di sana ikut menjadi korban, termasuk perempuan dan anak-anak," kata Malik.

Malik mengatakan bukti-bukti tersebut menjadi salah satu dalil Inggris, AS, dan Perancis meluncurkan serangan udara ke Suriah.

"Serangan gabungan ini mengincar situs militer dan senjata demi membuat Suriah jera dan tidak menggunakan senjata kimianya lagi. Kami bukan ingin menggulingkan rezim atau mencampuri konflik sipil di Suriah," kata Malik.
Serangan gabungan Barat ke Suriah disebut hanya mengincar fasilitas senjata kimia.
Serangan gabungan Barat ke Suriah disebut hanya mengincar fasilitas senjata kimia. (Cpl L Matthews, 83EAG, Royal Air Force Photographer/Ministry of Defence Handout via Reuters)
Hal tersebut turut ditegaskan Dubes AS untuk Indonesia Joseph R Donovan dalam kesempatan yang sama.

Menurutnya, seluruh upaya dialog dan diplomatik sudah dicoba ketiga negara guna menghentikan tindakan Damaskus. Namun, Suriah tetap berkeras menggunakan senjata itu hingga menewaskan warganya sendiri.

"Kami sudah gunakan cara diplomatik dan ekonomi untuk menghindari situasi yang saat ini terjadi," kata Donovan.

"Penting juga diingat bahwa Suriah telah meratifikasi konvensi senjata kimia pada 2013 lalu sehingga berkewajiban melucuti seluruh senjata kimianya.

"Rusia menjadi penjamin Suriah dalam hal itu dan kami belum melihat komitmen kedua pihak untuk memusnahkan senjata kimia di Suriah."




Credit  cnnindonesia.com