Jumat, 06 April 2018

Ini Tujuan Rusia, Turki, dan Iran dalam Perang 7 Tahun di Suriah


Presiden Russia Vladimir Putin berpelukan dengan Presiden Suriah, Bashar al-Assad jelang menggelar pertemuan di Black Sea resort of Sochi, Russia, 20 November 2017. Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin via REUTERS
Presiden Russia Vladimir Putin berpelukan dengan Presiden Suriah, Bashar al-Assad jelang menggelar pertemuan di Black Sea resort of Sochi, Russia, 20 November 2017. Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin via REUTERS

CB, Jakarta - Rusia, Turki, dan Iran berbeda kepentingan dalam perang di Suriah yang sudah berlangsung selama tujuh tahun. Apa saja tujuan masing-masing negara itu di negara yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad?
Rusia:
Rusia mendukung pemerintah Suriah dalam perang saudara kelompok teroris ISIS dan anti-pemerintah Assad melawan pasukan pemerintah Assad.
Rusia memberikan bantuan militer tercanggih dan keuangan kepada pemerintah Suriah untuk menghadapi musuh. Di balik itu, Rusia ingin menancapkan pengaruhnya agar semakin kuat di kawasan Timur Tengah.

Presiden Vladimir Putin merupakan pihak yang pertama kali menggagas pertemuan tingkat tinggi untuk menyelesaikan perang di Suriah dengan mengajak Iran dan Turki, tapi meniadakan keterlibatan Amerika Serikat yang juga bertempur di Suriah untuk memberangus ISIS.
Pertemuan pertama untuk membahas perdamaian sejak perang pecah di Suriah, Maret 2011, berlangsung di kawasan wisata mewah di Sochi, Rusia, November 2017.
Presiden Assad hadir dalam pertemuan itu dan mengucapkan terima kasih kepada Putin. Assad memeluk erat Putin.
Rusia dan Suriah merupakan sekutu lama, seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu, 4 April 2018, tepatnya sejak Perang Dingin ketika Soviet menentang Barat. Rusia mengirimkan bantuan keuangan untuk membangun Suriah dan membangun pangkalan militernya di Suriah.

Seorang polisi memeriksa jasad seorang bocah pengungsi Suriah yang tewas di pantai Bodrum, Turki, 2 September 2015. Minggu ini merupakan tahun ketujuh Suriah dilanda peperangan dan kehancuran, ribuan orang meninggal dunia, anak-anak kehilangan orang tua, sekolah, tempat tinggal hingga waktu kecilnya yang seharusnya diisi dengan bermain dan senang-senang. (Nilufer Demir/DHA via AP, File)
Turki:
Turki tidak mendukung pemerintah Suriah dan berusaha mendongkel kekuasaan Assad. Erdogan secara terbuka mendukung kelompok pemberontak anti-Assad. Belakangan, Turki juga menyerang kelompok Kurdi di Ghouta Timur dan menguasai sepenuhnya wilayah itu sekarang.
Erdogan berkepentingan untuk mengusir Kurdi yang didukung Amerika Serikat keluar dari Suriah karena mengancam kedaulatan Turki di perbatasan kedua negara.
Erdogan juga terbebani dengan lebih dari 3,5 juta pengungsi Suriah yang tinggal di berbagai kota di Turki.

Pendemo menggelar aksi menentang serangan Turki terhadap Afrin, di provinsi Hasaka, Suriah, 18 Januari 2018. REUTERS
Iran:
Iran merupakan sekutu terdekat Suriah di kawasan Timur Tengah. Keduanya dipersatukan saat pecah perang Iran dan Irak. Ketika itu, Suriah mendukung Iran.
Iran mendukung Presiden Assad dengan memberikan pelatihan militer dan mengerahkan ribuan personel tentaranya. Adapun Iran dan Rusia merupakan mitra strategis selama ini di wilayah Timur Tengah termasuk di Suriah.
Meski berbeda kepentingan di Suriah, tapi Rusia, Turki, dan Iran bertekad akan mengakhiri perang di Suriah yang sudah berlangsung tujuh tahun. Tekad itu disampaikan dalam pertemuan kedua yang diadakan di Ankara, Turki, pada Rabu, 4 April, yang dihadiri Vladimir Putin, Recep Tayyip Erdogan, dan Hassan Rouhani.




Credit  tempo.co