Jumat, 20 April 2018

Rusia Hendak Pasok S-300 ke Suriah Alarm bagi Israel


Rusia Hendak Pasok S-300 ke Suriah Alarm bagi Israel
Sistem rudal pertahanan udara S-300 Rusia. Sistem pertahanan ini rencananya akan dipasok ke Suriah. Foto/REUTERS


TEL AVIV - Rencana Rusia untuk memaspok sistem rudal pertahanan S-300 ke rezim Suriah menjadi alarm bagi Israel. Rencana Moskow itu sedang dipertimbangkan setelah Amerika Serikat (AS), Inggris dan Prancis membombardir rezim Damaskus dengan ratusan rudal pada pekan lalu terkait dugaan serangan kimia di Douma.

Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad sejatinya sudah sejak 2013 mengajukan pembelian sistem pertahanan udara tersebut. Namun, Moskow membekukan kesepakatan tersebut atas seruan Uni Eropa dan Tel Aviv yang selama ini berupaya menjalin hubungan baik dengan Kremlin.

Jika pasokan S-300 itu nekat direalisasikan Moskow, maka Israel yang telah menikmati kebebasan bergerak di ruang udara Suriah selama bertahun-tahun akan terusik. Jet-jet tempur Tel Aviv bisa ditembak jatuh jika sistem pertahanan udara itu nantinya dioperasikan pasukan Assad.

Mantan duta besar Israel untuk Rusia, Zvi Magen, mengatakan bahwa sejak dimulainya perang saudara di Suriah pada 2011, militer negaranya telah melakukan setidaknya 150 serangan bom di negeri Bashar al-Assad tersebut.

Serangan terakhir terjadi pada tanggal 9 April 2018, ketika dua pesawat tempur Israel menyerang pangkalan militer T-4 rezim Assad di Provinsi Homs. Sekitar 14 orang tewas, termasuk personel militer Iran.

S-300 menjadi alarm atau peringatan bagi Israel karena memiliki kemampuan menembak enam target secara bersamaan dengan dua rudal yang ditugaskan per target. Sistem pertahanan ini memiliki jangkauan tembak hingga 200 kilometer (120 mil), yang mencakup wilayah udara Lebanon dan Suriah. Wilayah udara Lebanon sendiri terkadang digunakan Israel untuk menyerang Suriah.

Menurut mantan kepala intelijen militer Israel, Amos Yadlin, penempatan S-300 di Suriah telah menjadi perhatian bagi Israel dalam dua dekade terakhir.

Elena Suponina, seorang ahli Timur Tengah di Russian Institute for Strategic Studies, yang memberi nasihat kepada Kremlin, mengatakan kepada Bloomberg bahwa pengiriman sistem S-300 ke rezim Assad akan memicu ketegangan di kawasan itu. "Dan menyebabkan perselisihan besar dengan Israel," katanya, yang dilansir Kamis (19/4/2018).

Pemerintah Presiden Vladimir Putin kesal dengan tindakan AS, Inggris dan Prancis yang nekat menyerang rezim Damaskus dengan ratusan rudal pada pekan lalu dengan dalih membalas serangan kimia di Douma yang dilakukan Rezim Assad. Setelah serangan rudal tersebut, rencana pengiriman S-300 ke Suriah kini menjadi lebih mungkin. 





Credit  sindonews.com