Jumat, 20 April 2018

Terancam Senjata Rusia, AS Ikut-ikutan Kembangkan Rudal Hipersonik


Terancam Senjata Rusia, AS Ikut-ikutan Kembangkan Rudal Hipersonik
Rudal hipersonik Kinzhal Rusia yang diklaim mustahil dicegat sistem pertahanan manapun di dunia. Foto/Kementerian Pertahanan Rusia


WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) akhirnya meniru langkah Rusia dan China dengan mengembangkan peluru kendali (rudal) berkecepatan hipersonik. Keputusan Washington ini diambil setelah Moskow membuat ancaman bahwa rudal hipersoniknya mustahil dicegat sistem pertahanan udara manapun termasuk AS.

Angkatan Udara AS mengatakan, anggaran sekitar USD928.000.000 atau sekitar Rp12 triliun akan dihabiskan salah satunya untuk mengembangkan senjata canggih ini.

Dalam pengumumannya, Angkatan Udara AS mengatakan, kontrak pengembangan rudal hipersonik telah diberikan Lockheed Martin, kontraktor pertahanan yang berbasis di Maryland.

Selain rudal hipersonik, anggaran sebesar itu juga untuk melanjutkan proyek yang dikelola bersama Angkatan Udara dan DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency) yang bernama program Tactical Boost Glide.

Kedua proyek itu bagian dari program untuk mengembangkan prototipe canggih yang nantinya dapat diterapkan di pesawat jet tempur Amerika Serikat.

"Angkatan Udara menggunakan prototipe untuk mengeksplorasi 'art-of-the-possible' dan untuk memajukan teknologi ini," kata kepala layanan pers Angkatan Udara Ann Stefanek, seperti dikutip The Washington Post, Jumat (20/4/2018).

Para eksekutif Lockheed Martin telah menekankan bahwa pesawat dan persenjataan hipersonik sebagai domain yang sangat diminati.

"Kami berkomitmen untuk pengembangan teknologi hipersonik canggih, dan kami sangat antusias untuk bekerja pada program Hypersonic Conventional Strike Weapon," kata Jon Snyder, wakil presiden Lockheed Martin untuk Program Strategis Angkatan Udara dalam sebuah pernyataan yang dikirim via email.

Para pejabat Pentagon sebelumnya telah memperingatkan secara terbuka bahwa senjata hipersonik secara teoritis memang dapat menembus pertahanan rudal AS. Padahal, sistem pertahanan tersebut merupakan pelindung Amerika dari serangan nuklir pertama musuh.

Peringatan itu dengan asumsi bahwa rudal hipersonik dapat melesat jauh lebih cepat daripada kecepatan suara. Apa pun yang melesat lebih cepat dari Mach 5, atau lima kali kecepatan suara, dianggap hipersonik dan terlalu sulit untuk ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara.

Presiden Rusia Vladimir Putin, selama pidato kenegeraan bulan lalu mengumumkan bahwa militer Rusia telah mengembangkan dan menguji coba rudal hipersonik. Para pejabat AS juga mengatakan bahwa China juga memiliki kemampuan yang sama.

Michael Griffin, kepala penelitian dan pengembangan Pentagon, menyampaikan peringatan akan kemampuan China itu dalam paparannya di depan Komite Layanan Bersenjata Parlemen AS.

"Menurut pendapat saya, hari ini kemajuan paling signifikan oleh musuh kami adalah perkembangan China dari apa yang sekarang ini menjadi sistem yang cukup matang untuk serangan cepat (senjata) konvensional pada rentang multi-ribu kilometer," katanya. 

“Kami, dengan sistem pertahanan saat ini, belum melihat hal-hal ini muncul," ujar  Griffin kepada anggota Kongres. "Begitu kami melihatnya, kami akan memiliki sedikit waktu tersisa untuk merespons," imbuh dia.







Credit  sindonews.com