Tampilkan postingan dengan label AFGHANISTAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AFGHANISTAN. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 Mei 2019

Tujuh Anak Tewas Akibat Ranjau Darat di Afghanistan



Tujuh Anak Tewas Akibat Ranjau Darat di Afghanistan
Tujuh anak-anak tewas akibat terkena ledakan ranjau darat di Afghanistan. Foto/Istimewa

KABUL - Persenjataan perang kembali merenggut nyawa warga sipil di Afghanistan. Kali ini korbannya adalah anak-anak.

Sebuah ranjau darat meledak dan menewaskan tujuh anak serta melukai dua lainnya di provinsi Ghazni, selatan Ibu Kota Kabul. Ranjau tersebut meledak setelah anak-anak itu menginjaknya ketika tengah main.

"Ranjau itu ditanam oleh Taliban di jalan utama untuk menimbulkan korban pada pasukan keamanan," kata juru bicara provinsi Aref Noori seperti dikutip dari AFP, Sabtu (11/5/2019).

Kelompok Taliban tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Gerilyawan Taliban sering menggunakan bom pinggir jalan dan ranjau darat untuk menargetkan pasukan keamanan Afghanistan. Tetapi senjata mematikan itu juga menimbulkan korban pada warga sipil.

Amanullah Kamrani, seorang anggota dewan provinsi Ghazni, mengatakan anak-anak yang menjadi korban berusia antara tujuh dan sembilan tahun serta setidaknya empat dari mereka berasal dari satu keluarga.

Konflik selama bertahun-tahun membuat Afghanistan dipenuhi ranjau darat, mortir yang tidak meledak, roket dan bom rakitan. Banyak dari benda-benda berbahaya itu diambil oleh anak-anak yang penasaran.

Bulan lalu, tujuh anak tewas dan 10 lainnya luka-luka di provinsi Laghman timur Afghanistan ketika sebuah mortir meledak ketika mereka sedang memainkannya.

Menurut PBB, 3.804 warga sipil - termasuk lebih dari 900 anak-anak - tewas di Afghanistan pada 2018, dengan 7.000 lainnya terluka. Itu adalah tahun paling mematikan hingga saat ini bagi warga sipil dalam konflik Afghanistan.




Credit  sindonews.com




Kamis, 09 Mei 2019

Taliban Serang Kantor LSM Asal AS, Lima Tewas


Taliban Serang Kantor LSM Asal AS, Lima Tewas
Sedikitnya lima orang tewas saat Taliban menyerang kantor LSM asal AS di Ibu Kota Afghanistan Kabul. Foto/Istimewa

KABUL - Gerilyawan Taliban menyerang kantor-kantor organisasi bantuan Amerika Serikat (AS) di Ibu Kota Afghanistan. Mereka memerangi pasukan keamanan dan memicu ledakan besar dalam serangan selama enam jam dan menewaskan sedikitnya lima orang.

Belasan kendaraan dan toko hancur atau rusak bersama beberapa bangunan. Asap besar mengepul dari daerah itu dan suara tembakan sporadis bisa terdengar.

Pernyataan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan empat warga sipil dan seorang polisi tewas dan 24 lainnya terluka dalam serangan itu. Belum diketahui apakah ada warga asing yang terbunuh atau terluka dalam sernagan tersebut.

Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan serangan itu berakhir setelah lima pemberontak tewas oleh pasukan Afghanistan.

"Sekitar 200 orang diselamatkan dari kedua bangunan di dalam kompleks," kata pernyataan itu seperti dilansir dari Time, Kamis (9/5/2019).

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Nasrat Rahimi mengatakan serangan itu menargetkan organisasi bantuan yang berbasis di AS, Counterpart International, yang memiliki kantor di dekat kantor jaksa agung Afghanistan.

Kantor grup itu berada di kompleks dengan dua bangunan berlantai lima.

"Kami sangat sedih dengan serangan ini dan bekerja secepat mungkin untuk menjelaskan staf kami," kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan di situs webnya.

“Keselamatan dan keamanan mereka adalah perhatian utama kami," sambung pernyataan itu.

Duta Besar AS untuk Afghanistan, Johan Bass, mengutuk keras serangan terhadap LSM tersebut. Dia mengatakan organisasi yang menjadi target serangan bergerak membantu masyarakat setempat, melatih wartawan dan mendukung rakyat Afghanistan.

Misi Bantuan PBB di Afghanistan dalam sebuah pernyataan juga mengecam gerilyawan Taliban karena sengaja menargetkan organisasi bantuan sipil.

"Serangan hari ini sangat menyedihkan, menghantam organisasi sipil yang membantu warga Afghanistan," bunyi pernyataan itu.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kelompok itu menyerang organisasi tersebut karena terlibat dalam kegiatan Barat yang berbahaya di Afghanistan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Gerilyawan Taliban melakukan serangan hampir setiap hari terhadap pasukan Afghanistan, bahkan ketika upaya perdamaian telah dipercepat untuk mengakhiri perang selama 17 tahun di negara itu.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyerukan perdamaian dengan Taliban pekan lalu dan berjanji untuk membebaskan 175 tahanan Taliban menjelang bulan suci Ramadhan, yang dimulai Senin ini.

Taliban mengatakan mereka akan melanjutkan serangan mereka selama Ramadhan, tetapi akan sangat berhati-hati terhadap warga sipil selama operasi apa pun.

Gerilyawan telah menolak proposal gencatan senjata di masa lalu, dengan mengatakan pasukan AS dan NATO harus keluar dari negara itu terlebih dahulu. Taliban juga menolak untuk bernegosiasi langsung dengan pemerintah di Kabul, memandangnya sebagai boneka AS. 




Credit  sindonews.com




Selasa, 16 April 2019

AS Tidak Ingin Tergesa-gesa Tarik Pasukan dari Afghanistan


AS Tidak Ingin Tergesa-gesa Tarik Pasukan dari Afghanistan
Foto/Ilustrasi/Istimewa

KABUL - Amerika Serikat (AS) tidak ingin tergesa-gesa melakukan penarikan pasukan dari Afghanistan. Hal itu dikatakan oleh seorang anggota parlemen AS dari Partai Demokrat di Kabul, Aghanistan, di tengah desakan yang berkelanjutan untuk mengakhiri perang.

Senator Jeanne Shaheen, anggota Komite Angkatan Bersenjata Senat yang berpengaruh yang mengawasi militer AS, juga menekankan bahwa perempuan harus mendapat tempat di meja perundingan karena AS berusaha untuk bernegosiasi dengan Taliban.

Presiden Donald Trump tahun lalu mengatakan kepada penasihatnya bahwa ia ingin memangkas sekitar 14.000 pasukan Amerika di Afghanistan hingga setengahnya. Hal ini memicu kecaman bahwa ia ingin mempercepat penarikan pasukan.

"Apa yang kami dengar di sini adalah bahwa apa pun penyelesaian yang dinegosiasikan untuk mengakhiri konflik, itu dilakukan dengan cara yang sangat disengaja, yang memastikan semua pihak dapat berpartisipasi dalam transisi, dan tidak boleh ada penarikan (pasukan) secara tiba-tiba dari Afghanistan," kata Shaheen kepada wartawan di kedutaan besar AS.

Rekan-rekan Kongres setuju, katanya, menambahkan pemerintah juga setuju.

"Ada posisi yang disengaja yang mungkin tidak selalu tercermin dalam tweet yang datang dari Gedung Putih," katanya, merujuk pada kegemaran Trump untuk merilis pesan kebijakan luar negeri yang tidak terduga seperti dikutip dari AFP, Senin (15/4/2019).

Shaheen yang juga duduk di Komite Hubungan Luar Negeri Senat, dan satu-satunya wanita di panel.

Ia mengatakan sangat penting bagi perempuan untuk dilibatkan dalam pembicaraan dengan Taliban, yang rezimnya mencabik-cabik gagasan Barat tentang hak-hak perempuan dan mengeksekusi perempuan karena tuduhan perzinahan.

"Apa yang kita ketahui dari data adalah bahwa ketika wanita terlibat, ada sekitar 35 persen kemungkinan lebih besar bahwa negosiasi itu akan bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama," ulas Shaheen.

"Sangat penting bahwa apa pun yang keluar dari negosiasi damai apa pun, yang kami dukung memiliki wanita di meja perundingan," imbuhnya.

Putaran pembicaraan damai baru diperkirakan akan berlangsung akhir bulan ini antara para pemimpin politik Afghanistan, termasuk beberapa pejabat dari pemerintah Kabul, dan Taliban di Ibu Kota Qatar, Doha.

Taliban telah lama menolak untuk berbicara secara resmi dengan Kabul, menjuluki pemerintah Afghanistan sebagai "boneka" Barat, dan gerilyawan telah bersikeras bahwa pejabat pemerintah hanya hadir dalam kapasitas pribadi.

Susunan delegasi belum diumumkan, tetapi daftar awal dilaporkan hanya memiliki dua peserta perempuan. 





Credit  sindonews.com




Kamis, 11 April 2019

Taliban Klaim Tembak Jatuh Bomber B-52 AS di Afghanistan



Taliban Klaim Tembak Jatuh Bomber B-52 AS di Afghanistan
Pesawat pembom B-52 AS. Foto/Istimewa


KABUL - Gerilyawan Taliban mengklaim telah menembak jatuh sebuah pesawat pembom B-52 Amerika Serikat. Klaim ini muncul setelah serangan yang terjadi beberapa hari setelah Taliban menargetkan konvoi AS di Afghanistan timur laut, menewaskan tiga tentara.

Insiden itu konon terjadi ketika pesawat itu terbang dari pangkalan udara Shawrab Airbase di Afghanistan selatan pada Rabu dini hari.

"Mujahidin (pejuang milisi) dari Emirat Islam menargetkan sebuah pesawat pembom B-52 AS dengan senjata berat hari ini dini hari di daerah Lar di distrik Washir, provinsi Helmand," kata seorang juru bicara Taliban seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (11/4/2019).

Pesawat pembom B-52 itu dikatakan jatuh setelah serangan, menewaskan semua krunya. Baik otoritas Afghanistan dan AS belum mengomentari klaim ini.

Sebelumnya pada 8 April lalu, tiga tentara AS tewas dalam serangan bom mobil terhadap konvoi di dekat Pangkalan Angkatan Udara Bagram di Afghanistan timur laut. Kelompok Taliban mengaku bertanggung jawab atas pemboman itu.

Taliban muncul pada 1994 saat puncak perang saudara di Afghanistan. Kelompok ini memegang tampuk kekuasaan di sebagian besar negara antara tahun 1996 dan 2001. Selama periode ini, Taliban menerapkan hukum Syariah Islam.

Taliban digulingkan dari kekuasaan oleh koalisi pimpinan AS pada 2001 dan sejak itu melancarkan perang gerilya melawan pemerintah yang berbasis di Kabul, dan pasukan NATO di Afghanistan serta Pakistan yang bertetangga.

Dubes Rusia untuk Afghanistan mengatakan pada Februari lalu bahwa gerilyawan menguasai setidaknya 50 persen wilayah Afghanistan dan jumlah mereka termasuk dari 3.500 hingga 10.000 pejuang ISIS, yang secara teratur melakukan serangan teror di seluruh negeri. 




Credit  sindonews.com




Selasa, 09 April 2019

Tiga Tentara AS dan Satu Kontraktor Tewas Terkena Bom di Afghanistan


Tiga Tentara AS dan Satu Kontraktor Tewas Terkena Bom di Afghanistan
Seorang tentara Amerika Serikat saat bertugas di Afghanistan. Foto/REUTERS/Thomson Reuters/File Photo

KABUL - Tiga tentara Amerika Serikat (AS) dan seorang kontraktor tewas terkena ledakan bom di dekat pangkalan utama Amerika di dekat Kabul, Afghanistan. Serangan bom pada hari Senin itu diklaim kelompok Taliban sebagai ulah mereka.

Menurut militer AS, ledakan di dekat Lapangan Terbang Bagram yang merupakan fasilitas militer AS terbesar di negara tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, militer Washington juga mengakui bahwa tiga tentara AS lainnya terluka dalam ledakan itu dan sedang menerima perawatan.

Kelompok Taliban, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (9/4/2019), mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu dan menggambarkannya sebagai bom bunuh diri dengan mobil.

Kelompok itu mengatakan seorang penyerang meledakkan kendaraan bermuatan bahan peledak di dekat pangkalan militer di provinsi Parwan.

Ini adalah salah satu serangan paling mematikan baru-baru ini terhadap personel AS. Pada November, ledakan bom di pinggir jalan menewaskan tiga tentara AS di dekat kota Ghazni, Afghanistan tengah.

Bulan lalu dua tentara Amerika juga tewas di Afghanistan saat melakukan operasi. Kendati demikian, perang di negara tersebut telah mengambil korban yang jauh lebih besar pada pasukan keamanan Afghanistan dan warga sipil.

Presiden Ashraf Ghani, saat berbicara di Forum Ekonomi Dunia pada Januari, mengatakan bahwa sekitar 45.000 pasukan keamanan Afghanistan telah terbunuh sejak dia menjabat pada September 2014. Menurutnya, rata-rata korban tewas mencapai 849 orang per bulan.

Saat ini, ada sekitar 14.000 pasukan AS di Afghanistan. Presiden Donald Trump berencana menarik pasukan Wasington dari negara tersebut, namun jadwal penarikannya belum pernah disampaikan pada publik. 




Credit  sindonews.com


Senin, 01 April 2019

Serangan Taliban Tewaskan 9 Polisi di Afghanistan Timur


Militan Taliban bergerak di Afganistan.
Militan Taliban bergerak di Afganistan.
Foto: Mirror

Taliban menyerang pos keamanan di Afghanistan Timur



CB, GHAZNI – Sebanyak sembilan polisi Afghanistan meninggal dunia akibat serangan militan yang menyerbu pos pemeriksaan mereka di Kota Ghazni, Afghanistan timur. Setelah membantai polisi, militan Taliban melanjutkan serangan ke seluruh Kota Ghazni.


Dilaporkan dari Channelnewsasia, juru bicara polisi Ghazni, Ahmad Khan, menceritakan serangan itu dimulai pada Jumat (30/3) pagi waktu setempat ketika para militan Taliban menyerang dua pos pemeriksaan yang letaknya berdekatan.

Militan Taliban kemudian menyerang sekelompok polisi yang bergegas ke tempat kejadian dan menewaskan kepala polisi setempat.


Secara keseluruhan, sembilan petugas tewas dan enam lainnya cedera dalam serangan tersebut.


Jumlah korban tersebut dikonfirmasi oleh  juru bicara gubernur Ghazi, Arif Noori.

Pada Agustus lalu, para militan Taliban sempat menguasai Kota Ghazni sebelum mereka mundur akibat serangan udara Amerika Serikat dan tentara Afghanistan.


Serangan umat lalu,  menyoroti kerapuhan keamanan Afghanistan yang sedang berlangsung dan risiko yang dihadapi pasukan keamanan lokal ketika mereka melakukan pemeriksaan.


Presiden Ashraf Ghani pada Januari mengatakan 45 ribu pasukan keamanan telah terbunuh sejak dia menjabat pada September 2014.


Di akun Twitter-nya, Taliban mengklaim telah membunuh 12 "tentara," meskipun kelompok itu sering melebih-lebihkan jumlahnya.


Sementara itu di Zabul di Afghanistan selatan, Jumat malam, Gul Islam Seyal, juru bicara gubernur setempat, mengatakan, empat polisi tewas dan dua lainnya cedera setelah seorang "penyusup Taliban" melepaskan tembakan ke sebuah pos pemeriksaan.


Serangan itu terjadi ketika Amerika Serikat berusaha untuk menengahi perjanjian damai dengan Taliban dan pemerintah Kabul, lebih dari 17 tahun sejak invasi pimpinan AS yang menggulingkan para pejuang Islam. 



Credit  republika.co.id



Banjir Afghanistan, 35 Orang Tewas dan 3.000 Rumah Hancur


Banjir Afghanistan, 35 Orang Tewas dan 3.000 Rumah Hancur
Sisa banjir bandang di Afghanistan, Minggu (31/3). (REUTERS/Jalil Ahmad)



Jakarta, CB -- Banjir bandang yang disebabkan oleh hujan lebat di Afghanistan sejak Sabtu (30/3), dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 35 orang. Banjir menghanyutkan ribuan rumah, memutus akses ke desa-desa terpencil di seluruh negara bagian Afghanistan.

Banjir hebat yang dimulai Jumat pagi menewaskan sedikitnya 12 orang di provinsi utara Faryab dan 10 orang di provinsi barat Herat. Kabar itu disampaikan juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (ANDMA) Afghanistan, kata Hashmat Bahaduri.

Sementara itu, tambahan korban lainnya yakni delapan orang tewas berada di provinsi Badghis, dan lima orang lainnya provinsi Balkh di utara, kata Bahaduri kepada AFP, seraya menambahkan bahwa lebih dari 3.000 rumah telah hancur.


Di Herat, 10 distrik dan beberapa bagian kota Herat terkena dampak.

"Ratusan rumah telah hancur dan ribuan lainnya mengungsi," kata juru bicara gubernur, Jailani Farhad, juru bicara gubernur provinsi.


Direktur Bulan Sabit Merah Afghanistan di Herat, Mir Gulabuddin Miri mengatakan akses ke beberapa daerah telah terputus. Kondisi ini mempersulit para relawan menjangkau orang-orang yang masih berada di lokasi bencana.

"Kerusakannya sangat besar. Lebih dari 12 daerah di provinsi ini dilanda dengan sangat buruk, orang-orang kehilangan rumah mereka. Kami hanya bisa menyediakan makanan dan selimut sejauh ini," katanya.

Pekerja bantuan di provinsi utara Faryab dan Balkh juga telah berjuang untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada keluarga yang terkena dampak.

"Tetapi skala bencana sangat besar. Kami membutuhkan lebih banyak bantuan kemanusiaan," ujar seorang juru bicara ANDMA di Afghanistan utara kepada AFP.

Upaya penyelamatan dan pengiriman bantuan setelah bencana seperti longsoran dan banjir bandang sering terhambat oleh kurangnya peralatan di Afghanistan. Infrastruktur yang buruk juga menyulitkan pekerja bantuan untuk mencapai daerah yang terisolasi.

Awal bulan ini, sedikitnya 20 orang tewas oleh banjir bandang yang disebabkan oleh hujan lebat yang menyapu ribuan rumah dan kendaraan di provinsi Kandahar selatan.




Credit  cnnindonesia.com



Kamis, 28 Maret 2019

Pemimpin Taliban ditahan di Logar, dua lagi di Nangarhar


Pemimpin Taliban ditahan di Logar, dua lagi di Nangarhar

Pos polisi Nangarhar, Afghanistan. (Bakhtar News Agency)




Pul-e-Alam, Afghanistan (CB) - Seorang pemimpin senior Taliban telah ditahan di Provinsi Logar pada Selasa (26/3), sementara dua orang lagi ditahan di Provinsi Nangarhar.

Juru Bicara Direktorat Keamanan Logar Shahpoor Ahmadzai mengatakan kepada Bakhtar News Agency mengatakan Qari Fareed --seorang pemimpin senior Taliban-- telah ditangkap bersama senjata apinya di Wilayah Dehdoshanba, Kota Pul-e-Alam, Provinsi Logar.

Menurut Ahmadzai, sebagaimana dilaporkan BNA --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu malam, Qari Fareed adalah salah seorang pemimpin kenamaan Taliban dan pembunuh beberapa polisi di provinsi itu.

Sementara itu dua orang lagi telah ditangkap bersama senjata kiriman di Provinsi Nangarhar.

Kedua orang yang ditahan tersebut dicari karena menyelundupkan senjata ringan dan berat serta peralatan militer ke tempat yang tak diketahui.

Kantor Media Provinsi Nangarhar mengeluarkan pernyataan pers yang mengatakan orang yang ditahan itu menaruh senjata canggih di satu kendaraan.

Belum jelas apakah kedua orang yang ditahan tersebut adalah anggota kelompok gerilyawan atas pedagang senjata.



Credit  antaranews.com



Rabu, 27 Maret 2019

EU dukung proses perdamaian milik Afghanistan


EU dukung proses perdamaian milik Afghanistan

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dalam taklimat bersama Kepala Kebijakan Luar Negeri EU Federica Mogherini. (Anadolu)




Kabul, Afghanistan (CB) - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (EU) pada Selasa, selama kunjungannya ke Ibu Kota Afghanistan, Kabul, menyampaikan dukungan penuh organisasi regional itu buat proses perdamaian milik Afghanistan.

Federica Mogherini bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Arg (Istana Presiden Afghanistan).

Dalam taklimat bersama dengan Ghani, Mogherini mengumumkan EU siap menjadi penjamin kesepakatan perdamaian di negara yang dicabik perang tersebut, kata Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam. Wanita pejabat itu menegaskan kerangka kerja konstitusional harus ditegakkan untuk mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan.

"Yang pertama dan utama, proses tersebut milik rakyat Afghanistan dan lembaga Afghanistan dan tak ada langkah mundur ketika sampai pada demokrasi, susunan lembaga dan terutama hak asasi manusia, ketentuan hukum dan semua pencapaian yang telah diwujudkan terutama buat perempuan Afghanistan, buat anak-anak dan kelompok minoritas di negeri ini," kata Ketua Kebijakan Luar Negeri EU tersebut.

Pada gilirannya, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan Afghanistan berada di jantung Asia, dan ketakstabilan di Afghanistan akan memiliki dampak pada seluruh wilayah itu.

"Kestabilan tak bisa diwujudkan dengan intimidasi atau dengan kekuatan dan senjata yang hanya akan memulai era baru ketakstabilan," demikian peringatan Presiden Afghanistan tersebut.

Pernyataan itu dikeluarkan saat milisi Taliban dan AS dijadwalkan melanjutkan pembicaraan pada April di Doha, Qatar. Pemerintah Afghanistan makin merasa disisihkan di meja perundingan. Taliban tak bersedia berbicara dengan Pemerintah Afghanistan, sehingga mengakibatkan kebuntuan.

Saat menyerukan gencatan senjata segera dan dilanjutkannya pembicaraan perdamaian di negara yang diporakporandakan perang tersebut, Mogherini mengatakan EU akan selalu memihak rakyat Afghanistan.



Credit  antaranews.com




Selasa, 26 Maret 2019

Sepuluh anak terbunuh akibat serangan udara AS di Afghanistan


Sepuluh anak terbunuh akibat serangan udara AS di Afghanistan

Sejumlah polisi membawa seorang korban penyerangan mortar ke rumah sakit di Kabul, Afghanistan, Kamis (7/3/2019). Laporan sementara dari otoritas keamanan setempat, kejadian tersebut telah menyebabkan tiga orang tewas dan 22 orang lainnya luka-luka. ANTARA FOTO/REUTERS/Omar Sobhani/wsj.




Kabul (CB) - Sepuluh anak yang merupakan bagian dari keluarga besar terbunuh dalam serangan udara oleh Amerika Serikat di Afghanistan, bersama tiga orang dewasa warga sipil, Perserikatan Bangsa-bangsa melaporkan, Senin.

Serangan udara yang berlangsung pada Sabtu dini hari merupakan bagian dari pertempuran antara Taliban dan pasukan Amerika Serikat dan Afghanistan, dan berlangsung sekitar 30 jam di Kunduz, suatu provinsi di Afghanitan Utara tempat Taliban kuat di tempat tersebut.

Anak-anak terpisah dari keluarga mereka akibat pertikaian dimana-mana di negeri tersebut, menurut Misi Bantuan di Afghanistan (UNAMA), yang menyiarkan laporan pendahuluan tentang kejadian tersebut.

UNAMA mengatakan dalam suatu taklimat bahwa telah terverifikasi 13 warga sipil yang menjadi korban di sekitar waktu kejadian serangan udara.

Tiga warga sipil lagi menderita luka. Peristiwa tersebut terjadi di Telawka --yang berada di dekat kota Kunduz.

Sersan Debra Richardson, perempuan juru bicara untuk Misi Dukungan Tegas di Afghanistan dipimpin NATO, membenarkan bahwa pasukan AS melancarkan serangan udara, tetapi dia mengatakan pada Senin bahwa misi tersebut belum mengonfirmasi bahwa serangan itu menyebabkan jatuh korban warga sipil.

Dia menuturkan bahwa tujuan misi tersebut bertujuan mencegah jatuhnya korban sipil, sedangkan Taliban dengan sengaja bersembunyi di antara warga sipil.

Jumlah warga sipil Afghanistan yang terbunuh pada tahun lalu dalam serangan udara maupun bom bunuh diri telah meningkat, PBB mengatakan dalam laporan bulan Februari. Korban anak-anak akibat serangan udara telah meningkat setiap tahun sejak 2014.

Pertempuran meningkat selama perundingan ulang antara AS dan utusan Taliban untuk tujuan mengakhiri perang Afghanistan yang telah berlangsung selama 17 tahun.




Credit  antaranews.com




Senin, 25 Maret 2019

Lebih 10 warga sipil tewas akibat serangan udara AS di Afghanistan

Lebih 10 warga sipil tewas akibat serangan udara AS di Afghanistan

Ilustrasi: korban tewas di Afghanistan. (ANTARA FOTO/REUTERS/Omar Sobhani/wsj)




Kunduz, Afghanistan (CB) - Serangan-serangan udara Amerika Serikat di Provinsi Kunduz, Afghanistan Utara, menewaskan lebih dari 10 warga sipil pada Sabtu, kata pejabat-pejabat setempat, sementara pertempuran sengit berkecamuk di sana dan di Provinsi Helmand, di bagian selatan negara itu.

Serangan-serangan udara itu menewaskan 13 warga sipil, kata Safiullah Amiri, anggota Dewan Provinsi Kunduz. Di antara para korban terdapat beberapa anak-anak, kata Amruddin, anggota dewan lainnya, yang menyebut jumlah warga sipil yang tewas 12 orang.

Jenazah korban dibawa ke kota Kunduz di belakang truk sebagai protes oleh puluhan warga sipil terhadap kematian tersebut.

Kematian warga sipil terjadi ketika pasukan pemerintah Afghanistan dan Taliban mengklaim mengalami kerugian besar di masing-masing pihak di Kunduz dan Helmand, dua benteng Taliban.

Sersan Debra Richardson, wanita juru bicara bagi misi "Resolute Support" --yang dipimpin NATO di Afghanistan, mengatakan pihaknya mengetahui laporan-laporan tentang korban sipil, dengan menambahkan bahwa misi itu meninjau kembali semua tuduhan yang kredibel.

"Kami ambil tiap langkah untuk mencegah jatuhnya korban di kalangan warga sipil, berbeda dari Taliban yang sengaja bersembunyi di belakang kaum wanita dan anak-anak," kata dia dalam satu pernyataan.

Resolute Support, yang beranggotakan tentara dari 39 negara, melatih, memberi nasehat dan membantu pasukan keamanan Afghanistan.

Richardson mengatakan pasukan gabungan Afghanistan dan AS bertempur melawan Taliban sekitar 30 jam sejak Jumat hingga Sabtu dekat kota Kunduz. Dalam pertempuran Taliban bergerak masuk dan keluar rumah warga sipil.

Setelah membunuh 94 petempur Taliban, sejumlah serdadu AS dan Afghanistan mengendarai satu kendaraan ke tempat pemriksaan, tempat dia mengatakan mereka di serang dari jarak dekat, kemudian diikuti oleh petempur Taliban dari sisi tempat pemeriksaan yang menembaki mereka.

Serangan udara kemudian dilancarkan atas kompleks Taliban, salah satu di antara sekian kompleks hari itu, ujarnya.

Menurut satu sumber senior militer Afghanistan, empat prajurit Afghanistan gugur dalam pertempuran itu.

Taliban menyatakan pihaknya telah membunuh 19 anggota pasukan Afghanistan dan lima dari pasukan asing di Kunduz.



Credit  antaranews.com




Ledakan landa perayaan dan gubernur Helmand terluka


Ledakan landa perayaan dan gubernur Helmand terluka
Dua ledakan terjadi di suatu perayaan di Laskhar Gah, di bagian selatan Afghanistan, pada Sabtu, mencederai gubernur Provinsi Helmand, kata perwira keamanan..



Lashkar Gah, Afghanistan (CB) - Dua ledakan terjadi di suatu perayaan di Laskhar Gah, di bagian selatan Afghanistan, pada Sabtu, mencederai gubernur Provinsi Helmand, kata perwira keamanan.

Ledakan-ledakan tersebut terjadi saat warga masyarakat merayakan Hari Petani.

Gubernur Helmand Mohammad Yasin Khan jatuh dan terluka akibat ledakan-ledakan itu sebelum ia dengan cepat dibawa keluar dari tempat acara, kata seorang saksi mata Reuters.

Para pekerja darurat tiba untuk membantu merawat sedikitnya 15 orang yang terluka. Penyebab ledakan tersebut sejauh ini belum jelas tetapi tampaknya disebabkan oleh bahan peledak yang ditanam.

Tidak segera jelas apakah ada orang yang tewas.

Helmand merupakan salah satu provinsi di Afghanistan, tempat para pemberontak memiliki kendali dan pengaruh besar. Lashkar Gah adalah ibu kota provinsi itu.





Credit  antaranews.com



Jumat, 22 Maret 2019

Dua Tentara AS Tewas di Afghanistan


Dua Tentara AS Tewas di Afghanistan
Foto/Ilustrasi/Istimewa

KABUL - Dua tentara Amerika Serikat (AS) tewas di Afghanistan pada Jumat (22/3/2019) ketika melakukan operasi. Demikian pernyataan yang dikeluarkan misi dukungan NATO dalam sebuah pernyataan.

Namun pernyataan itu tidak memberikan rincian lebih lanjut dan merahasiakan identitas tentara yang tewas sampai keluarga terdekat diberitahu seperti dilansir dari Reuters.

Misi militer AS di Afghanistan difokuskan pada membimbing dan membantu pasukan Afghanistan melawan Taliban, yang digulingkan dari kekuasaan pada tahun 2001.

Kekerasan telah tiada henti di Afghanistan meskipun gerilyawan Taliban telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan dengan para pejabat AS tentang penyelesaian damai. Pembicaraan terakhir berakhir bulan ini dengan kedua belah pihak mengutip kemajuan, tetapi tidak ada kesepakatan untuk mengakhiri perang selama 17 tahun.

Misi Dukungan NATO sendiri terdiri dari 17.000 tentara di mana sekitar setengahnya berasal dari AS. Sebelumnya, Presiden Donald Trump berkeinginan untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan. Trump berencana untuk menarik lebih dari 5.000 tentara AS dari Afghanistan 



Credit  sindonews.com


Beberapa ledakan guncang ibu kota Afghanistan, enam orang tewas


Beberapa ledakan guncang ibu kota Afghanistan, enam orang tewas
Dokumentasi ledakan di dekat Gedung Parlemen Afghanistan, di Kabul, Senin (22/6/15). (REUTERS/Mohammad Ismail)



Kabul (CB) - Enam orang tewas dan hampir 30 orang lagi cedera ketika beberapa ledakan mengguncang Ibu Kota Afghanistan, Kabul, Kamis, kata Kementerian Kesehatan negeri itu.

Baseer Mujahed, Juru Bicara bagi Polisi Nasional Afghanistan di Kabul, mengatakan kepada Kantor Berita Turki, Anadolu, ledakan bom rakitan (IED) menggunakan Permukiman Karta-e-Sakhi di Kabul Barat, selama perayaan Nevruz, yang menandai awal musim semi.

Sebelumnya, Mujahed telah mengatakan dua orang tewas dan lebih dari selusin lagi cedera dalam ledakan itu. Namun, Kementerian Kesehatan Masyarakat belakangan mengubah jumlah korban jiwa jadi enam dan cedera jadi 29.

Belum ada klaim pertanggung-jawaban dalam serangan tersebut. Lembaga lokal Tolo News melaporkan bahan peledak rakitan pinggir jalan dan bom mortir digunakan dalam serangan itu.


Suasana di Kabul, Afghanistan. (Anadolu)


Credit  antaranews.com





Senin, 18 Maret 2019

DK PBB Setujui Resolusi Indonesia dan Jerman Soal Afghanistan



DK PBB Setujui Resolusi Indonesia dan Jerman Soal Afghanistan
Dewan Keamanan (DK) PBB dilaporkan telah menyetujui dengan suara bulat sebuah resolusi perpanjangan mandat Misi PBB ke Afghanistan atau UNAMA. Foto/Istimewa


WASHINGTON - Dewan Keamanan (DK) PBB dilaporkan telah menyetujui dengan suara bulat sebuah resolusi perpanjangan mandat Misi PBB ke Afghanistan atau UNAMA. Resolusi itu diajukan oleh Indonesia dan Jerman.

“Ini adalah Resolusi pertama dari Indonesia yang berhasil disahkan oleh DK PBB sejak keanggotaan Indonesia pada DK PBB sejak Januari 2019," kata Duta Besar Indonesia untuk PBB, Dian Triansyah Djani seperti dikutip Sindonews dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Minggu (17/3).

Pria yang kerap disapa Trian itu kemudian mengatakan, resolusi ini penting, karena memberikan mandat kepada badan PBB untuk lanjutkan berbagai kegiatan yang mendukung Afghanistan, guna mencapai kemajuan dalam proses perdamaian yang sedang berlangsung, termasuk pembangunan yang menjadi prioritas Pemerintah Afghanistan.

"Kesatuan dari DK PBB penting untuk memberikan sinyal kepada Afghanistan bahwa komunitas internasional dukung Afghanistan secara penuh," ungkapnya.

Resolusi itu berisikan peran PBB untuk mendukung perdamaian dan stabilitas di Afghanistan, serta komitmen DK PBB akan kedaulatan, kemerdekaan, integritas wilayah dan kesatuan dari Afghanistan. Resolusi juga memberikan dukungan kepada Pemerintah Afghanistan untuk membangun negaranya dan memperkuat demokrasi.

Sentralitas dan proses politik yang komprehensif, inklusif bersifat Afghan-led dan Afghan-owned dan menjadikan Afghanistan sebagai platform untuk kerjasama internasional, juga telah digarisbawahi pada resolusi.

Perpanjangan mandat UNAMA penting untuk koordinasi berbagai bantuan internasional termasuk memberikan dukungan yang diperlukan dalam persiapan Pemilu Presiden tahun 2019 di Afghanistan. 





Credit  sindonews.com


Taliban tangkap 50 personel polisi perbatasan sementara pertempuran meningkat di Afghanistan barat


Taliban tangkap 50 personel polisi perbatasan sementara pertempuran meningkat di Afghanistan barat

Taliban merayakan gencatan senjata di Distrik Ghanikhel di Provinsi Nangarhar, Afghanistan. Gambar diambil pada 16 Juni, 2018. (REUTERS/Parwiz)




Kabul (CB) - Sedikitnya 50 anggota pasukan keamanan Afghanistan telah menyerah ke Taliban dalam pertempuran untuk menguasai Provinsi Badghis di bagian barat negara itu, peristiwa yang telah merenggut cukup banyak korban, kata para pejabat.

Pertempuran di Afghanistan telah meningkat bahkan ketika para pejabat Taliban dan Amerika Serikat menyelesaikan babak paling terbaru dari perundingan perdamaian pada Selasa, yang disebutkan kedua pihak mengalami kemajuan.

Kekerasan di Afghanistan biasanya menunjukkan peningkatan pada musim semi.

Sebanyak 100 personel Afganistan yang merupakan bagian dari kepolisian perbatasan di bawah Kementerian Dalam Negeri berusaha meninggalkan pos-pos mereka ke negara tetangga Turkmenistan pada Sabtu, tetapi mereka dicegah masuk ke negara itu, kata Abdul Aziz Bik, ketua dewan Provinsi Baghdis, pada Ahad.

Sekitar 50 personel polisi perbatasan Afghanistan menyerah, sisanya lagi terus bertempur di distrik Bala Murghab, katanya. Bala Murghab merupakan distrik yang sangat padat di provinsi itu.

"Para tentara ini telah bertempur melawan Talban selama bertahun-tahun dan jika mereka menyerah, mereka akan dibunuh oleh Taliban," kata Bik

Distrik itu berisiko jatuh ke ke tangan Taliban jika pasukan Afghanistan tidak memperoleh tambahan kekuatan di darat dan udara, kata Abdullah Afzali, anggota dewan itu pada Sabtu.

Taliban menyatakan 90 personel polisi perbatasan telah menyerah kepada kelompok militan itu yang mengunggah foto-foto mereka yang ditangkap Taliban dan menambahkan pihaknya telah membunuh banyak lagi. Jamshid Shahabi, juru bicara gubernur Badghis, mengatakan Taliban telah menggelembungkan perkiraan jumlah anggota pasukan yang ditangkap.
Sejauh ini belum jelas berapa banyak personel polisi Afghanistan dan anggota Taliban yang terbunuh atau terluka dalam pertempuran untuk menguasai distrik itu.

Tetapi Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mencuit bahwa serangan-serangan di Bala Murghab telah menimbulkan banyak korban. Dikatakan, pihaknya telah memfasilitasi penyerahan 20 jasad tentara ke Korps Tentara Nasional Afghanistan.

Dalam cuitannya di Twitter, Kementerian Pertahanan Afghanistan mengatakan pasukannya telah membunuh 12 anggota Taliban di Bala Murghab, sebagai bagian dari operasi di seluruh 10 provinsi selama 24 jam sebelumnya. Seorang jubir kementerian itu tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Distrik Bala Murghab telah menjadi medan tempur dalam beberapa bulan belakangan. Taliban membunuh 20 serdadu Afghanistan dan menangkap 20 lagi kurang dari sepekan lalu.






Credit  antaranews.com




Jumat, 15 Maret 2019

Indonesia Siap Berkontribusi Proses Perdamaian di Afghanistan


Indonesia Siap Berkontribusi Proses Perdamaian di Afghanistan
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Afghanistan Salahuddin Rabbani dalam joint press statement, usai melakukan pertemuan bilateral, di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI, di Jakarta, Jumat (15/3/2019). (ANTARA/Yuni Arisandy)




Jakarta (CB) - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Afghanistan Salahuddin Rabbani kembali menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia siap berkontribusi dalam proses dan upaya mewujudkan perdamaian di Afghanistan.

"Dalam pertemuan tadi, Indonesia kembali menegaskan komitmen dan dukungan penuh bagi perdamaian Afghanistan. Kami membahas berbagai kemajuan dalam proses penciptaan perdamaian. Indonesia siap berkontribusi dalam proses perdamaian di Afghanistan," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, di Jakarta, Jumat.

Pernyataan tersebut disampaikan Menlu RI usai melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Afghanistan di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI.

Menurut Menlu Retno, berdasarkan perspektif Pemerintah RI, Indonesia dapat berkontribusi dalam tiga hal untuk proses perdamaian di Afghanistan, yaitu dalam proses membangun rasa saling percaya (trust building), upaya pembangunan perdamaian (peace building), dan menggalang dukungan di fora internasional.

"Pertama, 'trust building' merupakan elemen penting dalam tiap proses perdamaian. Tahun lalu Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan trilateral ulama Indonesia-Pakistan-Afghanistan. Indonesia siap memfasilitasi berbagai kegiatan 'trust building' untuk perdamaian Afghanistan," ujar Menlu Retno.

Kedua, untuk proses pembangunan perdamaian dan "state building", Indonesia menawarkan bantuan pembangunan kapasitas dan beasiswa kepada pemerintah dan warga Afghanistan.

"Indonesia menawarkan 100 beasiswa di bidang minyak, gas, dan pertambangan. Indonesia juga memberikan pelatihan untuk para diplomat Afghanistan serta pelatihan untuk prosedur ekspor impor," ujar Menlu Retno.

Selain itu, Pemerintah Indonesia siap berbagi pengalaman dan praktik terbaik tentang penyelenggaraan pemilu kepada Afghanistan yang akan menyelenggarakan pemilihan umum dalam waktu dekat.

"Isu tentang perempuan juga sangat penting, maka salah satu program pembangunan kapasitas yang diberikan adalah terkait isu pemberdayaan perempuan," kata Menlu RI itu pula.

Saat ini, Pemerintah Indonesia juga berupaya untuk menyelesaikan pembangunan Indonesia Islamic Center (IIC) di Kabul, dan juga memulai pembangunan klinik kesehatan di dalam IIC.

Ketiga, pemerintah Indonesia dapat berkontribusi dalam proses perdamaian di Afghanistan dengan menggalang dukungan dari berbagai fora internasional.

"Di fora internasional, termasuk PBB, Indonesia terus menggalang dukungan bagi proses perdamaian Afghanistan. Indonesia bersama Jerman sedang merumuskan resolusi untuk perpanjangan misi UNAMA (Misi Bantuan PBB di Afghanistan)," ujar Menlu Retno.

"Indonesia juga terus mendorong PBB untuk mendukung proses perdamaian dan stabilitas di Afghanistan," katanya pula.





Credit  antaranews.com

Indonesia Minta Dukungan Afghanistan untuk Keanggotaan Dewan HAM


Indonesia Minta Dukungan Afghanistan untuk Keanggotaan Dewan HAM

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Afghanistan Salahuddin Rabbani, di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI, di Jakarta, Jumat (15/3/2019). (ANTARA/Yuni Arisandy)




Jakarta (CB) - Pemerintah Republik Indonesia meminta dukungan dari Afghanistan untuk pencalonan Indonesia sebagai anggota Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (HAM PBB) periode 2020-2022.

Permintaan dukungan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Afghanistan Salahuddin Rabbani, di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, di Jakarta, Jumat.

"Indonesia meminta dukungan bagi pencalonan untuk keanggotaan di Dewan HAM PBB periode 2020-2022 pemilihannya akan berlangsung pada Oktober 2019 di New York," ujar Menlu Retno.

Menlu RI sebelumnya pada bulan lalu telah meluncurkan kampanye pencalonan Indonesia sebagai anggota Dewan HAM PBB periode 2020-2022 di Markas PBB di Jenewa, Swiss.

Menlu Retno pada pertemuan Tingkat Tinggi Sidang Dewan HAM PBB Sesi ke-40, juga menyampaikan komitmen Indonesia sebagai mitra terpercaya bagi demokrasi, pembangunan, dan keadilan sosial.

Indonesia merupakan salah satu anggota pendiri Dewan HAM PBB, dan sebelumnya telah empat kali menjadi anggota Dewan HAM untuk periode 2006-2007, 2007-2010, 2012-2014 dan 2015-2017.

Dalam pencalonan kali ini, terdapat lima kandidat dari kelompok Asia Pasifik, yaitu Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Marshall Island, dan Iran yang akan memperebutkan empat kursi.

Dewan HAM memiliki 47 anggota yang dipilih oleh Majelis Umum PBB dan bersidang sedikitnya tiga kali dalam setahun.



Credit  antaranews.com


Buku baru: mantan pemimpin Taliban hidup di depan mata AS


Buku baru: mantan pemimpin Taliban hidup di depan mata AS

Mullah Mohammad Omar (Reuters)




Kabul (CB) - Satu buku biografi mantan pemimpin Taliban, yang bermata satu, Mullah Omar, menyebutkan ia tinggal di dekat satu pangkalan AS selama bertahun-tahun, bukan di Pakistan seperti yang telah dikatakan para pejabat Amerika.

Buku itu mengungkapkan kegagalan Barat untuk melacak dia. Tapi seorang juru bicara presiden Afghanistan menggambarkan pernyataan tersebut sebagai "khayalan".

Di dalam bukunya, "Op Noek Naar De Vijand (Mencari Seorang Musuh)", wartawati Belanda Bette Dam mengatakan Mullah Omar tak pernah tinggal di negara tetangga Afghanistan, Pakistan.

Milisi Taliban, yang dipimpin Mullah Omar, menguasai Afghanistan dari 1996 sampai 2001, dan telah melancarkan perlawanan anti-pemerintah sejak itu.

Mullah Omar, yang melimpahkan kemimpinan Taliban sejak 2001, tampaknya telah bertindak lebih sebagai pemimpin spiritual, kata buku tersebut, sebagaimana dilaporkan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam. Dan gerakan garis keras itu merahasiakan kematiannya pada 2013 selama dua tahun.

Ia dicari di Amerika Serikat karena menyediakan tempat bersembunyi buat pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang disebut-sebut menjadi otak serangan 11/9 di Amerika Serikat dan bersembunyi di Pakistan. Washington telah menjanjikan imbalan 10 juta dolar AS untuk pemberi keterangan mengenai keberadaan Osama.

Pasukan AS bahkan menggeledah tempat tinggalnya dalam satu kejadian, tapi gagal menemukan tempat persembunyian Omar, kata Dam kepada Reuters.

"Buku tersebut menggaris-bawahi kegagalan dinas intelijen Barat pada saat para pejabat AS dan Taliban mengadakan pembicaraan perdamaian guna mengakhiri perang 17-tahun di Afghanistan," kata wartawati itu.

Kedutaan besar AS di Ibu Kota Afghanistan, Kabul, belum menanggapi permintaan untuk memberi komentar. Amerika Serikat telah menghentikan Dana Dukungan Koalisi buat Pakiatan akibat "kegagalannya" untuk melakukan tindakan tegas terhadap anggota Taliban Afghanistan yang beroperasi dari wilayah Pakistan.

Haroon Chakhansuri, Juru Bicara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, "dengan tegas membantah" buku tersebut dan mengatakan itu adalah "pernyataan khayalan" bahwa Omar berada di Afghanistan.

"Kami memiliki cukup bukti yang memperlihatkan ia (Omar) menetap dan meninggal di Pakistan ...," kata Chakhansuri di akun Twitter.

Amrullah Saleh, mantan kepala dinas intelijen Afghanistan dan calon dalam pemilihan presiden mendatang, juga menolak buku itu.

"Apa yang disebut laporan investigasi dan menyatakan Mullah Omar tinggal dan meninggal di Afghanistan tak lebih dari sepotong propaganda manipulatif," katanya di akun Twitter.

Pada Juli 2015, Taliban secara resmi mengkonfirmasi Mullah Omar telah meninggal dua tahun sebelumnya.

Putra paling tua Mullah Omar, Mohammad Yaqoob, mengatakan di dalam rekaman audio pada September 2015 bahwa ayahnya telah menderita hepatitis C dan meninggal di Afghanistan.

Dam sebelumnya telah menerbitkan buku mengenai Afghanistan dan menjadi pengajar tamu mengenai Afghanistan di Sciences Po di Paris.



Credit  antaranews.com




Membela Diri, Pasukan AS Bunuh 5 Tentara Afghanistan



Membela Diri, Pasukan AS Bunuh 5 Tentara Afghanistan
Pasukan AS melancarkan dua serangan udara mempertahankan diri di dekat titik pemeriksaan Tentara Nasional Afghanistan setelah dihujani tembakan. Foto/Ilustrasi/Istimewa


KABUL - Pasukan Amerika Serikat (AS) melancarkan dua serangan udara "mempertahankan diri" di dekat titik pemeriksaan Tentara Nasional Afghanistan di provinsi Uruzgan pada hari Rabu. Demikian pernyataan juru bicara koalisi.

Pemerintah Afghanistan mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa lima tentara Afghanistan tewas dan 10 lainnya luka-luka dalam serangan itu - jumlah yang diterima koalisi, kata seorang pejabat.

Para pejabat AS dan koalisi mengatakan bahwa serangan itu diluncurkan pada Rabu pagi waktu setempat setelah konvoi AS-Afghanistan dihujani tembakan oleh pasukan bersahabat yang ditempatkan di dekat titik pemeriksaan. Tidak ada pasukan AS yang terbunuh dalam insiden itu.

"AS melancarkan serangan udara presisi di dekat titik pemeriksaan Tentara Nasional Afghanistan pada hari Rabu setelah pasukan Afghanistan dan AS dihujani tembakan dan meminta dukungan udara," menurut Letnan Ubon Mendie, juru bicara pasukan AS yang berbasis di Afghanistan seperti dikutip dari CNN, Kamis (14/3/2019).

"Serangan itu dilakukan setelah pasukan Afghanistan dan AS dihujani senjata granat dan roket kecil yang efektif dan mendorong dukungan udara untuk pertahanan diri," katanya dalam sebuah pernyataan kepada CNN.

Konvoi itu mencoba mengomunikasikan bahwa itu adalah kelompok yang bersahabat ketika mendekati titik pemeriksaan tetapi tidak mampu menjelaskan situasinya, kata para pejabat AS dan koalisi.

Pasukan reaksi cepat Afghanistan pada awalnya dipanggil untuk membantu tetapi aksi penembakan terus berlanjut. Pada akhirnya, pasukan AS menyerukan serangan udara yang menargetkan daerah dekat titik pemeriksaan tempat mereka percaya penembakan berasal.

"Kami beroperasi di lingkungan yang kompleks di mana pejuang musuh tidak mengenakan seragam dan menggunakan kendaraan militer curian untuk menyerang pasukan pemerintah," kata Mendie.

Sementara insiden itu saat ini sedang diselidiki, seorang pejabat koalisi mengatakan teori awal pada saat ini adalah bahwa tentara Afghanistan tidak menyadari bahwa mereka menembaki konvoi yang bersahabat. 





Credit  sindonews.com