Tampilkan postingan dengan label ARMENIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ARMENIA. Tampilkan semua postingan

Rabu, 05 Desember 2018

Jet Tempur Su-25 Armenia Jatuh, Dua Pilotnya Tewas



Jet Tempur Su-25 Armenia Jatuh, Dua Pilotnya Tewas
Pesawat jet tempur Sukhoi Su-25. Foto/Wikipedia


SHIRAK - Sebuah pesawat jet tempur Su-25 milik militer Armenia jatuh di wilayah barat negara itu pada hari Selasa. Dua pilot pesawat itu tewas.

Kementerian Pertahanan negara pecahan Soviet itu telah mengonfirmasi insiden tersebut. "Puing-puing jet ditemukan di pegunungan dekat kota Maralik di wilayah Shirak, barat Armenia," kata juru bicara kementerian tersebut, Atrsrun Hovhannisyan dalam sebuah posting di Facebook.

"Dua pilot, Letnan Kolonel Armen Babayan dan Mayor Movses Manukyan, tewas dalam kecelakaan itu," lanjut dia.

Pesawat awalnya dilaporkan menghilang dari radar pada Selasa pagi atau beberapa menit setelah itu lepas landas untuk penerbangan pelatihan rutin.

Jet tempur Su-25 itu lepas landas dari bandara Gyumri pada penerbangan pelatihan sekitar pukul 10.06 pagi. Pesawat hilang kontak sekitar pukul 10.20 pagi.Penyebab kecelakaan belum diketahui. Penyelidikan atas insiden tersebut juga masih berlangsung.

Mengutip laporan Interfax, Rabu (5/12/2018), di bawah perjanjian yang ditandatangani pada 2010, Gyumri menjadi tuan rumah pangkalan militer Rusia yang akan beroperasi hingga 2044.

Sukhoi Su-25 adalah pesawat tempur bermesin ganda yang memasuki produksi massal pada tahun 1978. Jet tempur ini didesain untuk memberikan dukungan udara yang dekat. Su-25UBK adalah versi jet tempur dua kursi yang biasanya digunakan untuk penerbangan pelatihan. 


Credit  sindonews.com

Kamis, 04 Oktober 2018

Perdana Menteri Armenia Sebut Akan Mengundurkan Diri



Perdana Menteri Armenia Sebut Akan Mengundurkan Diri
Nikol Pashinyan. (REUTERS/Hayk Baghdasaryan/Photolure)


Jakarta, CB -- Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan menyatakan akan mengundurkan diri dalam beberapa hari ke depan. Pengunduran diri ini akan dilakukan setelah ia memerintahkan pemecatan beberapa menteri kabinet.

"Setelah saya memerintahkan pemecatan beberapa menteri dan gubernur secara sah, setelah itu -tanpa menyebut batas waktu tertentu- akan mengundurkan diri," jelasnya, seperti dilansir Arka.

"Sehingga tidak ada lagi yang berpikir bahwa saya manahan masalah ini," jelas Perdana Menteri yang berkuasa sejak Mei lalu, seperti dilaporkan AFP.


Pashinyan menyerukan ribuan orang Armenia untuk melakukan unjuk rasa di ibu kota Yerevan. Protes ini dilancarkan lantaran Pashinyan berselisih dengan parlemen. Ia merasa dipersulit oleh parlemen untuk menggolkan RUU yang mempersulit pembubaran parlemen dan mengadakan pemilihan umum.


Pashinyan menganggap sebagian besar anggota parlemen bersekutu dengan mantan presiden, Serzh Sarkisian.

Ribuan orang melakukan aksi selama satu jam. Mereka memblokir jalan keluar dari gedung parlemen serta jalan utama dengan menggunakan kendaraan sambil berteriak "Nikol! Nikol!"

"Dengan menyetujui RUU ini, partai Republik dan pendukungnya secara resmi menyatakan adanya kontra revolusi," kata dia kepada massa.

Beberapa orang yang marah kemudian masuk ke halaman parlemen, namun Pashinyan meminta mereka untuk tidak masuk ke halaman. Tidak lama kemudian, dirinya masuk ke dalam gedung untuk bernegosiasi dengan anggota parlemen.


Pada April lalu, Presiden Armenia Sarkisian dipaksa turun dari kekuasaannya setelah 10 tahun menjabat sebagai presiden. Namun, saat itu tidak dijadwalkan lagi pemilihan parlemen hingga 2022.

Pashinyan menganggap bahwa pengunduran dirinya itu bisa memicu pemilu baru. Namun, pemilihan umum baru bisa dilaksanakan jika parlemen gagal memilih perdana menteri baru selama dua kali.

Pashinyan berkampanye melawan korupsi dan reformasi ekonomi telah mencari pemilihan baru disaat dirinya masih berada di puncak popularitas.

Wakil ketua parlemen, Eduard Sharmazanov mengatakan bahwa RUU yang baru disetujui itu bertujuan untuk membela kebebasan dan hak-hak pembuat hukum. Namun, dirinya menyangkal bahwa hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya jajak pendapat.




Credit  cnnindonesia.com



Jumat, 27 Juli 2018

Mantan presiden Armenia didakwa merebut kekuasaan




Yerevan (CB) - Para penyelidik Armenia pada Kamis mendakwa mantan Presiden Robert Kochrayan telah merampas kekuasaan.

Penyelidik telah mengajukan permintaan kepada pengadilan agar Kochrayan ditangkap, kata dinas penyelidik khusus, lapor Reuters.

Dakwaan muncul tiga bulan pascaperubahan kekuasaan di negara bekas Soviet itu setelah protes massal untuk menentang korupsi dan kronisme berlangsung selama berminggu-minggu.

Kochrayan menjabat sebagai presiden kedua Armenia dari 1998 hingga 2008. Tim penyelidik mendakwanya melakukan upaya untuk meruntuhkan perintah konstitusi dalam aksi-aksi yang berlangsung setelah pemilihan pada Maret 2008. Pada tahun itu, sekutu Kochrayan, Serzh Sarksyan, terpilih sebagai presiden berikutnya.

Selama Februari-Maret 2008, kalangan oposisi menggelar serangkaian demonstrasi untuk menentang hasil pemilihan dan menyatakan bahwa kandidat mereka, Levon Ter-Petrosyan, sebagai pemenang pemilihan.

Aksi protes itu dibubarkan dan 10 orang tewas dalam bentrokan dengan polisi. Mahkamah Konstitusi mengukuhkan hasil pemilihan.

Nikol Pashinyan, pegiat oposisi saat itu yang dipenjara pada Juni 2009 atas dakwaan memicu kerusuhan selama rangkaian demonstrasi pascapemilihan, kemudian dipilih sebagai perdana menteri parlemen pada 8 Mei tahun ini.

Kochrayan mengatakan dakwaan yang dikenakan terhadapnya bermuatan politik namun menambahkan bahwa ia siap masuk penjara.

Kochrayan juga mengatakan bahwa penahanan terhadap dirinya adalah langkah yang kemungkinan besar akan terjadi, tapi ia tidak berniat untuk melarikan diri.

"Saya akan berada di penjara dan berjuang sampai selesai."




Credit  antaranews.com



Jumat, 20 Juli 2018

Latihan Perang Rusia Picu Kepanikan di Desa Armenia



Latihan Perang Rusia Picu Kepanikan di Desa Armenia
Latihan perang Rusia memicu protes dari Armenia. Foto/Ilustrasi/Istimewa

YEREVAN - Latihan militer yang dilakukan oleh Rusia memicu aksi protes Armenia. Pasalnya tentara Rusia tiba-tiba muncul di sebuah desa Armenia, mengerahkan kendaraan militer dan melakukan tembakan kosong.

Desa Panik yang berada di barat lau Armenia lokasinya berdekatan dengan tempat latihan militer yang digunakan oleh tentara Rusia yang ditempatkan di negara bekas Soviet.

Mengomentari insiden itu, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan bahwa mereka yang bertanggung jawab harus dihukum.

"Saya melihat insiden ini sebagai provokasi yang ditujukan untuk hubungan Armenia-Rusia, dan juga sebagai provokasi terhadap kedaulatan Armenia," kata Pashinyan seperti dikutip dari Deutsche Welle, Jumat (20/7/2018).

Secara terpisah, menteri pertahanan Armenia David Tonoyan mengatakan dia tengah bersama komandan pangkalan Rusia, Vladimir Elkanov, bersama wakil-wakil penting Rusia di Armenia.

Tonoyan mengatakan bahwa pihak Rusia secara resmi mengucapkan permintaan maaf dan jaminan bahwa mereka akan lebih konsisten dengan masalah perencanaan dan pemberitahuan di masa depan.

Para pejabat Armenia juga mengatakan bahwa insiden itu sedang diselidiki dan para perwira Rusia mengatakan itu tidak akan terjadi lagi.

Rusia adalah sekutu dekat Armenia, yang terkunci dalam konflik dengan negara bekas Soviet lainnya, Azerbaijan, di atas wilayah Nagorno-Karabakh. Rusia mempertahankan kontingen beberapa ribu pasukan di tanah Armenia. Hubungan antara Yerevan dan Moskow diuji pada tahun 2015, ketika seorang tentara Rusia yang bertugas di pangkalan itu menewaskan tujuh orang. Secara terpisah, seorang bocah setempat tewas setelah menemukan bom yang tidak meledak. 




Credit  sindonews.com





Rabu, 09 Mei 2018

Pemimpin unjuk rasa Armenia Pashinyan jadi PM


Pemimpin unjuk rasa Armenia Pashinyan jadi PM
Nikol Pashinyan. (Reuters)

"Saya orang paling bahagia di dunia."


Yerevan (CB) - Pemimpin oposisi Nikol Pashinyan terpilih menjadi Perdana Menteri (PM) Armenia yang baru pada Selasa, mengakhiri revolusi damai berminggu-minggu melalui unjuk rasa besar menentang korupsi dan kronisme di negara bekas republik Uni Soviet itu.

Rusia, yang memiliki pangkalan militer di Armenia, mewaspadai perubahan kekuasaan tidak terkendali tersebut, yang akan menarik negara itu keluar dari orbitnya, namun Pashinyan memberikan jaminan tidak akan memutuskan hubungan dengan Pemimpin Rusia di Istana Kremlin.

Pemilihan Pashinyan, mantan penyunting surat kabar, yang menghabiskan waktu di penjara karena mengobarkan kerusuhan, menandai perpecahan dengan kader penguasa, yang memerintah Armenia sejak akhir 1990-an.

Ia memelopori gerakan unjuk rasa, yang pertama kali memaksa pemimpin veteran, Serzh Sarksyan, mundur dari perdana menteri dan kemudian menekan partai berkuasa meninggalkan upaya menghalangi pemilihannya menjadi perdana menteri, jabatan paling kuat di negara itu, demikian laporan Reuters.

Dalam pemungutan suara di parlemen pada Selasa, sebanyak 59 anggota parlemen mendukung pencalonan Pashinyan, termasuk beberapa dari Partai Republik yang berkuasa, dengan 42 suara yang menentang.

Pemungutan suara pada pekan lalu, Partai Republik menghalangi Pashinyan, tetapi mengatakan pada Selasa telah memutuskan untuk mendukungnya demi persatuan dan kebaikan bangsa.

Alun-alun pusat di ibu kota, tempat para pendukung Pashinyan berkumpul untuk menonton pemungutan suara di layar televisi besar, menjadi penuh dengan kegembiraan ketika hasilnya ditunjukkan.

Puluhan ribu orang di Republic Square berteriak "Nikol!" dan merpati putih dilepas ke udara. Orang-orang memeluk dan mencium satu sama lain.

"Saya orang paling bahagia di dunia," kata Shogik, seorang pendukung Pashinyan berusia 17 tahun.

Armenia adalah negara berpenduduk sekitar tiga juta orang yang berada di pegunungan antara Turki dan Iran.

Gerakan protes Pashinyan tercetus ketika Sarksyan, yang dilarang konstitusi dari menginginkan masa jabatan sebagai presiden, menjadi perdana menteri sebagai gantinya. Banyak orang-orang Armenia melihat hal itu sebagai taktik sinis Sarskyan untuk memperpanjang kekuasaannya.

Unjuk rasa pimpinan Pashinyan, mengenakan kaos penyamaran dan topi gaya militernya, menyalurkan kesadaran di antara banyak orang Armenia bahwa korupsi dan kronisme merajalela di kalangan penguasa.





Credit  antaranews.com





Jumat, 27 April 2018

Unjuk Rasa Meluas, Armenia akan Ganti Perdana Menteri


Armenia
Armenia
Foto: [ist]

Pemilihan perdana menteri Armenia akan dilakukan pekan depan.




CB, YEREVAN -- Armenia akan memiliki perdana menteri baru pada minggu depan. Hal itu setelah hampir dua pekan terjadi unjuk rasa. Pemimpin oposisi Nikol Pashinya, yang memimpin penentangan itu, diunggulkan menjadi perdana menteri.

Unjuk rasa yang didorong oleh kemarahan massa atas pertemanan politik dan korupsi itu diperkirakan mencapai puncak pada Senin, ketika Serzh Sarksyan berhenti dari perdana menteri. Namun, pengunjuk rasa menegaskan mereka mencurigai adanya pengalihan kekuasaan dari presiden ke perdana menteri. Mereka menginginkan pengembalian bentuk politik secara luas sebelum mengakhiri unjuk rasa.

Meskipun unjuk rasa berlangsung damai, pergolakan itu mengancam mengguncang Armenia, sekutu Rusia. Negara itu terbelah oleh sengketa tingkat rendah selama beberapa dasawarsa dengan tetangganya, Azerbaijan.

Moskow memiliki dua pangkalan militer di republik bekas Soviet, dan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dengan Presiden Armenia Armen Sarkissian melalui telepon pada Rabu (25/4). Mereka sepakat bahwa kekuatan politik harus menunjukkan pengendalian dan menyelesaikan krisis melalui dialog.

Pemimpin protes, Pashinyan, mengatakan dia telah menerima kepastian dari pejabat Rusia bahwa Moskow tidak akan campur tangan dalam krisis. Menteri Luar Negeri Armenia Edward Nalbandian berada di Moskow pada Kamis untuk pembicaraan tersebut.

Para elit penguasa Armenia telah berusaha keras untuk menenangkan para pengunjuk rasa. Pembicara parlemen mengatakan pada Kamis (26/4)bahwa parlemen akan memilih seorang perdana menteri baru pada 1 Mei.

Pashinyan, mantan jurnalis yang kemudian menjadi anggota parlemen, yang telah berperan dalam mengorganisir protes, mengatakan dia siap untuk menjadi perdana menteri. Jika Pashinyan terpilih, dia ingin mereformasi sistem pemilihan umum untuk memastikannya berjalan dengan adil sebelum mengadakan pemilihan parlemen baru.





Credit  republika.co.id




Selasa, 24 April 2018

Didemo Besar-besaran, Perdana Menteri Armenia Mundur


Didemo Besar-besaran, Perdana Menteri Armenia Mundur
Perdana Menteri Armenia Serzh Sargsyan mundur dari jabatannya menyusul demonstrasi besar-besaran yang terjadi di jalan-jalan ibukota Yerevan. (REUTERS/Eduardo Munoz)


Jakarta, CB -- Perdana Menteri Armenia Serzh Sargsyan mundur dari jabatannya menyusul demonstrasi besar-besaran yang terjadi di jalan-jalan ibukota Yerevan.

Demonstrasi ini terjadi karena warga yang menolak terpilihnya Sargsyan sebagai perdana menteri. Sargsyan sendiri adalah sekutu dekat dari Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Akhir pekan lalu, Nikol Pashinyan, seorang pendukung oposisi dan juga pemimpin protes ditangkap. Tapi Senin (23/4) dia akhirnya dibebaskan sebelum pengumuman pengunduran diri Sargsyan.


"Nikol Pashinyan benar, saya salah," kata Sargsyan dalam pernyataan yang diterbitkan oleh laman milik pemerintah Armenia, dikutip dari CNN.

"Situasi ini memiliki beberapa solusi, tapi saya tidak akan mengambil satu pun dari solusi itu. Itu bukan milik saya. Saya akan meninggalkan kantor perdana menteri. Gerakan jalanan bertentangan dengan masa jabatan saya. Saya memenuhi permintaan Anda. Damai dan harmoni untuk negara kita."

Sargsyan sendiri terpilih oleh parlemen pada 17 April 2018, delapan hari setelah masa jabatannya sebagai presidennya berakhir.

Penggantinya, Armen Sargsyan (tak berhubungan) dilantik sebagai Presiden Armenia pada 9 April 2018.






Credit  cnnindonesia.com