Tampilkan postingan dengan label BUDAYA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BUDAYA. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 Maret 2017

Tentang Mahershala Ali, Muslim pertama peraih Piala Oscar




Mahershala Ali


Hak atas foto Reuters
Mahershala Ali berpindah agama dan memeluk Islam 17 tahun yang lalu.

Mahershala Ali telah mencetak sejarah sebagai aktor Muslim pertama yang memenangkan Oscar, untuk perannya sebagai pengedar narkoba dalam film Moonlight.
Itu juga merupakan kali pertama bagi Ali, yang pindah agama dan memeluk Islam 17 tahun lalu, dinominasikan untuk meraih Oscar.
Dalam pidato emosionalnya, aktor tersebut mengucapkan terima kasih kepada istrinya yang baru saja melahirkan putri mereka beberapa hari sebelumnya, yang disebutnya sebagai guru 'terhebat.'
Film Moonlight ini juga menyabet penghargaan sebagai film terbaik.
    "Saya sangat bersyukur memiliki sebuah kesempatan. Itu adalah pengalaman yang indah," kata Ali, saat ia mengucapkan terima kasih kepada sutradara film Barry Jenkins dan Tarell Alvin McCraney, penulis film Moonlight.
    "Saya juga ingin berterima kasih kepada istri saya, kami baru saja dikaruniai seorang putri empat hari lalu, jadi saya ingin berterima kasih padanya karena telah menjadi seorang pejuang yang melalui semua proses ini dan membopong saya sepenuhnya melewati semua itu," tambahnya.
    Film independen ini berkisah tentang Chiron, seorang lelaki muda homoseksual berkulit hitam menjalani hidup yang berat di Miami, Florida
    Ali, yang terlahir dengan nama Mahershalalhashbaz Gilmore, memenangkan penghargaan sebagai aktor pendukung terbaik atas perannya sebagai pengedar narkoba Juan, yang menjadi figur ayah bagi Chiron.


    Mahershala Ali

    Hak atas foto Getty Images
    Ali mengucapkan terima kasih kepada istrinya yang disebutnya sebagai 'guru' terbaik dalam hidupnya.
    Ali, lahir dari keluarga Kristen. Bahkan ibunya adalah seorang pendeta Kristen. Ali masuk Islam pada tahun 1999 dan bergabung dengan minoritas Jamaah Ahmadiyah pada tahun 2001.
    Dikatakannya, ia dan ibunya mengesampingkan perbedaan keyakinan mereka, karena perbedaan itu merupakan hal yang 'tidak penting.'
    Pada bulan Januari lalu, Ali menyampaikan sebuah pidato yang sangat kuat di acara Screen Actors Guild Awards. Ia menjelaskan bagaimana film Moonlight menggambarkan apa yang bisa terjadi kalau orang-orang dianiaya.
    "Apa yang saya pelajari saat terlibat dalam pembuatan film Moonlightini adalah bahwa kita tahu apa yang akan terjadi ketika kita menganiaya orang. Mereka akan tenggelam dalam dirinya sendiri," katanya.
    "Dan apa yang saya syukuri tentang peran Juan yang saya mainkan, adalah bahwa saya berperan sebagai seorang pria yang melihat seorang pemuda tenggelam dalam dirinya sendiri akibat dizalimi masyarakat, lalu mengambil peluang itu untuk membangkitkannya dan mengatakan bahwa ia sangat berharga, bahwa (sebagai gay ia adalah manusia wajar saja. Dan menerima dia. Saya berharap kita bisa melakukan hal yang lebih baik dari itu. "




    Credit  bbc.com





    Rabu, 12 Oktober 2016

    Rusia Sangat Tertarik di Proyek Nuklir Indonesia

     Gambar rencana pembangkit listrik tenaga nuklir ditampilkan pada workshop media tentang teknologi nuklir di Pusat Iptek dan Kebudayaan Rusia, Jakarta, Selasa (11/10).
    Gambar rencana pembangkit listrik tenaga nuklir ditampilkan pada workshop media tentang teknologi nuklir di Pusat Iptek dan Kebudayaan Rusia, Jakarta, Selasa (11/10).
     
    CB, JAKARTA -- Rusia dinilai bisa jadi rekan Indonesia dalam pengembangkan proyek nuklir. Ketua Kajian Nuklir Persatuan Pelajar Indonesia (PPI), Dwi Rahayu mengatakan Rusia sangat tertarik untuk terlibat di berbagai proyek nuklir di Indonesia.

    "Saya melihat bahwa Rusia sangat tertarik untuk terlibat di berbagai proyek nuklir di Indonesia," kata Dwi pada Republika.co.id. Tak hanya di Indonesia, Rusia juga telah menunjukan komitmennya dalam pengembangan nuklir di dunia.

    Menurut Dwi, dunia telah mengakui perusahaan nuklir Rusia, Rosatom memiliki prestasi luar biasa dibidang teknologi nuklir. Sehingga Rusia dapat diandalkan untuk bekerja sama memenuhi permintaan proyek nuklir di berbagai bidang.

    Ia menjelaskan, ketertarikan Rusia tidak ditujukan hanya untuk proyek di Indonesia, tapi juga di berbagai negara. "Kerja sama nuklir di berbagai bidang ini maksudnya pemanfataan nuklir untuk energi maupun non-energi, seperti di bidang kesehatan dan lain-lain," katanya.

    Dwi yang saat ini belajar di salah satu kampus nuklir di Rusia, National Research Nuclear University MEPhI melihat secara langsung bahwa riset nuklir Rusia berkembang sangat baik. Menurut Dwi, Rusia sudah memiliki rencana untuk bekerja sama dengan Indonesia.

    "Terutama untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), namun sekali lagi, selagi Indonesia tidak mendeklarasikan komitmen "go nuclear" dan tetap menempatkan nuklir sebagai pilihan terakhir, maka sulit mewujudkan PLTN di Indonesia," kata Dwi.
     
    Indonesia memang masih belum memprioritaskan pemanfaatan tenaga nuklir. Padahal menurut Dwi, dalam salah satu tulisannya menyebut tidak ada alasan untuk ragu. Mitos atau rumor yang beredar soal nuklir pun tidak sesuai dengan fakta ilmiah yang ada.

    Maka, Dwi mengatakan PPI sangat mendukung pemerintah untuk segera mempertimbangkan nuklir sebagai salah satu sumber energi. PPI Dunia pun telah mengeluarkan deklarasi "Merdeka Energi Nuklir untuk Indonesiaku" pada 17 Agustus 2016 lalu.

    Di dalamnya, PPI menyatakan bahwa Indonesia siap memanfaatkan teknologi nuklir untuk energi. Secara kemampuan baik teknologi, sumberdaya manusia maupun sosial masyarakat.  "Kami mendukung Indonesia untuk segera membuat kebijakan pemanfaatan energi nuklir sebagai salah satu sumber listrik dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)," katanya.

    Deklarasi tersebut menyebut bangsa yang maju adalah bangsa yang menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi, salah satunya nuklir. Pemanfaatan teknologi nuklir untuk perdamaian dan kesejahteraan umat manusia mutlak dibutuhkan di seluruh sektor.




    Credit  REPUBLIKA.CO.ID




    Jumat, 23 September 2016

    Misteri Keris 'Sakti' Warisan Pangeran Diponegoro di Austria

     
    CB, Wina - Keberadaan Wayang Klithik dan Keris Sungginan di Weltmuseum Wien (Museum Dunia Wina), ternyata bukan satu-satunya benda kebudayaan Indonesia yang tergolong langka. Pihak museum masih menyimpan satu peninggalan kebudayaan tanah air yang boleh dikatakan keramat.
    Di antara belasan ribu benda kebudayaan Indonesia yang berada di museum yang dulunya bernama Museum fuer Voelkerkunde (Museum Etnologi) ini, satu yang keberadaannya menjadi buah bibir kalangan kurator.
    Satu benda itu adalah keris. Ini bukan keris biasa. Si empunya keris diduga kuat adalah Pangeran Diponegoro. Sosok pahlawan nasional asal Yogyakarta yang konon memiliki kesaktian luar biasa.
    Banyak kabar yang menyebutkan bahwa keris yang digunakan Pangeran Diponegoro berada di Belanda setelah sang pahlawan wafat. Namun cerita tersebut sepertinya bisa terkoreksi. Sebab, keberadaan keris keramat itu diduga kuat tersimpan di Weltmuseum kota Wina.
    Hal ini sebagaimana diterangkan Dr. Jani Kuhnt-Saptodewo, Head of Insular Southeast Asian Collections, di Weltmuseum Wina. Dijelaskan Jani, pihaknya memiliki keris yang diduga kuat milik Pangeran Diponegoro.
    Keberadaan keris yang katanya bernama Kyai Omyang ini sudah sejak lama berada di tangan Kerajaan Austria.
    ’’Kalau ada sebagian kalangan sejarah menyebutkan bahwa keris itu dibawa ke Belanda, belum bisa kami katakan benar seutuhnya. Kami memiliki data tentang keris ini,’’ terang Jani Kuhnt-Saptodewo sambil menunjukkan keris tersebut kepada Liputan6.com yang diajak masuk ke dalam ruang penyimpanan benda-benda budaya di ruang bawah tanah museum.
    Lebih dalam dikatakan Jani, mengenai keaslian keris yang panjangnya sekitar 48,7 sentimeter itu masih dalam proses penelitian. Kurator-kurator di Belanda tengah melakukan investigasi tentang asal usul keris yang sangkurnya berlapis emas tersebut.
    ’’Namun di kalangan kurator Eropa, mereka selalu bilang kalau di museum kami ada keris Diponegoro. Tapi itu baru sebatas antar sesama kurator,’’ ujar wanita yang sejak 2005 bekerja di Weltmuseum ini.
    Dari data yang dimiliki pihak museum, disebutkan bahwa keris tersebut diperoleh kerajaan Austria dari G.L Weijnschenk pada 1883.
    G.L Weijnschenk lahir di Yogyakarta pada 1847. Dia merupakan putra dari pasangan Georg Weijnschenk dan Ramag, wanita asal daerah istimewa itu.
    Pada Agustus 1870, G.L. Weijnschenk menikah dengan Wilhelmina von Ranzow. Sang istri merupakan anak dari wakil Gubernur Yogyakarta era kolonial Belanda, Ferdinand Wilhelm von Ranzow.
    Namun pernikahannya dengan putri salah satu sosok orang terkuat Belanda di Yogyakarta itu tidak bertahan lama.
    Data menyebutkan bahwa G.L Weijnschenk menikah lagi dengan wanita asal Jawa, Janikem.G.L Weijnschenk merupakan sosok prominen dan juragan perkebunan di masa lalu. Dia tercatat sebagai anggota dari perkumpulan kesenian dan ilmu pengetahuan (drescher und weihrauch 1999:174).
    Yang menarik, nenek moyang G.L Weijnschenk, berasal dari St. Polten, Austria. Pada 1883, G.L Weijnschenk pulang ke Austria dengan membawa 26 benda kebudayaan Indonesia, dua di antaranya adalah keris dari peperangan Jawa tahun 1825-1830. Salah satu keris tersebut diberikan G.L. Weijnschenk kepada kerajaan sebagai hadiah.
    Dalam katalog museum menerangkan bahwa sebelum dibawa ke Austria, keris dengan gagang dan ujung sangkur yang terbuat dari kayu cendana itu sempat berada di tangan Sultan Hamengku Buwono IV (Djarot). Keris tersebut dibuat oleh Sri Pengantih.
    Dikatakan Jani Kuhnt-Saptodewo, dari data rekor yang dimiliki ada keyakinan tinggi bahwa keris yang kini berada di museum etnologi Wina merupakan senjata keramat yang digunakan Pangeran Diponegoro.
    Namun demikian, pihaknya tetap membutuhkan bukti dan fakta-fakta penunjang tambahan yang kuat untuk bisa memutuskan keaslian senjata tradisional khas Jawa tersebut.
    ’’Semuanya tengah diteliti. Bukan saja dari pihak kami, tapi dari kurator-kurator lain juga. Kalau menurut saya pribadi, langkah awal untuk menggali bukti-bukti itu bisa dimulai dengan mencari data ibunya (Ramag) yang merupakan orang Yogyakarta,’’ tutur wanita yang pernah mengajar di Universitas Passau, Munich, Jerman itu.
    Jani mengaku bahwa sejak bekerja di museum etnologi Wina, keris tersebut belum pernah diikutsertakan dalam pameran. Benda keramat ini disimpan rapi di ruangan bawah tanah museum yang terletak di pusat ibu kota Austria tersebut.



    Credit  Liputan6.com






    Kamis, 02 Juni 2016

    Rusia Hadiahkan Medali Kehormatan bagi Almarhum Koesalah Soebagyo Toer


    Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin, menyerahkan medali kehormatan kepada istri almarhum Koesalah Soebagyo Toer (Foto: Wikanto Arungbudoyo/Okezone)
    Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin, menyerahkan medali kehormatan kepada istri almarhum Koesalah Soebagyo Toer (Foto: Wikanto Arungbudoyo/Okezone)
    JAKARTA – Di tengah-tengah perayaan Hari Nasional ke-26, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin memberikan medali kehormatan kepada Ibu Utati, janda dari Koesalah Soebagyo Toer. Medali tersebut merupakan pemberian langsung dari Presiden Vladimir Putin.
    Almarhum Koesalah Soebagyo Toer dinilai sangat berjasa dalam menerjemahkan buku-buku dan karya sastra berbahasa Rusia ke dalam bahasa Indonesia. Adik maestro sastrawan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer itu memang dikenal sangat mencintai budaya Rusia. Atas jasanya, Koesalah diberikan Medal of Pushkin oleh pemerintah Rusia.

    “Medali ini merupakan persembahan dari Presiden Putin untuk Bapak Koesalah. Medali tersebut ditujukan bagi warga Rusia atau mereka yang berjasa dalam bidang seni dan budaya, pendidikan, kemanusiaan, atau literatur,” tutur Direktur Pusat Kebudayaan Rusia, Glinkin Vitaly, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan, Kamis (2/6/2016).
    Vitaly mengatakan Koesalah sudah memulai kiprahnya untuk menerjemahkan karya sastra serta buku-buku berbahasa Rusia sejak usai muda. Medali tersebut diberikan kepada warga Rusia atau orang yang berjasa dengan aktivitas minimal 20 tahun. Karena itulah, Koesalah dinilai sangat pantas mendapatkan medali tersebut.
    Medali Pushkin diambil dari nama seorang sastrawan Rusia Alexander Sergeyevich Pushkin. Pemberian medali tersebut dimulai pada 9 Mei 1999 lewat Dekrit Presiden Nomor 574. Koesalah Soebagyo Toer merupakan orang Indonesia pertama yang dianugerahi medali kehormatan tersebut. Koesalah sendiri wafat pada Rabu 16 Maret 2016.



    Credit  Okezone







    Senin, 30 Mei 2016

    Motor Listrik Light Rider Ini Dibuat Airbus Lewat Cetak 3D

    Motor Listrik Light Rider Ini Dibuat Airbus Lewat Cetak 3D
    Sepeda motor listrik cetak 3D buatan Airbus, Light Rider. dailymail.co.uk 
     
    CB, Berlin - Perusahaan pembuat pesawat Eropa, Airbus, meluncurkan sebuah sepeda motor listrik yang terbuat dari partikel paduan aluminium menggunakan printer 3D di Jerman, Jumat pekan lalu. Motor itu memiliki berat 35 kilogram dan mampu berjalan 80 kilometer per jam.

    Motor itu diproduksi oleh anak perusahaan Airbus, APWorks, spesialis dalam manufaktur lapisan, menggunakan rangka berongga yang berisi kabel dan pipa. Berat rangkanya hanya 6 kilogram, sekitar 30 persen lebih ringan dari rangka motor konvensional.

    “Struktur berongga kompleks dan bercabang tidak bisa diproduksi menggunakan teknologi produksi konvensional seperti penggilingan atau las," kata Kepala Eksekutif APWorks Joachim Zettler, sebagaimana dikutip Daily Mail, akhir pekan lalu.

    Perusahaan ini menerima pesanan terbatas untuk 50 sepeda motor, dengan harga US$ 56 ribu (Rp 760 juta), ditambah pajak. Motor ini akan memiliki kisaran jarak tempuh 60 kilometer.


    APWorks menggunakan algoritma dalam mengembangkan struktur Light Rider untuk menjaga berat pada tingkat minimal sambil memastikan rangka sepeda motor cukup kuat untuk menangani beban berat dan tekanan dari pemakaian sehari-hari.

    Perusahaan membuat program algoritma untuk menggunakan struktur bionik serta proses dan pola pertumbuhan alami sebagai dasar untuk mengembangkan struktur yang kuat namun ringan.

    Desain Light Rider mengambil bentuk sepeda motor konvensional, tapi sepertinya relatif jauh dari sepeda motor saat ini. Setiap bagian cetak 3D dari rangka Light Rider diproduksi menggunakan sistem pencetakan laser 3D yang melelehkan jutaan partikel paduan aluminium.





    Credit  TEMPO.CO




    Kamis, 26 Mei 2016

    Tanah Kusir, ‘Demokrasi Kita’, dan Hajinya Bung Hatta


    Mohamad Hatta 1947.
    Mohamad Hatta 1947.
     
    ‘’Khidmad.’’ Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan nuansa yang tercipta ketika mengunjungi kompleks makam Bung Hatta (lengkapnya Mohammad Athar/Hatta). Ingar-bingar jalan Tanah Kusir yang sepanjang waktu selalu ramai dan di siang hari hingga malam selalu macet, tak berpengaruh pada situasi area makam yang berada di tengah kompleks kuburan rakyat biasa itu.

    ‘’Bung Hatta berpesan agar tidak di makamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.  Bila meninggal beliau ingin dimakamkam di kuburan biasa. Alasannya, agar selalu dekat dengan rakyat,’’ begitu kalimat penyiar TVRI ketika menyiarkan secara langsung upacara pemakaman sang proklamator pada awal tahun 1980 (14 Maret 1989). Media massa cetak pun ikut memberitakan wasiat Bung Hatta ini.

    Dan kenangan masa kanak ini melekat kuat, karena pada saat itu banyak orang tua dan dewasa yang menangis ketika menonton siaran itu. Di layar televisi hitam putih yang pasokan daya listriknya masih memakai aki bekas truk itu, terlihat kerumunan masa yang berjajar di tepi jalanan ibu kota hingga ke arah jalan pemakaman umum ‘Tanah Kusir’ yang saat itu tempatnya bisa dikatakan berada di pinggiran Jakarta. Selama sepekan Indonesia menyatakan berduka dan bendera dikibarkan setengah tiang.

    Keharuan yang sama pun segera menyergap saat kemarin sore mendatangi pemakaman itu. Di bandingkan dengan suasana pemakaman pasangan proklamatornya, Bung Karno, tak ada keriuhan yang terdengar di area makam cucu ulama besar 'Nagari Minangkabau', yakni Syekh Abdurrahman atau Syekh Batu Hampar itu . Tak ada kerumunan peziarah, atau pasar suvenir yang ramai menjual aneka pernak-pernik barang kerajinan tangan yang mengesankan mengkultuskannya

    Selain itu tak ada penjagaan yang ketat. Situasi ini jangan dibandingkan dengan kompleks mausoleum Ho Chi Minh di Hanoi Vietnam atau makam filsuf sekaligus bapak bangsa Pakistan M Iqbal di Lahore. Di dua makam orang penting’ penjagaan luar biasa ketat.

    Di makam Iqbal yang lokasinya berada di dalam benteng kuna dan di samping Masjid Badhsahi peninggalan Kesultanan Mughal India, area makamnya dijaga selama 24 jam oleh tentara bersenjata dan berseragam lengkap. Yang akan masuk ke makam harus berbaris dan satu persatu berdoa di pinggir makam. Di atas pusara Iqbal selalu diletakan seikat kembang. Dan di batu nisan tertulis: makam pemikir besar maulana M Iqbal.

    Tapi hal itu tak ditemui pada makam Bung Hatta yang bersisian dengan makam sang isteri tercinta, Ibu Rachmi Hatta. Penjagaan terasa longgar dan pada siang hari kompleks makam selalu terbuka untuk dikunjungi.

    Sedangkan, di atas nisan hanya tertulis kalimat pendek namanya lengkap dengan gelar haji dan kesarjanannya. Dan di bawah tulisan itu tertulis kata proklamator dan wakil presiden Indonesia. Di jendela kaca yang ada di bagian belakang makam hanya tergores tulisan kaligrafi bergaya kufi.

    Pada waktu kemarin sore (25/5) ada seikat kembang yang ditaruh di atas nisan. Taburan bunga berwarna merah dan putih juga ikut terlihat di sana. Dan bila melihat kondisi kelopak bunganya yang masih segar, maka bunga itu belum terlalu lama ditaburkan.

    Tampaknya, pemilihan lokasai makam di ‘tempat biasa’ atau bukan taman makam pahlawan memang tepat. Bung Hatta paham kalau makamnya berada di tempat khusus maka rakyat biasa akan susah menziarahinya.

    Kesederhanaan itulah yang membuat batin 'rakyat biasa' terasa mantap dan khidmat ketika memanjatkan doa, membacakan Surat Al Fatikhah, maupun sekedar menabur bunga di atas pusaranya.

    Mohamad Hatta 1947.
    Mohamad Hatta bersama Sukarno di Yogyakarta pada 21 Desember 1949. (foto:gahetna.nl)

    Ada Apa Dengan Demokrasi Kita?

    Hentakkan ingatan soal sosok Bung Hatta kembali menyentak ke benak publik, ketika Senin malam lalu (24/5), di salah satu talks show televisi Guru Besar Fakultas Hukum UII Yogyakarta, Prof Moh Mahfud MD, kembali menyitir tulisan  Bung Hatta yang berjudul ‘Demokrasi Kita’ yang terbit pada tahun 1960 dan dimuat pertama kali oleh Majalah Panji Masyarakat.

    Mahfud dalam talk show yang menyoal ‘Kontroversi Pemberian Gelar Pahlawan Kepada Suharto’ itu kembal menukil tulisan tersebut yang diantaranya menyebut soal frasa 'kudeta' dan 'diktator' yang menjadi ancaman demokrasi saat kekuasaan negara berubah menjadi otoriter.

    Mahfud mengingatkan agar sejarah dan politik tidak dilihat dalam kaca mata hitam-putih. Apa yang terjadi di masa lalu hendaknya jadi pelajaran hidup.

    ‘’Mungkin banyak yang tidak tahu ketka Bung Karno mengeluarkan dekrit membubarkan DPR, Badan Konstituante, Bung Hatta menuis buku ‘Demokrasi Kita’. Di situ Bung Hatta pun mengatakan Bung Karno itu (melakukan,red) kudeta. Artinya, kalau ada yang mengatakan Suharto melakukan kudeta, maka sebelumnya pun sama, sebelumnya pun sama,’’ kata Mahfud yang mencoba menjelaskan asal usul hadirnya rezim otoritarian di Indonesia.

    Dan bila kemudian menukil tulisan Bung Hatta yang saat itu dimuat di Majalah Panji Masyarakat maka itu memang merupakan kritikan yang keras atas situasi negara meski dilakukan dengan pilihan kalimat yang santun. Akibatnya, tak beda dengan era rezim Orde Baru, pada saat itu rezim Sukarno yang tengah berada pada puncak kekuasaan menjadi gerah, Majalah Panji Masyarakat pun terkena breidel.

    Berikut ini cuplikan dari tulisan Bung Hatta dalam buku ‘Demokrasi Kita’ yang menyebut soal ‘kudeta’ dan ‘diktator’ seperti yang disebut Mahfud dan ramai dibincangkan dalam talk show yang digawangi wartawan senior Karni Ilyas itu:

    ........ Kemudian Presiden Soekarno membubarkan konstituante yang dipilih oleh rakyat, sebelum pekerjaanya membuat Undang-undang Dasar baru selesai. Dengan suatu dekrit dinyatakannya berlakunya kembali Undang-undang Dasar tahun 1945. Sungguhpun tindakan Presiden itu bertentangan dengan Konstitusi dan merupakan suatu coup d’état (kudeta,red), ia dibenarkan oleh partai-partai dan suara yang terbanyak didalam Dewan Perwakilan Rakyat.
    Tidak lama sesudah itu Presiden Soekarno melangkah selangkah lagi, setelah timbul perselisihan dengan Dewan Perwakilan Rakyat tentang jumlah anggaran belanja. Dengan suatu penetapan Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat dibubarkan dan disusunnya suatu Dewan Perwakilan Rakyat baru menurut konsepsinya sendiri. Dewan Perwakilan Rakyat baru itu anggotanya 261 orang, separoh terdiri dari anggota anggota partai dan separoh lagi dari apa yang disebut golongan fungsionil, yaitu buruh, tani, pemuda, wanita, alim-ulama, cendekiawan, tentara dan polisi. Semua anggota ditunjuk oleh Presiden.
    Perkembangan politik yang berakhir dengan kekacauan, demokrasi yang berakhir dengan anarki membuka jalan untuk lawannya diktatur. Seperti diperingatkan tadi, ini adalah hukum besi dari pada sejarah dunia. Tetapi sejarah dunia memberi petunjuk pula bahwa diktatur yang bergantung kepada kewibawaan orang seorang tidak lama umurnya. Sebab itu pula sistim yang dilahirkan Soekarno itu tidak akan lebih panjang umurnya dari Soekarno sendiri.
    Umur manusia terbatas. Apabila Soekarno sudah tidak ada lagi, maka sistimnya itu akan rubuh dengan sendirinya seperti satu rumah dari kartu.....
    Akhirnya enam tahun kemudian apa yang ditulis Bung Hatta terbukti....!




    Mohamad Hatta 1947.
    Makam Bung Hatta di Tanh Kusir.

    Pergi Haji dengan Ongkos Pribadi

    Sebagai cucu ulama besar, Hatta jelas paham mengenai apa yang dimaksud dengan istilah  kata ‘wara’ dan ‘zuhud’ itu. Dua istilah ini sangat dikenal di dunia sufi atau tarikat serta dipakai untuk menyebut sebuah pribadi insan yang saleh secara pribadi dan soal, tidak tergia-gila gemerlap dunia, dan hidup sederhana.
    Hal ini biasanya merujuk kepada kehidupan Nabi Muhammad SAW yang jauh dari suasana gemerlap. Rumah nabi di Madinah hanya berukuran 3X4 (seluar kamar kontrakan di Jakarta), hanya punya dua pasang pakaian, tidur dengan dipan pelepah kurma, kerap tak punya makanan atau meneruskan berpuasa setelah sebelumnya berbuka dengan tiga butir kurma dan meminum air putih, tak mengenakan perhiasan emas dan sutra (Rasul hanya memakai cincin besi dan berpakaian dari kain kasar), serta hanya memakan gandum olahan yang juga kasar.
    Nah, dalam kehidupan nyata, kebiasaan pengikut ‘tarikat’ ini dijadikan acuan oleh Bung Hatta. Hingga wafat tak ada skandal yang pernah dia lakukan. Tak ada uang negara yang dipakai tanpa hak. Bahkan saking hati-hatinya, Hatta kerap harus menabung bila ingin membeli sesuatu, seperti misalnya keinginannya membeli sepatu Bally yang saat itu merupakan sepatu favorit dan berharga mahal.
    Bila mengunjungi rumahnya yang berada di Jl Diponegoro (di seberang kantor DPP PPP atau di samping kediaman Kedubes Palestina) tak ada hal yang mewah yang akan dilihat.  Dekorasi rumahnya sederhana. Yang ada hanya perabot biasa dan lemari berisi buku. Halamanya pun sempit dan tak ada taman atau pendopo yang luas atau bangunan garasi yang bisa dimuati banyak mobil.
    Bahkan, beberapa tahun silam ada kehebohan yang muncul. Sang menantu Bung Hatta, Prof DR Sri Edi Swasono sempat menyatakan ada tangan jahil yang menukar lukisan pemandangan yang ada di dinding ‘rumah tua’ itu.
    Menurut Edi, ada orang yang diam-diam menukar lukisan pemandangan karya pelukis kondang Basuki Abdullah. Indikasinya, setelah diperhatikan dengan seksama tiba-tiba terasa ukuran lukisan tersebut mengecil. Maka ia pun mencurigai ada pihak yang jahil pada karya lukis itu.
    Kisah ini kemudian bersesuaian dengan cerita mengenai sikap Bung Hatta yang memilih pergi haji dengan cara membayar sendiri ongkosnya dari royalti penjualan buku karangannya.
    Padahal saat itu status Hatta adalah wakil presiden. Bahkan,  Presiden Sukarno pun sudah menyediakan pesawat khusus serta memberkan semua fasilitas kendaraan yang diperlukan Bung Hatta untuk menunaikan rukun Islam yang kelima itu. Namun, tawaran Presiden Sukarno pun dia tolak.
    Menurutnya. urusan naik haji bukanlah urusan seorang pejabat negara dengan Allah, melainkan itu urusan seorang insan manusia biasa yang pergi ke Tanah Suci.
    Maka, bila dirinya menunaikan ibadah haji ke Makkah itu merupakan kepergian ibadah sebagai seorang Mohammad Hatta pribadi, bukan sebagai seorang wakil presiden.
    Alhasil, apakah masih ada pejabat negara seperti itu sekarang? Jangankan bisa sedikit meniru sosok kesederhanaan hidup Nabi Muhammad SAW, mampu mengikuti jejak perilaku Bung Hatta saja kini merupakan hal yang langka.
    Dalam soal urusan naik haji misalnya, sudah dimahfumi bila banyak cerita yang beredar bahwa pejabat negara acapkali meminta jatah kursi kuota haji ke menteri agama. Di forum pengadilan kasus korupsi haji di KPK misalnya, soal bagi-bagi kursi haji untuk pejabat negara di periode pemerintahan sebelumnya. sudah banyak yang menyebut.
    Selain itu, juga bukan rahasia umum bila begitu banyak pejabat negara masa kini yang hidupnya bergelimang dalam kemewahan, kaya raya layaknya  ‘raja-raja kecil’ di abad pertengahan Eropa Rumahnya seperti istana, mobilnya berjibun, dana deposito serta uang yang tersimpan rekening banknya menumpuk bahkan kerap disebut ‘meluber’ sampai ke luar negeri.
    Apakah zaman sudah berubah dan apakah akan datang Hatta-Hatta baru di negeri tercinta ini? Jawabnya: ya entahlah!
    Namun yang pasti, almarhum Bung Hatta telah membuktikan bila sosok orang saleh bukan hanya ada di dalam cerita komik, tapi benar-benar terjadi di kehidupan yang nyata.











    Credit republika.co.id

    Legenda Jago Silat Sabeni yang Ditakuti Belanda dan Jepang

    Pendekar Betawi, Ilustrasi
    Pendekar Betawi, Ilustrasi
      Oleh: Alwi Shahab

    Para pesilat Indonesia dalam SEA Games ke-24 di Bangkok, Thailand pada 2007 lalu, menjadi juara umum. Dua tahun sebelumnya di Manila berada di urutan kedua setelah Vietnam. Padahal, para pesilat Vietnam mahir dalam ilmu bela diri ini setelah mendapat latihan dan bimbingan dari pelatih Indonesia.

    Pencak silat sekarang ini telah berkembang di sejumlah negara termasuk di Eropa juga setelah mereka belajar dari para pesilat kita. Bagi warga Betawi, main pencak silat adalah suatu keharusan. Pada tempo dulu, hampir di tiap kampung terdapat pendekar silat.

    Mereka sangat disegani, karena tingkah lakunya yang terpuji. Mereka menggunakan ilmu bela dirinya untuk amar ma’fur nahi munkar mengajar manusia ke jalan kebaikan dan mencegah kezaliman. Jauh dari tingkah laku para preman sekarang, yang main palak dan peres dengan kejamnya.

    Kalau kita memasuki Jalan KH Mas Mansyur dari arah Pasar Tanah Abang, di sebelah kanan jalan terdapat Jalan Sabeni. Sabeni adalah pendekar silat Tanah Abang, yang lahir akhir abad ke-19 dan meninggal menjelang proklamasi kemerdekaan (1945).

    Sabeni Ditantang Serdadu Jepang

    Ada peristiwa menarik yang dialami Sabeni pada masa penjajahan Jepang. Jepang yang tengah berperang melawan Sekutu memerlukan pemuda-pemuda untuk dijadikan Heiho semacam tenaga sukarelawan untuk membantu para prajurit Jepang.

    Salah satu putra Sabeni, bernama Sapi’i, yang masih belia seperti juga pemuda lainnya, diharuskan menjadi Heiho. Ia pun ditempatkan di Surabaya.

    Karena tidak tahan menghadapi perlakuan tentara Dai Nippon, Sapi’ie minggat dari Surabaya dan bersembunyi di rumah orang tuanya. Tentu saja pihak Kempetai (Polisi Rahasia Jepang) tidak tinggal diam dan terus mencari keberadaannya. Karena Sapi’ie tidak juga tertangkap, Kempetai menahan Sabeni sebagai jaminan.

    Mengetahui Sabeni kesohor sebagai jago silat, Kempetai ingin mengujinya. Komandannya menantang Sabeni untuk diadu dengan anak buahnya, seorang serdadu jago karate.

    ”Kalau Sabeni menang, bebas dan boleh pulang,” kata sang komandan, tulis Bang Thabrani dalam buku Ba-be.

    Sabeni Robohkan Jago Sumo

    Duel berlangsung di Markas Kempetai di Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat. Sabeni berhasil berkelit dari serangan-serangan ahli karate itu. Bahkan, ia kemudian berhasil merobohkan prajurit Jepang itu dengan ilmu pukulan "kelabang nyebrang".

    Sang komandan yang kecewa karena kekalahan anak buahnya, kemudian menghadapkan seorang jago sumo untuk menundukkan Sabeni. Sabeni siap menghadapinya.

    Jago Sumo memasang kuda-kuda, kedua kakinya maju ke depan, berdiri ngangkang. Tangan diletakkan di atas paha segede paha kuda. Kemudian keluar dari mulutnya suara, ”Eeehh …!” Sambil membentangkan tangannya.

    Menghadapi lawan dalam keadaan demikian, Sabeni loncat kodok, ke atas dengkul musuh yang lagi ngeden. Dengkul lawan dianggap talenan, dipakai buat salto ke atas. Untuk kemudian menyambar ubun-ubun si jago sumo, yang langsung terjengkang, ngegelosot, kagak bisa berdiri lagi karena keberatan badan dan akibat pukulan jago silat Tenabang itu.

    Untuk menghormati Sabeni, jalan di depan kediamannya di Tanah Abang menjadi Jalan Sabeni. Sedangkan makamnya dipindahkan dari Gang Kubur ke Karet Bivak berdekatan dengan makam Husni Thamrin.

    Jepang Kagum dengan Silat Indonesia

    Di Kampung Kwitang, Jakarta Pusat, dekat Majelis Taklim Habib Ali, juga terdapat seorang jago silat bernama Muhammad Djaelani, yang dikenal dengan nama singkat Mad Djelani. Dia pernah dihukum seumur hidup oleh Belanda.

    Hukuman itu dijatuhkan kepada Djaelani karena sekitar 1940-an ia membunuh seorang konsul Jepang di Batavia, karena disangkanya seorang Cina kaki tangan Belanda. Ia dibebaskan Barisan Pelopor pada masa revolusi fisik.

    Salah seorang cucunya, H Zakaria, mewarisi ilmu silatnya, Mustika Kwitang. Pada 1960-an, pasukan pengawal Presiden Sukarno, Tjakrabirawa, mendatangkan suhu (guru besar) karate dari Jepang, Prof Nakagama, yang telah mendapat predikat Dan 7, disertai mahaguru karate dari AS, Donn F Dragen. Zakaria, pemuda kelahiran Kwitang, itu diminta untuk memperlihatkan tehnik bermain silat kepada kedua mahaguru karate tersebut.

    Zakaria, yang kala itu masih muda, dengan lihainya memperagakan jurus-jurus bermain senjata dan memecahkan batu dengan menggunakan pergelangan tangan. Jago silat Kwitang ini juga menunjukkan kemahirannya memainkan senjata tajam dengan kecepatan tinggi.

    Silat Mendunia

    Atraksi ini mengundang kekaguman master karate Jepang. Kepada Bung Karno saat diterima di Istana Negara ia mengatakan, ”Mengapa Anda memiliki pemain sebagus ini kok pemuda-pemudinya kurang menyukai. Justru lebih suka ilmu bela diri dari Jepang?”

    Ketika menuturkan kisah ini kepada penulis, Zakaria mengatakan, ”Banyak orang Indonesia menganggap rendah pencak silat dan dianggap permainan kampungan. Padahal, di Eropa dan Asia, kini banyak orang yang mempelajarinya.” Zakaria sendiri telah mengajarkan silat di Eropa.

    Pada masa penjajahan, pemerintah kolonial, tak mengizinkan permainan pencak silat. Karenanya, pada masa itu para pesilat kita belajar mulai pukul 02.00 dini hari sampai menjelang Subuh.

    Alasan Belanda, kata Zakaria, para pemberontak seperti si Pitung, si Jampang, H Murtadho dan Entong Gendut dari Condet, adalah para ahli silat. Pada masa revolusi sejumlah ahli silat Betawi dan ulamanya bahu membahu memimpin barisan melawan Belanda.











    Credit REPUBLIKA.CO.ID













    Jumat, 20 Mei 2016

    Sineas Indonesia Berjaya di Festival Film Cannes



    Sineas Indonesia Berjaya di Festival Film Cannes  
    Wregas Bhanuteja menyampaikan pidato kemenangan setelah menerima Leica Cine Discovery Prize For Short Film di ajang Semaine De La Critique, bagian dari Cannes Film Festival 2016. (Dok. Pribadi)
     
    Jakarta, CB -- Film Prenjak karya sutradara Wregas Bhanuteja berhasil meraih penghargaan di La Semaine de la Critique. Ajang ini merupakan bagian dari Festival Film Cannes 2016.

    Film tersebut meraih penghargaan Leica Cine Discovery Prize for Short Film. Penghargaan ini sudah dibuat sejak 2003. Karya Wregas berhasil mengalahkan sembilan film pendek lain dari berbagai negara.

    Wregas naik ke atas panggung ketika namanya disebut oleh pembawa acara. Lalu, pria berusia 23 tahun yang tampil unik dengan atasan jas hitam dan bawahan kain batik ini menyampaikan pidato kemenangan.

     
    Wregas Bhanuteja bersama aktor dam kru film pendek Prenjak saat menerima penghargaan Leica Cine Discovery Prize For Short Film di Cannes Film Festival 2016. (Dok. Pribadi)


    Berdasarkan penjelasan di situs web resmi La Semaine de la Critique, penghargaan ini akan memberikan keuntungan bagi pemenang. Salah satunya, hadiah uang sebesar €4 ribu (Rp 60 juta).

    Prenjak menceritakan sisi gelap di Yogyakarta pada era '80-an. Lewat film ini, Wregas menceritakan seorang perempuan yang mencari uang dengan memperlihatkan anggota tubuhnya.

    Ia menjual sebatang korek api dengan harga Rp10 ribu. Terbilang sangat mahal, tapi si perempuan menjanjikan pembeli dapat dapat melihat anggota tubuhnya sejak api menyala hingga padam.

    Wregas tidak bekerja sendirian kala membuat Prenjak. Ia dibantu oleh Studio Batu yang beranggotakan teman-temannya di Yogyakarta. Mereka bergerak cepat saat produksi karena mengincar pendaftaran Festival Film Cannes 2016 sebelum ditutup.

    Sebelumnya Wregas pernah menyatakan sangat ingin masuk Festival Film Cannes sejak masih duduk di bangku kuliah.

    "Waktu kuliah, saya dan teman-teman cuma lihat di YouTube, bagaimana Festival Film Cannes. Ketika itu saya mikir, harus buat berapa karya dan umur berapa bisa masuk sana. Sekarang saya 23 tahun dan tidak menyangka," ucap Wregas.

    Cannes bukan festival film bertaraf internasional pertama bagi Wregas. Karyanya yang bertajuk Lembusura pernah masuk Festival Film Berlinale 2015. Selain itu, karyanya yang bertajuk Floating Chopin juga masuk dalam Festival Film Hong Kong 2016.



    Credit  CNN Indonesia





    Kamis, 12 Mei 2016

    Kapal Layar "Spirit of Majapahit" Mulai Berlayar ke Jepang



    Kapal Layar
    Para kru kapal ekspedisi Spirit of Majapahit melambaikan tangan dalam pelepasan kapal tersebut di Dermaga 21 Marina, Ancol, Jakarta, 11 Mei 2016. ANTARA FOTO


    Kapal Layar
    Kapal ekspedisi Spirit of Majapahit siap dilepas di Dermaga 21 Marina, Ancol, Jakarta, 11 Mei 2016. Kapal layar kayu yang didesain sama dengan kapal layar Kerajaan Majapahit di abad ke 13 tersebut hari ini mulai berlayar menuju Negeri Jepang dalam Ekspedisi Spirit of Majapahit. ANTARA FOTO



    Kapal Layar
    Kapal ekspedisi Spirit of Majapahit tampak dari atas dalam pelepasan kapal tersebut di Dermaga 21 Marina, Ancol, Jakarta, 11 Mei 2016. Kapal layar yang terbuat dari kayu tersebut dibuat di Pantai Selopeng, Kabupaten Sumenep, Madura. ANTARA FOTO


    Kapal Layar
    Para kru kapal ekspedisi Spirit of Majapahit melambaikan tangan dalam pelepasan kapal tersebut di Dermaga 21 Marina, Ancol, Jakarta, 11 Mei 2016. Kapal layar ini merupakan kapal layar yang kedua, dimana kapal pertama yang dibangun pada 2010 silam gagal berlabuh di Jepang lantaran diterjang ombak besar di perairan Filipina. ANTARA FOTO


    Kapal Layar
    Kapal ekspedisi Spirit of Majapahit tampak dari atas dalam pelepasan kapal tersebut di Dermaga 21 Marina, Ancol, Jakarta, 11 Mei 2016. Diperkirakana, biaya dalam pembuatan Kapal layar kayu tersebut menghabiskan biaya sebesar 2 miliar rupiah. ANTARA FOTO











    Credit  Tempo.co






    Habiskan Rp 2 Miliar, Relief Borobudur Menjelma Jadi Sebuah Kapal

    Habiskan Rp 2 Miliar, Relief Borobudur Menjelma Jadi Sebuah Kapal

    Kapal ekspedisi Spirit of Majapahit tampak dari atas dalam pelepasan kapal tersebut di Dermaga 21 Marina, Ancol, Jakarta, 11 Mei 2016. Diperkirakana, biaya dalam pembuatan Kapal layar kayu tersebut menghabiskan biaya sebesar 2 miliar rupiah. ANTARA FOTO
     
     
    CBJakarta - Kapal Spirit of Majapahit, yang akan menjadi monumen diplomatik Indonesia dan Jepang, dirancang para ahli teknik perkapalan dari Universitas Sumatera Utara, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Indonesia, dan Universitas Hasanuddin.

    Rancangan kapal tersebut terinspirasi oleh relief yang berada di Candi Borobudur.
    Dalam ornamen hias di kapal ini, terdapat Kalamakara pada empat sisi di dek nakhoda dan ukiran etnik, seperti yang terdapat di Candi Borobudur.

    Kalamakara sendiri merupakan salah satu ornamen bentuk wajah raksasa, desain ornamentis yang selalu menghiasi bagian atas pintu candi-candi di Jawa. Bentuk Kalamakara merupakan salah satu wujud ornamen figuratif yang memiliki fungsi spiritual, yaitu sebagai pengusir roh jahat. 

    "Perakitan kapal ini menghabiskan dana sekitar Rp 2 miliar dan menghabiskan waktu 3 bulan dalam pembuatannya," kata Ketua Yayasan Majapahit Sumarwoto Soejono saat pelepasan kapal itu dari Dermaga 21, Pantai Marina Ancol, Jakarta Utara, Rabu, 11 Mei 2016.

    Menurut nakhoda kapal Spirit of Majapahit, Muhamad Aming Asis, dalam perjalanannya ke beberapa kota, sebelum berakhir di Jepang, 10 orang yang akan ikut berlayar terdiri atas pelaut dari Makassar dan Jepang, mahasiswa, serta wartawan.

    Kapal tersebut akan berlayar menuju beberapa tempat, seperti Pontianak, Brunei Darussalam, Filipina, Taiwan, dan Jepang sebagai tujuan terakhir. Kapal ini mengisi 1 ton solar untuk satu perjalanan menuju Pontianak dan 300 liter air bersih untuk persediaan air bersih.

    Pada tujuan terakhir di Jepang, Spirit of Majapahit akan disambut Duta Besar Indonesia untuk Jepang Yusron Ihza Mahendra. Kemudian kapal itu akan dimuseumkan di Jepang, sebagai monumen diplomatik antara Indonesia dan Jepang.

    Credit  TEMPO.CO


    Rabu, 16 Maret 2016

    Libatkan Ratusan Peneliti, Ini Mobil Listrik Karya ITB



     Libatkan Ratusan Peneliti, Ini Mobil Listrik Karya ITB


    Foto: Istimewa
     
    Jakarta -Institut Teknologi Bandung (ITB) masuk ke dalam perguruan tinggi yang aktif dalam penelitian dan pengembangan mobil listrik. Hingga kini, ITB telah melahirkan beberapa jenis purwarupa atau prototype mobil listrik.

    "Kalau kita kembangkan mobil listrik jenis SUV. Kita kembangkan 1 platform dalam 12 varian. Kita juga kembangkan city car dan angkutan perkotaan (mobil listrik)," kata Ketua Tim Mobil Listrik Institut Teknologi Bandung (ITB), Agus Purwadi, kepada detikFinance, Selasa (15/3/2016).



    Selain itu, ITB saat ini sedang melakukan pengkajian untuk pengembangan sepeda motor listrik roda 3 untuk memenuhi permintaan PT Pos Indonesia.

    "Kita mencoba melakukan kajian prototype, kendaraan roda 3 bergerak listrik untuk pengiriman barang," sebutnya.

    ITB akan masuk dalam penelitian dan pengembangan mobil listrik kelas menengah ke bawah. Segmen mobil listrik ini masih terbuka lebar, karena segmen mobil listrik premium atau menengah atas telah dikuasai negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa.



    "Masih banyak pasar bisa digarap kayak low end sampai middle. High end, kita serahkan ke negara maju," sebutnya.

    Untuk pengembangan mobil listrik ini, ITB melibatkan ratusan tenaga ahli, mulai dari profesor hingga mahasiswa yang berasal dari lintas jurusan dan fakultas.

    "Kita melibatkan 6 orang guru besar, peneliti S3 ada 27, terus mahasiwa S1, S2, dan S3 ada 100 orang. Ini melibatkan 5 fakultas dan 12 kelompok kepakaran. Ini dikerjakan multi disiplin," sebutnya.




    Credit  detikfinance




    ITB: RI Sebetulnya Tak Kalah dalam Riset Mobil Listrik

    ITB: RI Sebetulnya Tak Kalah dalam Riset Mobil Listrik  
    Foto: Istimewa
     
    Jakarta -Indonesia saat ini masih bisa disetarakan dalam hal sumber daya peneliti dan pengembangan prototype mobil listrik. Hasil riset mobil listrik Indonesia masih setara dengan mobil listrik karya peneliti di ASEAN, dan beberapa negara maju di Asia yang sedang membangun basis produksi mobil listrik.

    Hal ini disampaikan oleh Ketua Tim Mobil Listrik Institut Teknologi Bandung (ITB), Agus Purwadi, kepada detikFinance, Selasa (15/3/2016).

    "Kalau dibandingkan negara tetangga sebetulnya posisi riset (mobil listrik) Indonesia nggak kalah," kata Agus.

    Namun, kondisi ini belum sebanding dengan dukungan pemerintah. Pemerintah Indonesia saat ini belum memiliki visi dan target terkait program mobil listrik.

    Agus mengakui, dukungan program mobil masa depan ini mengendur pasca pergantian pemerintahan di 2014. Padahal, tren mobil listrik diproyeksi akan mewabah di 2020.

    "Mobil listrik diprediksi booming di 2020. Saat itu, mobil listrik sudah bisa bersaing dengan mobil BBM," sebutnya.

    Agus menilai, program mobil listrik negeri tetangga memperoleh dukungan penuh dari pemerintahannya. Sebagai contoh, program mobil listrik di Thailand memperoleh persetujuan dari Perdana Menteri dan Parlemen, sedangkan program mobil listrik di Malaysia akan diresmikan oleh pemerintah,

    "Kalau Filipina dia dapat support ADB (Asian Development Bank/Bank Pembangunan Asia) untuk pengembangan. Kalau negara maju Korsel, Jepang, China mereka sudah sangat maju dengan risetnya. Kalau pandangan kita yang penting komitmen pemerintah saja," sebutnya.


    Credit  detikfinance







    Jumat, 04 Maret 2016

    Terjal Jalan Indonesia Wujudkan Pesawat Tempur Siluman



    Ilustrasi. (ANTARA/Regina Safri)
     
    Semua bermula dari Korea Selatan, negeri yang memendam konflik 'abadi' dengan saudaranya, Korea Utara.

    “Sepuluh tahun dari sekarang, Korea Selatan akan menjadi satu dari produsen senjata dan kedirgantaraan dunia bersama Amerika Serikat, Rusia, dan China.”

    Perkataan yang menggambarkan ambisi dan tekad Korea Selatan menggarap proyek pesawat tempur itu diucapkan oleh seorang pejabat lembaga pengadaan pertahanan Korsel, Defence Acquisition Program Administration (DAPA), pada 2014.

    Niat Korea Selatan mengembangkan jet tempur kelas berat yang kini dikenal dengan sebutan Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KF-X/IF-X), diumumkan pertama kali Maret 2001 oleh Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung pada wisuda Akademi Angkatan Udara negeri itu.

    Melalui proyek tersebut, Korea Selatan hendak menciptakan pesawat tempur multiperan canggih untuk menggantikan armada McDonell Douglas F-4 Phantom II dan Northrop F-5F Tiger II milik Angkatan Udara mereka yang kian usang.

    KF-X bukan proyek pesawat tempur pertama Korea Selatan. Sebelumnya, Negeri Ginseng telah sukses membuat pesawat latih dasar KT-1 Woongbi yang 100 persen buatan mereka sendiri, juga jet tempur ringan T-50 Golden Eagle hasil pengembangan Korea Aerospace Industries dengan raksasa dirgantara AS Lockheed Martin.

    Pesawat tempur supersonik buatan Korea Selatan yang pertama, T-50 Golden Eagle. (Getty Images/Chung Sung Jun)
    Pengalaman membuat T-50 Golden Eagle membuat Korea Selatan percaya diri memulai proyek KF-X yang lebih sulit. Pun, negara yang kerap berseteru dengan Korea Utara itu memiliki sekitar 63 persen teknologi yang diperlukan untuk memproduksi pesawat tempur multiperan.

    Meski demikian, 63 persen penguasaan teknologi tak menjamin KF-X bakal sukses. Korea Selatan lantas mencari mitra. Korsel berharap menemukan mitra asing yang dapat mendanai 40 persen dari total biaya pengembangan KF-X, sementara pendanaan mayoritas sebanyak 60 persen mereka tanggung.

    Korea Selatan mengincar beberapa perusahaan sebagai calon mitra, mulai PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Turkish Aerospace Industries, perusahaan pertahanan dan dirgantara Swedia Saab, pabrik pesawat AS Boeing, sampai Lockheed Martin AS.

    Keputusan Korea Selatan memasukkan Indonesia sebagai mitra, menurut Kepala Program KF-X/IF-X PTDI Heri Yansyah, bukan tanpa alasan dan tak terjadi dengan tiba-tiba. Saling percaya antardua negara terentang sejak tahun 2006.

    “Tahun 2006 Presiden Indonesia dan Korea Selatan pernah menandatangani Deklarasi Bersama mengenai Kemitraan Strategis untuk Mempromosikan Persahabatan dan Kerja Sama antara Republik Indonesia dan Republik Korea,” kata Heri dalam wawancaranya dengan CNNIndonesia.com, Jumat (19/2).

    Penandatanganan tersebut berlangsung saat Presiden Korea Selatan Roh Moo-hyun berkunjung ke Indonesia pada 4 Desember 2006. Deklarasi yang diteken Roh dan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono itu mengatur bahwa kedua negara akan saling melengkapi satu sama lain.

    Tahun 2008, Korea Selatan menawarkan kerja sama ke Indonesia untuk mengembangkan jet tempur. Tahun berikutnya, 2009, kedua negara meneken Letter of Intent.

    “Korea saat itu sudah melakukan feasibility study (studi kelayakan), dan mencoba mengajak Indonesia dan Turki karena mengembangkan pesawat tempur kan mahal,” ujar Heri yang ikut ke Korea Selatan pada 2011-2012 untuk mengerjakan fase pengembangan konsep KF-X/IF-X.

    Pun mengembangkan pesawat tempur berisiko tinggi. “Selain biaya pengembangan mahal, setelah jadi pasarnya susah. Tapi kalau kerja sama antarnegara, minimal pangsa pasarnya sudah ada,” kata Heri.

    Tahun 2010, Indonesia melakukan studi kelayakan dan audit atas tawaran kerja sama Korea Selatan mengembangkan jet tempur.

    “Untuk memutuskan bilang ‘iya’, kedua negara melakukan audit teknologi. Indonesia mengaudit Korea, Korea mengaudit Indonesia. Dari hasil audit itu, terlihat Korea punya kemampuan dan Indonesia juga memiliki kemampuan tapi perlu ditingkatkan. Barulah masing-masing negara saling berkomitmen,” kata Wakil Ketua Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Republik Indonesia, Eris Herryanto.

    Juli 2010, Indonesia sepakat untuk mendanai 20 persen biaya proyek KF-X dengan imbalan mendapat 50 unit pesawat tersebut setelah proyek selesai. Dua bulan kemudian, September 2010, Indonesia mengirim tim hukum dan pakar penerbangan ke Korea untuk membahas masalah hak cipta pesawat.

    Di tengah proses yang berlangsung antara Korea Selatan dan Indonesia itu, pada 7 September 2010, Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Korsel mengatakan Turki tertarik untuk bergabung.

    Namun delapan hari kemudian, 15 Desember, pejabat senior Turki mengatakan negaranya membatalkan niat untuk berpartisipasi pada proyek KF-X.

    Pada bulan yang sama, proyek KF-X diubah dari ‘sekadar’ pesawat tempur sekelas F-16 Fighting Falcon menjadi jet siluman (stealth fighter). Perubahan ini terkait eskalasi konflik antara Korea Selatan dengan Korea Utara.

    Tahun 2010 itu, Indonesia dan Korea Selatan meneken nota kesepahaman soal KF-X.

    April 2011, DAPA mengumumkan penandatanganan kesepakatan antara Korea Selatan dan Indonesia untuk bersama-sama mengembangkan pesawat tempur. Fase awal proyek KF-X/IF-X, yakni pengembangan konsep, pun dimulai.

    Saling butuh, saling untung

    Sejak awal menawarkan proyek jet tempur kepada Indonesia, ujar Eris, Korea Selatan mengatakan tak bisa mengembangkan KF-X sendirian. Terlebih di kemudian hari K-FX berubah menjadi proyek ambisius berupa pengembangan jet tempur generasi 4,5 dengan kemampuan siluman untuk menghilang di radar.

    Pesawat generasi ini bakal lebih hebat dari Dassault Rafale asal Perancis, Eurofighter Typhoon buatan konsorsium Eropa, dan F-16 Fighting Falcon produksi AS, serta setara dengan Sukhoi Su-35 buatan Rusia.


    Desain pesawat KF-X/IF-X yang tengah dikembangkan Korea Selatan dan Indonesia. (Dok. PT Dirgantara Indonesia)
    “Korea butuh Indonesia. Korea memilih Indonesia karena Indonesia sudah punya kemampuan dalam membuat pesawat meski untuk jenis kecil seperti CN212, CN235, helikopter. Indonesia pun sudah memiliki fasilitas pabrik pesawat. Itu sebabnya Korea mengajak Indonesia,” kata Eris.

    Indonesia dan Korea Selatan memiliki sejarah panjang kerja sama, termasuk di bidang industri pertahanan.

    “Ada kerja sama soal kapal selam, propelan untuk roket, dan lain-lain. Jadi bukan pesawat tempur saja,” ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Anne Kusmayati.

    Korea Selatan juga merupakan konsumen PTDI. Negeri itu bahkan membeli selusin atau 12 unit pesawat CN-235 buatan PTDI untuk berbagai keperluan, mulai digunakan sebagai alat transportasi militer, angkutan bagi very very important person (VVIP), sampai pesawat intai maritim.

    Sebaliknya, Indonesia membeli pesawat-pesawat tempur buatan Korea Selatan. TNI AU memiliki armada KT-1 Woongbi dan T-50 Golden Eagle masing-masing satu skuadron.

    “Ekspor pertama kedua pesawat itu ke Indonesia. Indonesia jadi pelanggan internasional pesawat Korea Selatan,” kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana.

    Soal kerja sama pengembangan KF-X, tak hanya Korea Selatan yang butuh Indonesia sebagai mitra. Indonesia pun mengincar transfer teknologi dari Korsel.

    “Korea terbuka untuk transfer of technology. Korea juga konsisten dalam strategi pembangunan dan pengembangan industrinya. Indonesia butuh Korea, Korea butuh Indonesia. Saling menguntungkan,” kata Anne.

    Kala itu, ujar Anne, Presiden SBY melihat tawaran Korea Selatan sebagai kesempatan. “Dia melihat Korea sebagai negara yang konsisten mengembangkan industrinya.”

    Dengan menerima tawaran Korea Selatan mengembangkan pesawat tempur, kata Heri, Indonesia juga jadi bisa menguasai teknologi upgrading.

    “Target Indonesia ialah mencapai kemandirian. Minimal Indonesia mampu untuk melakukan upgrading, tidak hanya pada KF-X/IF-X, tapi semua jet tempur yang dimiliki TNI AU sehingga seluruh pesawat bisa menggunakan teknologi terbarukan,” kata Heri.

    Direktur PTDI Budi Santoso mengamini peran Korea Selatan dan Indonesia yang saling membutuhkan. Saat ini, ujarnya, Indonesia punya kesempatan untuk belajar sekaligus bekerja bersama Korea Selatan.

    “Ada bidang tertentu di mana Indonesia lebih maju dari Korea, contohnya waktu dulu kami (Indonesia dan Korsel) mengerjakan struktur aerodinamik pesawat (pada fase pertama KF-X/IF-X). Tapi soal elektronik, Korea lebih jago dari Indonesia. Mereka punya banyak perusahaan elektronik seperti Samsung, LG, dan lain-lain,” kata Budi.



    Jalan bagi Korea Selatan dan Indonesia untuk mewujudkan KF-X/IF-X masih jauh dari selesai. Saat ini kedua negara baru akan memasuki fase kedua proyek KF-X/IF-X, yakni pengembangan rekayasa manufaktur atau pembuatan prototipe.

    Proyek Jet Tempur KF-X/IF-X Masuki Fase Penting
    Jalan bagi Korea Selatan dan Indonesia untuk mewujudkan KF-X/IF-X masih jauh dari selesai. Saat ini kedua negara baru akan memasuki fase kedua proyek KF-X/IF-X, yakni pengembangan rekayasa manufaktur atau pembuatan prototipe.

    Total ada tiga fase dalam proyek KF-X/IF-X, yaitu pengembangan teknologi atau pengembangan konsep (technology development), pengembangan rekayasa manufaktur atau pengembangan prototipe (engineering manufacturing development), dan terakhir proses produksi massal.

    Kesepakatan Korea Selatan dan Indonesia dibuat tidak untuk ketiga fase itu sekaligus, melainkan dipisah-pisah untuk tiap fase. “Satu fase, satu kontrak,” ujar Anne.

    Fase pertama, pengembangan konsep, dimulai Agustus 2011 hingga Februari 2013. Pada fase ini, selama 18 bulan, Indonesia mengirim 52 insinyur ke Korea Selatan. Mereka berasal dari PTDI, TNI AU, Institut Teknologi Bandung, dan Kementerian Pertahanan RI.

    Rampungnya fase pertama mestinya diikuti langsung oleh dimulainya fase kedua pada tahun yang sama, 2013. Namun sejumlah peristiwa membuat rencana tertunda, termasuk pemilihan presiden di Korea Selatan dan alotnya transfer teknologi inti jet tempur dari Lockheed Martin AS ke Korsel.

    Baru pada 7 Januari 2016 Jakarta dan Seoul akhirnya meneken kontrak kerja sama dimulainya fase kedua proyek PF-X/IF-X, yaitu pembuatan prototipe pesawat. Total ada delapan prototipe yang akan dibuat –enam prototipe terbang, dan dua prototipe tak terbang untuk uji struktur.

    Fase kedua yang dimulai tahun 2016 ini akan terentang panjang hingga 10 tahun ke depan, dan ditargetkan rampung pada 2026. Pada fase ini, 200 insinyur Indonesia dikirim ke Korea Selatan secara bergelombang.

    Untuk memastikan fase kedua ini berjalan mulus, Indonesia dan Korea Selatan menggelar pertemuan trilateral dengan Amerika Serikat, termasuk Lockheed Martin sebagai pihak yang akan mentransfer teknologi inti untuk KF-X/IF-X.

    Meski semula Amerika Serikat keberatan atas transfer teknologi dari Lockheed Martin tersebut, Negeri Paman Sam belakangan melunak.
    Korea Selatan dan Indonesia berharap transfer teknologi inti dapat terlaksana. Seperti ucapan melegenda ilmuwan Inggris Francis Bacon: knowledge is power.
















    Credit  CNN Indonesia





    Jumat, 22 Januari 2016

    Tak Lama Lagi Museum Indonesia Hadir di Vatikan

    Tak Lama Lagi Museum Indonesia Hadir di Vatikan  

    Basilika Santo Petrus atau Gereja Santo Petrus di Vatikan, Roma, Italia ini merupakan gereja terbesar yaitu sebesar 23.000 m² sehingga membutuhkan 120 tahun untuk membangun gereja ini menjadi seperti sekarang. Tempo/Tito Sianipar
     
    CB, Jakarta - Museum yang menampilkan pluralisme dan kemajemukan budaya Indonesia sedang dibangun di Vatikan. Duta Besar Indonesia untuk Vatikan Antonius Agus Sriyono mengatakan hal tersebut ketika berkunjung ke Akademi Sekretaris St Marys College di Jakarta, Rabu lalu, seperti disampaikan ketua kelompok budaya Mia Patria, L. Putut Pudyantoro, dalam siaran pers di Jakarta, Jumat, 22 Januari 2016.

    Mia Patria, yang berdiri pada 26 November 2008, adalah kelompok dengan misi kebudayaan yang biasa mengadakan lawatan ke Eropa, termasuk Vatikan. Pada 2016, kelompok tersebut akan melakukan lawatan yang keempat.

    Vatikan adalah negara kecil yang luasnya hanya 34 hektare. Tapi tidak ada yang memungkiri bahwa Vatikan adalah negara yang memiliki pengaruh paling besar terhadap negara-negara di dunia.

    “Membangun museum Indonesia di Vatikan merupakan langkah yang tepat terkait dengan diplomasi budaya, yang sekarang dilakukan Indonesia," ujar Agus Sriyono.

    Dia menjelaskan, pembangunan museum Indonesia di Tahta Suci diperkirakan selesai pada awal Oktober 2016. Museum itu nantinya akan memajang sejumlah koleksi ikon Indonesia, antara lain miniatur Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

    Dubes Agus Sriyono juga sedang merancang wisata religi ke Larantuka di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, yang akan ditawarkan kepada para peziarah yang datang ke Vatikan yang jumlahnya sekitar lima juta peziarah setiap tahun.

    "Dengan usaha yang terpadu di antara para duta besar, diharapkan beberapa persen peziarah ke Vatikan akan melakukan perjalanan religius ke Larantuka, dan ini jelas menumbuhkan ekonomi daerah tersebut," tuturnya.

    Menurut L. Putut Pudyantoro, Mia Patria melawat ke luar negeri pertama kali pada 2010, ketika Dubes Indonesia untuk Vatikan saat itu, Prapto Martosetomo, mengundang kelompok itu untuk tampil dalam acara pisah-kenal Dubes Prapto dengan dubes baru, Burdiaman Bahar.




    Credit  TEMPO.CO


    Selasa, 12 Januari 2016

    PLTN Dianggap Belum Mendesak, BATAN: Kita Sudah 40 Tahun Persiapan

    PLTN Dianggap Belum Mendesak, BATAN: Kita Sudah 40 Tahun Persiapan 
     
    Jakarta -Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) harus berlapang dada. Pasalnya,optimalisasi nuklir sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik belum dapat direalisasikan.

    Padahal, upaya menyiapkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sudah berjalan sejak 40 tahun lalu.

    "Kita sudah 40 tahun mempersiapkan diri tapi belum ada keputusan apa pun. Makanya saya katakan BATAN siap lho, kalau go nuklir atau tidak go nuklir," kata Kepala BATAN, Djarot S. Wisnubroto di Istana Negara, Jakarta, Selasa (12/1/2016)

    Ketidakpastian selama ini, menurut Djarot membuat para tenaga ahli di BATAN kebingungan. Selama ini segala persiapan, pengkajian dan hal lainnya terus dipersiapkan dengan matang.

    "Para peneliti kita juga jadi maju mundur, tidak termotivasi, ini beneran atau tidak sih," imbuhnya.

    Rencana PLTN masih harus dikaji lagi dan masuk dalam roadmap energi yang tengah disusun. Nuklir juga dinilai masih belum mendesak sebagai sumber energi listrik karena masih ada banyak energi baru dan terbarukan dengan potensi cukup besar. Contohnya angin, mikro hydro, angin, arus laut, matahari dan panas bumi.

    "Beliau instruksinya kepada Menteri ESDM untuk dikaji secara seksama potensi-potensi yang ada, apakah perlu nuklir atau tidak," terang Djarot.

    Djarot membandingkan dengan Vietnam yang sudah memulai kerjasama dengan berbagai negara maju, seperti Jepang dan Rusia.

    "Bayangkan saja Vietnam yang di belakang kita sudah kontrak dengan Rusia dan Jepang. Tapi sekali lagi BATAN dalam posisi technical supporting organization. Jadi, ketika Pak Jokowi mengatakan ya atau tidak, itu kita ikuti saja," pungkasnya.

    Credit  detikFinance

    Jumat, 08 Januari 2016

    KGPAA Paku Alam X Tebar Senyuman Dikirab Ageng

    KGPAA Paku Alam X Tebar Senyuman Dikirab Ageng
    Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati (KGPAA) Paku Alam X menyapa warga dari dalam kereta Kyai Manik Koemolo saat Kirab Ageng di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta, 7 Januari 2015. Kanjeng Bendara Pangeran Haryo (KBPH) Prabu Suryodilogo akhirnya secara resmi dinobatkan menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati (KGPAA) Paku Alam X. Proses jumenengan dilangsungkan di Bangsal Sewatama Kadipaten Pakualaman. TEMPO/Pius Erlangga

    KGPAA Paku Alam X Tebar Senyuman Dikirab Ageng
    Barisan kereta kuda keluar dari gerbang Regol Puro Pakualaman saat dimulainya acara Kirab Ageng pengukuhan KGPAA Paku Alam X di Yogyakarta, 7 Januari 2015. Penobatan tersebut ditandai dengan pelepasan keris yang dikenakan sebelumnya sebagai pangeran pati oleh sesepuh kerabat Pakualaman, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notoatmojo. Kemudian keris itu diganti dengan keris Kanjeng Kyai Bontit yang menjadi penanda Paku Alam yang bertakhta. TEMPO/Pius Erlangga

    KGPAA Paku Alam X Tebar Senyuman Dikirab Ageng
    Adik bungsu KGPAA Paku Alam X BPH Haryo Danardono menjadi Manggala Yudha pasukan Kirab Ageng dengan menggunakan kuda berkeliling kawasan Jalan Kusumanegara, Yogyakarta, 7 Januari 2015. Setelah dinobatkan, Paku Alam X kemudian membacakan sabdanya di hadapan tamu undangan yang hadir. Sabda dalem dibacakan menggunakan bahasa Indonesia. TEMPO/Pius Erlangga

    KGPAA Paku Alam X Tebar Senyuman Dikirab Ageng
    Barisan prajurit Puro Pakualaman bernama Bergada Lombok Abang keluar dari gerbang Regol Puro Pakualaman tanda dimulainya acara Kirab Ageng pengukuhan KGPAA Paku Alam X di Yogyakarta, 7 Januari 2015. Berdasarkan biodata yang dimiliki Pakualaman, Suryodilogo lahir pada Sabtu Kliwon, 15 Desember 1962, atau 18 Rejeb 1894, di Yogyakarta. Dia anak tertua Paku Alam IX dengan Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GBRAy) Ambarkusumo. TEMPO/Pius Erlangga

    KGPAA Paku Alam X Tebar Senyuman Dikirab Ageng
    Barisan gajah dari kebun binatang Gembira Loka turut berpartisipasi pada Kirab Ageng pengukuhan KGPAA Paku Alam X, Yogyakarta, 7 Januari 2015. Penobatan Suryodilogo sebagai Paku Alam X ini ditentang Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Anglingkusumo, yang merupakan paman Suryodilogo. TEMPO/Pius Erlangga

    KGPAA Paku Alam X Tebar Senyuman Dikirab Ageng
    Komedian Indro Warkop turut serta dalam Kirab Ageng penobatan KGPAA Paku Alam X dengan menjadi pemimpin pasukan kavaleri, di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta, 7 Januari 2015. TEMPO/Pius Erlangga






    Credit  Tempo.co

    Rabu, 02 Desember 2015

    Babad Padjajaran Diajukan Jadi Memory of The World Unesco

    Gedung UNESCO. Ilustrasi
    Gedung UNESCO. Ilustrasi
     
    CB, BANDUNG -- Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) hendak mendaftarkan warisan sejarah Babad Padjajaran ke lembaga budaya dunia Unesco. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan piagam pengakuan Memory of the World (MOW) sebagai bukti kekayaan warisan literasi dunia.

    Kepala Bapusipda Provinsi Jabar Tati Iriani mengatakan Jabar memiliki banyak bukti sejarah yang unik. Salah satunya adalah Babad Padjajaran yang merupakan naskah kuno yang bercerita tentang sejarah Kerajaan Padjajaran.

    "Babad Padjajaran ini adalah cikal bakal dari zaman Kerajaan Padjajaran yang kebetulan naskahnya ada. Karenanya kita mau mencoba mengajukan namun perlu kajian terlebih dahulu," kata Tati kepada Republika.co.id di Bandung, Rabu (2/12).

    Babad Padjajaran dinilai memiliki keunikan dari segi cerita yang ditulis. Tak hanya menuliskan sejarah kerajaan tapi Babad Padjajaran juga menceritakan keseharian masyarakat dan kearifan budaya Sunda pada zamannya.

    Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Padjajaran Nina Herliana Lubis mendukung diajukannya Babad Padjajaran sebagai MOW. Naskah kuno ini dinilai memiliki keunikan tersendiri. Di mana bahkan sudah dituliskan cerita masyarakat Sunda kala itu yang pergi haji ke Arab Saudi.

    "Yang ini keunikannya diceritakan juga bagaimana leluhurnya sudah pergi haji. Artinya wawasan masyarakat saat itu sudah banyak," ungkap Nina.

    Menurutnya dengan adanya Babad Padjajaran, tergambar secara jelas  kehidupan awal abad ke-19. Dari segi kultur dan keseharian yang membuat orang langsung merasakan berada di Tanah Sunda pada zaman itu.

    Naskah yang diperkirakan ditulis pada awal abad ke-19 ini secara lengkap dimiliki Bapusipda Jabar sehingga terjamin orisinalitasnya. Ini dianggap juga memudahkan proses administrasi yang akan memudahkan mendapat pengajuan MOW.

    Namun sebelum mengajukan tentu harus ada kajian terlebih dahulu dengan para ahli dan lembaga terkait. Oleh karenanya sebelum mendaftarkan ke Unesco, Bapusipda menggelar Focussed Group Discussion bertema 'Mengembalikan Jati Diri Bangsa: Memperjuangkan Babad Padjajaran Menjadi Ingatan Dunia'.

    Dalam diskusi ini akan dikaji lebih dalam mengenai kelayakan Babad Padjajaran diajukan ke Unesco. Meski begitu, belum diketahui kepastian kapan akan diajukan karena banyak persyaratan yang harus dipenuhi.

    Jika jadi diajukan, maka ini adalah pertama kalinya Provinsi Jabar mengajukan peninggalan sejarahnya menjadi warisan dunia. Hal ini bertujuan untuk melestarikan budaya literatur asal Jabar menjadi kekayaan khazanah budaya nasional yang sangat pantas diketahui warga dunia.

    Credit REPUBLIKA.CO.ID

    Jumat, 02 Oktober 2015

    Hari Batik Nasional, saat Warisan Indonesia Diakui Dunia


    CB, Jakarta - Batik makin eksis. Beragam corak tradisional berpadu dengan warna-warna indah bakal bikin meriah Hari Batik Nasional yang jatuh pada hari ini.

    Jumat (2/10/2015) ini adalah tahun ke-7 Hari Batik Nasional dirayakan sejak ditetapkan pada 2 Oktober 2009.
    Pada 2009, Organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan, UNESCO mengesahkan batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. Batik masuk dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia.

    Sebagai apresiasi atas pengakuan internasional terhadap batik, pemerintah menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Setiap tanggal itu, semua kalangan masyarakat akan memilih batik sebagai pakaian pembungkus tubuhnya.

    Tak dipungkiri, batik tak cuma digemari warga Indonesia. Helai kain penuh motif itu juga mewabah di sejumlah belahan dunia.

    Beberapa selebriti dunia pun mengenakan motif cantik batik asal Indonesia. Salah satunya artis cantik Jessica Alba yang sempat terlihat mengenakan gaun bermotif parang gringsing yang dipercaya sebagai penolak sakit.

    Selain Jessica, ada juga Reese Witherspoon, Heidi Klum, dan Dakota Fanning juga pernah tertangkap kamera mengenakan kain dengan motif batik.

    Jadi apa batik yang kamu pakai hari ini? Selamat Hari Batik Nasional!

    Credit Liputan6.com