Tampilkan postingan dengan label EKUADOR. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label EKUADOR. Tampilkan semua postingan

Jumat, 12 April 2019

Penangkapan Julian Assange Atas Permintaan Amerika Serikat


Julian Assange. REUTERS/Finbarr O'Reilly
Julian Assange. REUTERS/Finbarr O'Reilly

CB, Jakarta - Penangkapan pendiri WikiLeaks Julian Assange di Kedubes Ekuador di London atas permintaan Amerika Serikat.
Polisi Metropolitan mengatakan Assange ditangkap atas pemerintahan Amerika Serikat, yang telah mengeluarkan surat perintah ekstradisi, menurut laporan CNN, 11 April 2019.

Petugas mengambil tindakan setelah Ekuador menarik suaka Assange dan mengundang pihak berwenang ke kedutaan.
Assange secara resmi ditahan karena tidak menyerahkan diri ke pengadilan atas surat perintah yang dikeluarkan pada 2012 dan ditahan di kantor polisi pusat London, kata polisi.
Dia akan dihadiri di Pengadilan Westminster Magistrates di London sesegera mungkin, tambah polisi.

Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, ditangkap di London, 11 April 2019.[Sky News]
The National melaporkan, AS berupaya mengekstradisi Assange setelah membocorkan dokumen sensitif yang terkait dengan perang AS di Irak dan Afganistan dan pengungkapan pesan kabel diplomatik yang berlangsung puluhan tahun, kata WikiLeaks.

Dia dituduh bersekongkol dengan mantan analis intelijen Chelsea Manning yang membocorkan dokumen, menurut tweet WikiLeaks.

Sang whistleblower itu telah bersembunyi di kedutaan Ekuador, beberapa meter dari department store Harrods di Knightsbridge sejak 2012, ketika ia diberikan suaka untuk menghindari ekstradisi ke Swedia, di mana ia menghadapi tuduhan serangan seksual.
Kasusnya di Swedia telah dibatalkan, tetapi Julian Assange takut ekstradisi AS karena perannya di WikiLeaks dan tetap tinggal di kedutaan Ekuador, sampai suakanya dicabut dan ditangkap pada Kamis 11 April.




Credit  tempo.co



Polisi Inggris tangkap Julian Assange di Kedubes Ekuador


Polisi Inggris tangkap Julian Assange di Kedubes Ekuador

Pendiri laman Wikileaks Julian Assange ditangkap oleh kepolisian Inggris pada Kamis setelah kepolisian diundang ke Kedutaan Besar Ekuador yang memberinya tempat sejak 2012.




London (CB) - Pendiri laman Wikileaks Julian Assange ditangkap oleh kepolisian Inggris pada Kamis setelah kepolisian diundang ke Kedutaan Besar Ekuador yang memberinya tempat sejak 2012.

"Julian Assange,47, hari ini, Kamis 11 April telah ditangkap oleh petugas dari Dinas Kepolisian Metropolitan (MPS) di Kedutaan Besar Ekuador," kata polisi.

Polisi mengatakan bahwa penangkapan Assange terjadi karena "polisi diundang ke kedutaan besar oleh duta besar, setelah pemerintah Ekuador menarik suaka."

Assange mengungsi ke kedubes Ekuador di London pada 2012 untuk menghindari ekstradisi ke Swedia, karena pemerintah Swedia ingin memeriksanya untuk kasus pelecehan seksual. Penyelidikan itu kemudian dihentikan, namun Assange khawatir diekstradisi untuk menghadapi dakwaan dari Amerika Serikat, terkait penyelidikan penuntut umum terhadap Wikileaks.

Assange ditahan di pos polisi London pusat dan akan dihadapkan ke pengadilan Westminster, kata polisi.

Hubungan Assange dengan tuan rumahnya runtuh setelah Ekuador menuduhnya membocorkan informasi tentang kehidupan pribadi Presiden Lenin Moreno. Sebelumnya Moreno mengatakan bahwa Assange melanggar syarat suakanya.

Moreno mengatakan bahwa dia telah meminta Inggris untuk menjamin Assange tidak diekstradisi ke negara lain yang dapat membuatnya dianiaya atau dihukum mati.

"Pemerintah Inggris telah memberikan konfirmasi tertulism sesuai dengan aturan hukum mereka," kata Moreno.

Wikileaks mengatakan bahwa Ekuador secara tidak sah mengakhiri suaka politik bagi Assange, melanggar hukum internasional.

Bagi sebagian, Assange adalah pahlawan yang mengungkap tindakan yang oleh pendukungnya disebut menyalahgunakan wewenang oleh negara-negara modern dan membela kebebasanbicara. Namun bagi sebagian lain, dia adalah pemberontak berbahaya yang merusak keamanan Amerika Serikat.




Credit  antaranews.com




Kamis, 13 Desember 2018

Penyiar Radio Jadi Wakil Presiden Ekuador


Kongres Ekuador menunjuk Otto Sonnenholzner, 35 tahun,penyiar radio dan ekonom sebagai Wakil Presiden Ekuador yang baru. sumber: Reuters/Daniel Tapia
Kongres Ekuador menunjuk Otto Sonnenholzner, 35 tahun,penyiar radio dan ekonom sebagai Wakil Presiden Ekuador yang baru. sumber: Reuters/Daniel Tapia

CB, Jakarta - Kongres Ekuador menunjuk Otto Sonnenholzner, 35 tahun, sebagai Wakil Presiden Ekuador yang baru. Selain usianya yang masih muda, penunjukan Sonnenholzner menarik perhatian publik karena dia adalah seorang penyiar radio dan ekonom.
Melalui penunjukkan ini, maka Sonnenholzner mendampingi Presiden Lenin Moreno yang resmi menjadi orang nomor satu di Ekuador pada Mei 2018. Dia menggantikan Maria Vicuna yang tersangkut kasus korupsi dengan perusahaan konstruksi asal Brazil, Odebrecht.
"Saya akan selalu menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi," kata Sonnenholzner saat dilantik sumpah jabatan, seperti dikutip dari Reuters, Rabu, 12 Desember 2018.


Kongres Ekuador menunjuk Otto Sonnenholzner, 35 tahun,penyiar radio dan ekonom sebagai Wakil Presiden Ekuador yang baru. sumber: Uruguay al toque

Sonnenholzner mengaku sudah sembilan tahun mengenal Moreno yang beraliran kiri. Presiden Moreno mendapatkan dukungan dari mantan Presiden Rafael Correa saat masa kampanye.
Kongres Ekuador bersatu dengan Correa untuk mendukung pencalonan Sonnenholzner. Dia memperoleh 94 dukungan suara dari total 128 suara.
Terpilihnya Sonnenholzner membuat geger publik Ekuador karena usianya yang masih muda. Sonnenholzner lahir pada 1983 yang telah menikah dan memiliki tiga anak. Selain sebagai penyiar radio, Sonnenholzner dikenal sebagai ekonom setelah menuntaskan kuliah S2 di Universitas Internasional Schiller jurusan ekonomi internasional.



Credit  tempo.co



Kamis, 06 Desember 2018

Wapres Ekuador mundur di tengah penyelidikan menerima uang


Wapres Ekuador mundur di tengah penyelidikan menerima uang
Lenin Moreno saat wawancara di Quito 6 Agustus 2009. (REUTERS / Guillermo Granja)



Quito (CB) - Wakil Presiden Ekuador Maria Vicuna mengumumkan pengunduran dirinya pada Selasa, satu hari setelah Presiden Lenin Moreno membebastugaskan Vicuna di tengah penyelidikan soal uang, yang ia terima sebagai anggota parlemen beberapa tahun lalu.

Vicuna adalah wakil presiden kedua mundur sejak Moreno mulai menjabat sebagai presiden pada Mei 2007.

Moreno pada Senin menugaskan Sekretaris Jenderal Jose Augusto Briones menjalankan tugas sebagai wakil presiden, tanpa merinci untuk berapa lama.

Tim jaksa menyelidiki dana yang diterima Vicuna dari mantan penasihat antara tahun 2011 hingga 2013, saat ia menjadi anggota parlemen dari Partai Aliansi Negara (AP) pimpinan mantan presiden berhaluan kiri, Rafael Correa.


Moreno mengatakan ia mengambil keputusan itu supaya Vicuna bisa berkonsentrasi membela diri.

"Presiden telah menekankan kekhawatirannya untuk saya. Saya mengerti bahwa dengan membebaskan saya dari tugas adalah upaya untuk memastikan bahwa saya memiliki hak yang sah untuk membeli diri," tulis Vicuna dalam surat terbuka.

Pada pekan lalu, Vicuna mengakui menerima uang, namun mengatakan bahwa dana itu merupakan sumbangan sukarela untuk sebuah organisasi politik yang terkait dengan AP.

Vicuna mengatakan dirinya menolak permintaan penasihat untuk ditunjuk sebagai pejabat pemerintahan dan hasilnya sekarang adalah bahwa ia menjadi "korban fitnah."

Vicuna, yang sebelumnya merupakan menteri pembangunan perkotaan, menggantikan mantan Wakil Presiden Jorge Glas tahun lalu ketika ia diselidiki dalam skandal korupsi yang terpusat pada perusahaan konstruksi Brazil, Odebrecht.

Odebrecht telah mengakui bahwa pihaknya melakukan penyuapan untuk memenangi kontrak-kontrak infrastruktur di berbagai negara Amerika Latin.

Glas, sekutu dekat Correa, kemudian dinyatakan bersalah dan dihukum penjara enam tahun atas dakwaan mengantungi uang suap sekitar 13,5 juta dolar AS (sekitar Rp194 miliar) dari Odebrecht.




Credit  antaranews.com



Jumat, 19 Oktober 2018

Presiden Moreno Disebut Pembohong, Ekuador Usir Dubes Venezuela



Presiden Moreno Disebut Pembohong, Ekuador Usir Dubes Venezuela
Presiden Ekuador Lenin Moreno saat pidato di PBB. Foto/REUTERS

QUITO - Kementerian Luar Negeri Ekuador pada hari Kamis mengusir Duta Besar Venezuela untuk Quito, Carol Delgado. Diplomat itu diperintahkan pergi setelah seorang menteri Venezuela menyebut Presiden Lenin Moreno pembohong.

Ucapan yang dianggap menghina itu dilontarkan Menteri Komunikasi Venezuela Jorge Rodriguez dalam konferensi pers hari Rabu.



Menlu Rodriguez, seperti dikutip Reuters, Jumat (19/10/2018) mengatakan Moreno adalah seorang "pembohong". Rodriguez juga menuduh Presiden Moreno melebih-lebihkan jumlah migran Venezuela yang ada di negaranya ketika berpidato di PBB.

"Quito tidak akan mentoleransi setiap tanda tidak hormat terhadap pihak berwenang," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri saat pengumuman pengusiran Dubes Delgado dirilis.

Kementerian itu menegaskan bahwa bantuan kepada para pengungsi Venezuela di luar negeri akan terus diberikan. Diplomat Ekuador di Caracas juga akan dipanggil pulang untuk konsultasi.

Rodríguez menyebut Moreno pembohong terkait pidatonya yang menyatakan bahwa setiap hari 6.000 orang Venezuela tiba di Ekuador karena melarikan diri dari krisis ekonomi di negara mereka. Rodriguez berpendapat angka itu mustahil.

"Dia pembohong, dan berani berbohong di podium PBB karena itulah yang diperintahkan kepadanya untuk meningkatkan kebohongan ini," kata Rodriguez dalam konferensi pers-nya.

Data PBB menyebut sekitar 1,9 juta orang Venezuela telah beremigrasi sejak 2015 karena melarikan diri dari krisis ekonomi. Gelombang pengungsi itu telah melanda negara-negara lain di kawasan itu, termasuk Ekuador.

Namun, Presiden Nicolas Maduro mengatakan tidak ada angka pengungsi lebih dari 600.000 orang dalam dua tahun terakhir. Stasiun televisi pemerintah bahkan menyuguhkan liputan harian soal program pemerintah yang menawarkan penerbangan gratis para migran untuk pulang ke Venezuela. 





Credit  sindonews.com




Kamis, 05 Oktober 2017

Wakil Presiden Ekuador diganti karena terlibat skandal korupsi



Quito (CB) - Presiden Ekuador pada Rabu menunjuk Menteri Pembangunan Perkotaan Maria Alejandra Vicuna untuk menggantikan Wakil Presiden Jorge Glas, yang ditahan dalam penyelidikan skandal korupsi terkait perusahaan kontruksi Brasil, Odebrecht.

Glas dijebloskan ke penjara pada Senin malam, setelah kejaksaan memutuskan bahwa ia terlibat dalam penyuapan yang dilakukan oleh Odebrecht. Namun ia belum didakwa secara resmi.

Glas merupakan teman dekat mantan Presiden Rafael Correa dan pernah menjabat sebagai wakil presiden serta menteri sektor-sektor strategis pada pemerintahan Correa, sang pemimpin dari sayap kiri.

Namun dia berkeras mengaku tidak bersalah dan menganggap pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden Lenin Moreno sedang berupaya mendepaknya dari kekuasaan politik.

Moreno pada Rabu mengumumkan bahwa Menteri Vicuna akan mengambil alih jabatan wakil presiden selama Glas "absen untuk sementara".

Vicuna merupakan sosok sederhana yang pernah menjadi anggota parlemen dari partai Persekutuan Negara yang berkuasa.

Penyelidikan yang dilancarkan terhadap Glas dan ketidakhadirannya dalam pemerintahan saat ini telah menyebabkan keretakan antara Moreno dan pendahulu yang juga pernah menjadi mentornya, Correa.

Correa mengatakan Glas merupakan korban tidak bersalah dalam perburuan politik.

Ketegangan diperkirakan meningkat lebih lanjut antara kedua politisi itu. Moreno berencana menggelar referendum pada awal 2018 soal apakah Ekuador akan melarang politisi terpilih untuk mencalonkan diri agar terpilih kembali selama waktu tak terbatas.

Banyak pihak melihat langkah itu ditujukan untuk mencegah Correa muncul lagi menjabat sebagai presiden.

Skandal korupsi besar-besaran terkait Odebrecht terus bergulir di kawasan Amerika Latin.

Perusahaan itu telah mengakui bahwa pihaknya melakukan suap guna memenangi kontrak di sejumlah negara. Odebrecht telah mengeluarkan dana lebih dari 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp47 triliun) untuk pembayaran di Amerika Serikat, Brasil dan Swiss.

Skandal tersebut telah melibatkan banyak politisi di berbagai kawasan.

Glas (48) dituduh oleh seorang mantan menteri perminyakan sebagai pemimpin jaringan suap di sektor energi, demikian menurut siaran kantor berita Reuters.





Credit  antaranews.com