Tampilkan postingan dengan label KUBA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KUBA. Tampilkan semua postingan

Jumat, 12 April 2019

Kuba cari obat krisis pangan, burung unta-hewan pengerat jadi menu


Kuba cari obat krisis pangan, burung unta-hewan pengerat jadi menu

Presiden Kuba yang baru terpilih mencari obat kekurangan pangan, dan burung unta-hewan pengerat jadi menu. (REUTERS/Alexandre Meneghini/Pool)



Havana, Kuba (CB) - Mulai dari sapi kecil hasil pengembang-biakan sampai kerbau impor, para pemimpin Kuba telah lama bersikat kreatif dalam untuk mencari obat kekurangan pangan.

Sekarang mereka mengusulkan dibukanya peternakan burung unta dan hewan pengerat sebagai jawaban, sehingga menyulut olok-olok dari warga yang khawatir.

Daging dan telur kian sulit diperoleh di negara yang dikuasai Komunis tersebut dalam beberapa bulan belakangan akibat kemerosotan ekonomi. Sementara itu para pejabat melirik potensi burung Afrika yang tak bisa terbang dan hutia, hewan pengerat asli Kuba yang dapat memilki berat 8,5 kilogram.

"Satu burung unta mengeluarkan 60 telur, dan dari jumlah itu orang bisa memperoleh 40 burung unta betina, dan dari 40 hewan betina per tahun orang bisa memperoleh empat ton daging --sedangkan sapi cuma melahirkan satu anak dan setelah satu tahun hewan itu masih muda," kata Guillermo Garcia Frias.

Garcia Frias (91) meraih bintang kehormatan komandan revolusi sebagai mantan gerilyawan dalam revolusi Kuba 1959 dan memimpin perusahaan negara Flora dan Fauna, yang mengembangkan tujuh peternakan burung unta. Ia berbicara dalam pembahasan meja bundar yang ditayangkan televisi negara pekan lalu.

Ia melontarkan pujian untuk hutia karena "kadar protein hewan tersebut lebih tinggi daripada daging hewan lain" dan "memiliki bulu yang berkualitas tinggi", demikian laporan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi. Ia menyakan perusahaannya juga sedang mengembang-biakkan buaya.

Komentarnya telah menyulut meme sindiran dan lelucon yang telah tersebar luas di media sosial sebab rancangan pangan Kuba telah sering gagal memenuhi harapan.

Di dalam salah satu meme, seorang warga Kuba tiba di rumahnya dengan membawa burung unta hidup yang ia dapat melalui kartu jatah negara. Di dalam meme lain, sekelompok burung dari Kuba tiba di perbatasan Meksiko-AS untuk mencari suaka.

Rakyat Kuba juga berkelakar bahwa negara mungkin memberi mereka burung unta per rumah tangga, seperti yang dilakukan pada ayam selama depresi ekonomi parah 1990-an, setelah bubarnya bekas donatur Kuba, Uni Sovyet.

"Mereka mesti memusatkan perhatian pada ayam, makanan pokok mendasar yang telah hilang, dan bukan pada sesuatu yang sangat tidak biasa," kata Elizabeth Perez (22), mahasiswi hukum yang mengatakan ia sudah tidak bisa menemukan ayam di pasar swalayan selama satu bulan.

Burung unta sudah diternakkan di seluruh dunia, terutama Afrika Selatan. Di Amerika Serikat, hewan tersebut seringkali disajikan sebagai makanan mewah dan bukan makanan pokok.

Buat sebagian orang, pernyataan Garcia Frias mengingatkan mereka mengenai proyek rekayasa genetika mendiang Fidel Castro untuk memproduksi sapi yang menghasilkan banyak susu.

Sapi Castro, Ubre Blanca atau Ambing Putih masuk Guinness Book of Records sebagai sapi yang menghasilkan susu paling banyak --per hari 110 liter. Anak sapi itu tidak terlalu produktif sehingga percobaan itu dihentikan.

Kuba mengimpor 60 sampai 70 persen makanannya akibat perencanaan sentral yang tidak memadai mengenai ekonomi yang dikelola negara dan dampak dari beberapa dasawarsa embargo dagang AS.


Credit  antaranews.com

Senin, 08 April 2019

Naik Pitam, Kuba Sebut Sanksi AS untuk Venezuela Tindakan Intervensi



Naik Pitam, Kuba Sebut Sanksi AS untuk Venezuela Tindakan Intervensi
Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian


HAVANA - Presiden Kuba, Miguel Diaz Canel, mengutuk keras sanksi baru yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) kepada Venezuela. Sanksi baru AS itu menargetkan kapal dan perusahaan yang terkait dengan raksasa minyak PDVSA Venezuela.

"AS memberlakukan sanksi pada hari Jumat ini untuk kapal dan perusahaan yang bergerak dalam pengiriman minyak antara Kuba dan Venezuela, kegiatan yang sah berdasarkan kontrak komersial. Tindakan ini adalah tindakan ekstrateritorial, campur tangan dan arogansi kekaisaran," tulis Diaz-Canel di Twitter seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (7/4/2019).

Kementerian Luar Negeri Venezuela juga mengecam keras langkah AS dan mencatat bahwa Caracas akan menanggapi sanksi-sanksi ini dengan cara hukum yang sesuai.

AS menjatuhkan sanksi terhadap 34 kapal yang terikat PDVSA, yang dikendalikan oleh pemerintah Presiden Venezuela Nicolas Maduro, dan dua perusahaan yang diduga mengangkut minyak dari Venezuela ke Kuba. 

Selain itu, seorang pejabat senior dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengatakan putaran sanksi terbaru diperkenalkan atas permintaan Majelis Nasional pimpinan oposisi Venezuela.

Venezuela telah lama menderita krisis ekonomi akut yang diperburuk oleh sanksi AS terhadap negara itu. Pada bulan Januari, pemimpin oposisi Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara Venezuela setelah menolak terpilihnya kembali Maduro pada pemilu bulan Mei. Washington segera mendukung Guaido dan meminta Maduro untuk mundur.

Maduro lantas menuduh AS berusaha mengatur kudeta dengan memasang Guaido sebagai bonekanya. Rusia, China, Kuba, Bolivia, Turki, dan sejumlah negara lain telah menyuarakan dukungan mereka untuk Maduro sebagai satu-satunya presiden Venezuela yang sah. 




Credit  sindonews.com



Senin, 25 Maret 2019

Pangeran Charles, Anggota Kerajaan Pertama yang Lawat Kuba


Pangeran Charles, Anggota Kerajaan Pertama yang Lawat Kuba
Pangeran Charles dan istrinya, Camila, mengukir sejarah dengan menjadi anggota kerajaan Inggris pertama yang melawat Kuba. (Reuters/Alexandre Meneghini)




Jakarta, CB -- Pangeran Charles dan istrinya, Camila, mengukir sejarah dengan menjadi anggota kerajaan Inggris pertama yang melawat Kuba.

Charles dan Camila tiba di bandara internasional Havana pada Minggu (24/3). Mereka langsung menuju makam pahlawan Jose Marti di Revolution Square untuk melakukan prosesi tabur bunga.

Reuters melaporkan bahwa dalam lawatan selama tiga hari ini, pangeran berusia 70 tahun itu dijadwalkan akan makan malam bersama Presiden Kuba, Migeul Diaz-Canel.

Pangeran Wales itu juga akan mengunjungi distrik kolonial di Havana, proyek energi hijau, juga menyaksikan parade mobil antik Inggris.


Kunjungan kerajaan ini sejalan dengan upaya normalisasi hubungan Barat dan Kuba yang sudah dimulai sejak tiga tahun lalu melalui inisiatif gagasan mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

Namun sejak Presiden Donald Trump mengambil alih kepemimpinan AS, hubungan Washingon dan Havana merenggang.

Trump memperkuat embargo atas Kuba sebagai bentuk tekanan karena Havana merupakan sekutu kuat Venezuela.

Seorang profesor ilmu pemerintahan dari American University, William LeoGrande, menganggap lawatan Pangeran Charles ini "memperkuat legitimasi atas pemerintahan Kuba."


"Kunjungan ini juga menunjukkan peringatan implisit kepada Amerika Serikat bahwa tindakan bermusuhan dengan Kuba dapat mendatangkan risiko diplomatik dengan sekutu penting mereka," ucap LeoGrande.

Pemerintah Inggris sendiri meminta keluarga kerajaan itu untuk menyelipkan agenda ke Kuba agar dapat memperkuat hubungan dagang dengan negara tersebut.

Perdagangan Inggris dengan Kuba masih dianggap kecil, dengan nilai US$200 juta tahun lalu. Menurut sejumlah pengamat, kesempatan bisnis Inggris dengan Kuba masih besar, terutama di sektor pariwisata. 





Credit  cnnindonesia.com





Rabu, 13 Maret 2019

Pompeo Sebut Kuba dan Rusia Telah Rusak Venezuela



Pompeo Sebut Kuba dan Rusia Telah Rusak Venezuela
Pompeo sebut Kuba dan Rusia telah merusak demokrasi di Venezuela, dengan tidak mengakui Guaido sebagai Presiden sementara Venezuela dan terus mendukung Maduro. Foto/Reuters


WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Serikat (AS), Mike Pompeo mengatakan, Kuba dan Rusia telah merusak demokrasi di Venezuela. Dia menuturkan, bukan AS yang tidak mengakui Juan Guaido sebagai Presiden sementara Venezuela, tapi Kuba dan Rusia.

Pompeo mengklaim bahwa Kuba adalah kekuatan imperialis sejati di Amerika Selatan, dan bahwa negara kepulauan itu telah melatih polisi rahasia Venezuela dalam taktik penyiksaan, di antara disiplin ilmu lainnya. Lebih jauh, lanjut Pompeo, pasukan keamanan Kuba telah menggusur posisi pasukan keamanan Venezuela.

"Saya bahkan mendengar bahwa Maduro tidak memiliki orang Venezuela di sekitarnya," kata Pompeo dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (12/3).

Dia juga menyalahkan kesengsaraan ekonomi Venezuela disebabkan oleh Kuba "Ketika tidak ada listrik, terima kasih keajaiban modern listrik Kuba, ketika tidak ada makanan, terima kasih tuan komunis Kuba," ucapnya.

Dirinya kemudian menyalahkan krisis Venezuela terhadap Rusia, dengan mengatakan bahwa Moskow karena alasannya sendiri, mendistorsi harapan sah rakyat Venezuela atas demokrasi. "Moskow terus mengakui presiden terpilih Venezuela, bukan Guaido," ungkapnya.

Menurut Pompeo, Moskow menggunakan media-medianya sebagai sarana untuk mengalihkan perhatian orang dari krisis yang sedang dihadapi, dan bahwa, Kremlin berdiri bersama kroni-kroninya di Venezuela dalam upaya untuk melemahkan kehendak rakyat Venezuela.

"Rusia terus membeli minyak dari Venezuela dan memperdagangkan emas dengan negara mirip dengan bertindak sebagai "ATM pribadi" untuk oligarki, dan bahwa Moskow memberikan "bantuan dan kenyamanan" kepada pemerintah Maduro," tukasnya.  




Credit  sindonews.com






Senin, 25 Februari 2019

Cegah Perang di Venezuela, Kuba Serukan Mobilisasi Internasional


Cegah Perang di Venezuela, Kuba Serukan Mobilisasi Internasional
Situasi politik di Venezuela semakin intensif setelah pemimpin oposisi Juan Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara pada 23 Januari dan langsung diakui oleh AS. Foto/Ilustrasi/Istimewa

HAVANA - Partai Komunis Kuba (PCC) meminta kekuatan politik dan sosial Amerika Latin untuk mengecam ancaman perang terhadap Venezuela dan mendukung perdamaian di negara Amerika Selatan itu.

Dalam sebuah pernyataan, PCC mengecam meningkatnya tekanan dan tindakan Amerika Serikat (AS) yang bertujuan mempersiapkan petualangan militer yang disamarkan sebagai intervensi kemanusiaan di Venezuela.

"Situasi ini tidak hanya mewakili ancaman nyata bagi Revolusi Bolivarian, tetapi juga bagi perdamaian di benua itu. Hari ini adalah Venezuela, dan besok akan menjadi Nikaragua, Bolivia atau Kuba," PCC memperingatkan dalam pernyataannya seperti dikutip dari Xinhua, Sabtu (23/2/2019).

Pernyataan tersebut, yang diterbitkan oleh Kementerian Luar Negeri Kuba, mengatakan Washington seharusnya tidak meremehkan dampak agresi terhadap Venezuela. Konflik bersenjata di kawasan itu akan mempengaruhi semua negara di wilayah itu dan sosial, ekonomi serta sektor politik.

"Kami menghadapi ancaman khas agresi imperialis yang terselubung, yang tujuan utamanya adalah perampasan Amerika atas cadangan minyak bersertifikasi terbesar di planet ini," kata PCC.

Menurut PCC, kebijakan AS bukan hanya serangan terhadap Venezuela, tetapi juga serangan terakhir terhadap pasukan kiri di benua itu.

PCC mengatakan membela Revolusi Bolivarian di Venezuela telah menjadi "parit perlindungan" pertama dalam perjuangan untuk kedaulatan Amerika Latin, keadilan sosial, perdamaian dengan martabat, dan persatuan.

Mereka menyerukan mobilisasi internasional bersatu untuk menunjukkan Washington bahwa orang-orang di benua itu memiliki kemerdekaan dan kedaulatan.

Situasi politik di Venezuela semakin intensif setelah pemimpin oposisi Juan Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara pada 23 Januari dan langsung diakui oleh AS.

AS dan negara-negara lain di kawasan itu, berkoordinasi dengan oposisi Venezuela, telah menyatakan rencana mereka untuk mengirimkan bantuan ke Venezuela pada hari akhir pekan ini. Venezuela mengatakan akan memblokir pengiriman bantuan AS yang diyakini sebagai alasan untuk melancarkan serangan militer. 





Credit  sindonews.com




Jumat, 15 Februari 2019

Kuba Sebut AS Kerahkan Pasukan Khusus ke Dekat Venezuela

Kuba Sebut AS Kerahkan Pasukan Khusus ke Dekat Venezuela
Kuba mengatakan AS memindahkan pasukan khusus lebih dekat ke Venezuela sebagai bagian dari rencana rahasia untuk campur tangan di negara Amerika Selatan itu. Foto/Reuter

 

HAVANA - Kuba menyatakan, Amerika Serikat (AS) memindahkan pasukan khusus lebih dekat ke Venezuela. Langkah ini sebagai bagian dari rencana rahasia untuk campur tangan di negara Amerika Selatan yang kacau itu dengan dalih krisis kemanusiaan.Dalam apa yang disebut dengan "Deklarasi Pemerintah Revolusi" Kuba menuduh bahwa peristiwa baru-baru ini di Venezuela merupakan upaya kudeta yang sejauh ini gagal.Peristiwa-peristiwa ini, kata deklarasi itu, telah menyebabkan AS menjatuhkan sanksi drastis yang menyebabkan kerusakan seribu kali lebih besar daripada bantuan yang Washington coba paksakan pada negara itu."Antara 6 dan 10 Februari, pesawat angkut militer telah terbang ke Bandara Rafael Miranda di Puerto Rico, Pangkalan Udara San Isidro, di Republik Dominika dan ke pulau-pulau Karibia yang letaknya strategis, mungkin tanpa sepengetahuan pemerintah negara-negara tersebut," bunyi deklarasi itu."Penerbangan ini berasal dari instalasi militer Amerika, dari mana unit Operasi Khusus dan Korps Marinir beroperasi, yang digunakan untuk tindakan rahasia," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Jumat (15/2).Sementara itu, sebelumnya Presiden AS, Donald Trump mengatakan akan melihat semua opsi yang berbeda dalam menghadapi situasi saat ini di Venezuela. Namun, itu tidak termasuk intervensi militer.




Credit  sindonews.com





Kamis, 31 Januari 2019

Diplomat Sakit Misterius, Kanada Tarik Staf Kedubes di Kuba


Diplomat Sakit Misterius, Kanada Tarik Staf Kedubes di Kuba
Kanada tarik setengah personel perwakilan di Kuba usai satu diplomat terkena penyakit misterius, menambah daftar pejabat yang mengalami gejala aneh sejak 2017. (Reuters/Stringer)


Jakarta, CB -- Kanada menarik setengah personel perwakilan negaranya di Kuba setelah seorang diplomat kembali dilaporkan diserang penyakit misterius, menambah panjang daftar pejabat yang mengalami gejala kesehatan aneh sejak 2017.

"Pemangkasan pegawai [di Kedubes Kanada] akan menjadi respons yang layak atas kejadian ini," ujar seorang pejabat Kanada kepada Reuters, Rabu (30/1).

Pejabat anonim itu mengatakan bahwa diplomat tersebut mulai mengeluh sering sakit kepala, mual, dan mengalami gangguan penglihatan serta pendengaran sejak musim semi 2017.


Gejala ini serupa dengan yang dialami 14 staf kedubes Kanada sebelumnya, juga 25 pejabat Amerika Serikat di Kuba dalam beberapa tahun terakhir.


"Tes kesehatan menunjukkan karyawan itu mengalami gejala yang sama dengan karyawan sebelumnya," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Kanada.

Namun, Kanada tak mengetahui penyebab gejala tersebut. Kanada dan Kuba masih terus berkoordinasi dan bekerja sama untuk memecahkan masalah ini.


"Saya pikir pejabat Kuba juga frustrasi karena kami tak kunjung dapat mengetahui penyebabnya," kata sumber Reuters tersebut.

Kanada adalah salah satu rekan ekonomi paling penting bagi Kuba. Total perdagangan kedua negara mencapai US$790 juta pada 2017, membuat Kanada masuk dalam daftar 10 besar negara rekan dagang Kuba.

Selain itu, Kanada juga menjadi pasar pariwisata besar dengan lebih dari setengah juta warga berpelesir ke Kuba setiap tahunnya.





Credit  cnnindonesia.com



Rabu, 19 Desember 2018

Presiden Brasil Bolsonaro Ancam Venezuela dan Kuba


Jair Bolsonaro memenangkan pemilihan presiden Brasil
Jair Bolsonaro memenangkan pemilihan presiden Brasil
Foto: AP Photo/Silvia Izquierdo, File
AS mengandalkan Bolsonaro sebagai sekutu di kawasan.



CB, SAO PAULO -- Presiden sayap kanan Brazil, Jail Bolsonaro mengatakan, akan mengambil tindakan melawan pemerintahan Venezuela dan Kuba.


Bolonaro yang akan resmi mengambil alih kembali kekuasaan Brasil pada 1 Januari 2019 mendatang merupakan seorang anti-komunis yang sangat bersemangat memuji rezim militer negaranya sendiri pada kurun waktu 1964-1985.

Bolsonaro pun kerap menargetkan Venezuela dan Kuba dalam serangan secara verbal. Hal itu menunjukkan perubahan drastis dari pemerintahan Brazil di bawah Partai Pekerja sayap kiri yang memerintah dari 2003 hingga 2016 dan memiliki hubungan hangat dengan rezim-rezim itu.



Presiden terpilih itu, tidak memberikan detail apapun usai memberikan komentar terakhirnya menyoal Venezuela dan Kuba.


"Kami akan mengambil semua tindakan dalam aturan hukum dan demokrasi terhadap dua negara itu," ujarnya pada Selasa (18/12) waktu setempat seperti dikutip Reuters.


Seperti diketahui, Amerika Serikat (AS) mengandalkan Brasil di bawah kepemimpinan Bolsonaro mendatang untuk menjadi sekutu strategis.


Pada akhir November lalu, penasehat keamanan nasional Presiden AS Donald Trump, John Bolton bertemu Bolsonaro di kediamannya di Rio de Janeiro guna membahas jalinan hubungan di antara kedua negara.

Bolton mengatakan pemilihan Bolsonaro, merupakan kesempatan bersejarah bagi Brasil dan Amerika Serikat untuk bekerja sama dalam masalah keamanan, ekonomi dan lainnya.

Bolton juga memuji pemilu Bolsonaro sebagai tanda positif bahwa Brasil akan mendukung tekanan AS pada pemerintah sayap kiri Venezuela Nicolas Maduro, yang ia gambarkan sebagai bagian dari "troika tirani" di Amerika, bersama Kuba dan Nikaragua.





Credit  republika.co.id




Senin, 03 Desember 2018

CIA Merekrut Mafia untuk Bunuh Fidel Castro


Presiden Kuba Fidel Castro berpidato panjang di hadapan Majelis Umum PBB, di New York, pada 12 Oktober 1979. Fidel Castro meninggal dalam usia 90 tahun, pada 25 November 2016. AP/Marty Lederhandler
Presiden Kuba Fidel Castro berpidato panjang di hadapan Majelis Umum PBB, di New York, pada 12 Oktober 1979. Fidel Castro meninggal dalam usia 90 tahun, pada 25 November 2016. AP/Marty Lederhandler

CB, Jakarta - Pada puncak Perang Dingin, CIA dilaporkan merekrut Mafia untuk membunuh pemimpin Kuba, Fidel Castro.
Si tampan Johnny Roselli adalah Mafia yang bertugas mengelola kasino di Las Vegas dan Havana.
Tetapi pada 1959, selama kekuasaan revolusionernya, Fidel Castro menutup bisnis perjudian di Kuba.

Hal ini membuat marah kepala Mafia Chicago, Johnny "si tampan" Roselli dan Sam Giancana, menurut buku baru "Handsome Johnny" yang ditulis oleh Lee Server, dilansir dari Dailymail.co.uk, 2 Desember 2018.

Johnny "si tampan" Roselli.[www.kiyq.org]
Roselli adalah anggota level tinggi dari sindikat Chicago Outfit milik Al Capone yang juga beroperasi di Hollywood, menurut The New York Post.
Seorang pria FBI dan CIA bernama Robert Maheu ditunjuk untuk mendekati Chicago Outfit.
Mereka bukan hanya ingin membunuh Castro, tetapi mereka juga percaya bahwa mereka sedang melakukan tugas pemerintah yang akan dibalas budi oleh pemerintah.

Server menulis bahwa Roselli menolak US$ 150.000 (Rp 2 miliar) dan mengatakan bahwa dia akan membunuh Castro demi patriotisme sebab dia adalah seorang veteran Perang Dunia II.
Dia menguraikan bagaimana kepala CIA dan Mafia bertemu di Miami untuk memaparkan rincian misi.

Sam Giancana.[themobmuseum.org]
Salah satu agen CIA menyarankan pertumpahan darah melalui konflik senjata api, namun Mafia lebih suka racun atau sniper.
CIA mengatakan mereka bisa menyediakan racun, sementara mafia akan menyediakan seorang pembunuh.
Tetapi ketika Mafia mencari pembunuh bayaran mereka, John F Kennedy disumpah sebagai Presiden pada 1961.

Meskipun Giancana menerima jaminan dari Frank Sinatra di lapangan golf bahwa JFK akan menjadi sekutu, Server menulis, ia segera menunjuk saudara laki-lakinya Robert Kennedy sebagai Jaksa Agung.
Penunjukkan ini membuat Mafia marah karena Bobby, panggilan Robert Kennedy, terkenal tegas menindak sindikat Mafia dan bersumpah untuk menghancurkan mereka.
Seiring ketegangan yang timbul antara Kuba dan AS membuat misi terus berjalan dan Server menceritakan tentang CIA yang mengirimkan racun ke Roselli.
Roselli kemudian menyerahkannya kepada pembunuh bayaran, yang akan membawanya ke orang dalam di Kuba dan akan dimasukkan ke dalam minuman Fidel Castro.

Perdana Menteri Kuba, Fidel Castro saat menghadiir ulang tahun manuvernya ke-19-nya dan revolusioner kedatangan sesama di yacht Granma, di Havana, November 1976 ini. Fidel Castro memimpin upaya penggulingan diktator Batista, dan perlawanan ini dikenal dengan Gerakan 26 Juli. REUTERS/Prensa Latina File Photo
Fidel Castro jatuh sakit beberapa hari kemudian, tetapi Server mengatakan ini adalah kebetulan atau racun gagal karena Castro pulih.
Segera setelah itu, New York Post mengatakan bahwa invasi Teluk Babi pada bulan April 1961 menyerukan diakhirinya rencana pembunuhan.

Giancana ditemukan tewas pada tahun 1975 dengan peluru yang mengotori jenazahnya, sementara Roselli ditemukan setahun kemudian dimutilasi dalam drum baja di pantai Florida. Namun tidak diketahui apakah CIA terkait dengan tewasnya Mafia yang terlibat peracunan Fidel Castro.




Credit  tempo.co




Jumat, 22 Juni 2018

Kuba Akhirnya Longgarkan Pengawasan Media


Bendera Kuba
Bendera Kuba
Foto: VOA

Kuba berubah dalam hal konektivitas dan akses terhadap informasi.




CB, HAVANA - Kuba selama ini telah memberikan pengawasan yang cukup ketat terhadap media cetak atau lembaga penyiaran independen. Laporan yang disuguhkan media pemerintah pun sebagian besar hanya berisi transkripsi resmi dari Partai Komunis.

Namun gaya lama itu tampaknya akan berubah secara bertahap setelah Miguel Diaz-Canel terpilih menjadi presiden Kuba pada April lalu. Jurnalis Kuba mengatakan kepada The Associated Press, Biro Politik Partai Komunis, salah satu badan paling kuat di negara itu, telah menyetujui dokumen yang dikenal sebagai "Kebijakan Komunikasi Baru". Dokumen ini bertujuan untuk memberikan lebih banyak kebebasan bagi media negara untuk melaporkan berita seperti yang dilakukan rekan-rekan mereka di negara lain.

Kebijakan baru ini telah disetujui saat Diaz-Canel masih menjabat sebagai wakil presiden Kuba dan bertanggung jawab atas kebijakan media dan komunikasi negara tersebut. Namun kebijakan itu akan mulai berlaku setelah Diaz-Canel mengambil alih kekuasaan dari Raul Castro pada 19 April.

Selama 10 tahun pemerintahannya, Castro hampir tidak pernah merilis informasi mengenai kegiatannya ke publik Kuba atau ke media internasional.

"Kuba berubah dalam hal konektivitas dan akses terhadap informasi. Mungkin orang-orang tidak akan selalu memiliki akses ke informasi yang mereka sukai, tetapi ada konsumsi berita yang terus menerus, sehingga tidak benar bahwa negara ini adalah gua yang gelap, tanpa cahaya," kata David Vasquez, mantan direktur Cachivache, sebuah majalah daring untuk remaja Kuba.

Di bawah konstitusi Kuba, Partai Komunis akan mengeluarkan arahan umum kepada Pemerintah Kuba, yang kemudian akan meloloskan undang-undang dan peraturan yang memberlakukan pedoman komunikasi baru itu. Pedoman telah disosialisasikan kepada sekelompok wartawan pilihan yang bersedia sebagai kelompok uji.

Kebijakan ini memungkinkan para direktur surat kabar, stasiun televisi, dan radio untuk mengeluarkan berita tentang peristiwa-peristiwa penting seperti bencana fatal tanpa menunggu otorisasi dari Departemen Ideologi Partai Komunis.

"Kebijakan baru disetujui sebagai tanggapan terhadap keluhan dari media negara dan dari masyarakat luas mengenai adanya kebutuhan untuk mendapatkan informasi. Pemerintah telah mengakui akses internet di negara itu telah berkembang," kata Jose Raul Gallego, seorang penulis untuk situs independen El Toque.

Kebijakan baru ini juga memungkinkan adanya iklan, termasuk dari sektor swasta kecil Kuba. Partai Komunis akan menciptakan regulator media baru yang independen, serta departemen hubungan masyarakat di level kementerian dan kota.





Credit  republika.co.id





Senin, 07 Mei 2018

Palestina Minta Dukungan Kuba dan Venezuela


Presiden Palestina, Mahmoud Abbas
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas
Foto: Reuters

Selain Kuba dan Venezuela, Palestina juga meminta dukungan dari Chile



CB, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas, pada Ahad (6/5), telah memulai kunjungan kenegaraan ke tiga negara Amerika Latin. Kunjungan ini bertujuan untuk menghimpun dukungan bagi Palestina.

"Kunjungan ini dimaksudkan untuk menggalang dukungan bagi Palestina. Negara yang dikunjungi termasuk Chile, Venezuela, dan Kuba," ungkap penasihat urusan diplomatik Abbas, Majdi Khalidi, dikutip laman kantor berita Palestina WAFA.

Mahmoud Abbas kembali terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada Jumat (4/5). Pemilihan Abbas yang telah diprediksi ini diumumkan di akhir pertemuan Dewan Nasional Palestina (PNC) di Ramallah, Tepi Barat.

"Anggota Komite Eksekutif PLO berdiskusi dan memutuskan untuk memilih saudara Abu Mazen (Abbas) sebagai ketua Komite Eksekutif," kata Azzam Al-Ahmad, sekutu setia Abbas yang berada di antara sembilan orang baru yang terpilih sebagai anggota Komite Eksekutif PLO, dikutip Arab News.

Pertemuan ini diadakan oleh Abbas sebagai salah satu strategi dalam menanggapi keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. AS telah mengumumkan akan meresmikan pembukaan kedutaan besarnya untuk Israel di Yerusalem pada 14 Mei mendatang.

Trump telah mengatakan ia kemungkinan akan menghadiri acara pembukaan tersebut. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan akan sangat menyambut kehadiran Trump bila dia benar-benar hadir dalam acara pembukaan kedubes AS di Yerusalem.







Credit  REPUBLIKA.CO.ID




Jumat, 20 April 2018

Miguel Diaz-Canel terpilih sebagai presiden baru Kuba


Miguel Diaz-Canel terpilih sebagai presiden baru Kuba
Miguel Diaz-Canel. (MercoPress)



Havana (CB) - Miguel Diaz-Canel pada Kamis terpilih sebagai presiden baru Kuba untuk menggantikan Raul Castro, yang telah menyelesaikan dua periode masa jabatan lima tahunnya secara berturut-turut.

Diaz-Canel adalah mantan wakil presiden pertama dan insinyur elektronik yang akan berusia 58 tahun pada Jumat ini.

Pencalonannya sebagai presiden diajukan oleh Komisi Pencalonan Nasional pada Rabu setelah namanya diusulkan oleh 604 anggota Majelis Nasional untuk memimpin Kuba.

Setelah menyerahkan kursi kepresidenan kepada penggantinya, Raul Castro, 86, akan tetap menjadi anggota parlemen dan menjabat sebagai sekretaris pertama Komite Pusat Partai Komunis Kuba yang berkuasa.

Partai tersebut dianggap sebagai kekuatan utama di kalangan rakyat Kuba, demikian Xinhua.



Credit  antaranews.com


Miguel Diaz-Canel janji lanjutkan "revolusi" Kuba

Miguel Diaz-Canel terpilih sebagai presiden baru Kuba
Miguel Diaz-Canel. (MercoPress)



Havana (CB) - Presiden baru Kuba Miguel Diaz-Canel, yang dipilih sebagai pengganti Raul Castro, berjanji tidak hanya akan memastikan pulau Karibia melanjutkan “revolusi,” tapi juga reformasi ekonomi, Kamis (19/04).

“Mandat yang diberikan rakyat kepada badan legislatif ini yaitu melanjutkan revolusi Kuba pada momen bersejarah yang penting ini, yang akan ditandai dengan apa yang harus kita lakukan untuk menerapkan model ekonomi” yang diberlakukan Castro, katanya seperti dikutip AFP, Kamis (19/4).

"Saya datang untuk bekerja, dan bukan membuat janji," katanya di  Majelis Nasional, yang 605 delegasinya memilih dia dalam pemungutan suara pada Rabu.

Dia berjanji tidak hanya berpegang pada warisan komandan Fidel Castro, tetapi juga untuk contoh, nilai-nilai dan ajaran Jenderal Raul Castro.

Castro, yang masih menjabat sebagai ketua Partai Komunis yang berkuasa, akan "mengawasi keputusan paling penting untuk masa kini dan masa depan bangsa kita."

Diaz-Canel (57), menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk naik ke jajaran petinggi partai, dinobatkan sebagai calon presiden tunggal, Rabu, dan secara resmi dipilih sebagai presiden, Kamis, untuk masa jabatan lima tahun.

Dia mengambil alih jabatan sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-58.


Credit  antaranews.com

Kamis, 19 April 2018

Castro Segera Mundur dari Jabatan Presiden Kuba


Castro Segera Mundur dari Jabatan Presiden Kuba
Raul Castro akan segera mundur dari jabatannya sebagai presiden Kuba. (Reuters/Carlo Allegri)


Jakarta, CB-- Raul Castro akan segera mundur dari jabatannya sebagai presiden Kuba, sementara wakilnya, Miguel Diaz-Canel, bakal menggantikannya dan jadi pemimpin non-Castro pertama sejak revolusi 1959.

Castro (86) bakal mengundurkan diri pada Kamis (19/4) setelah 10 tahun menjabat. Dia mengumumkan keputusan itu beberapa tahun lalu dan telah lama memberi sinyal Diaz-Canel, pendukung loyal Partai Komunis berusia 57 tahun, kemungkinan jadi penerusnya.

Peralihan ke generasi lebih muda bakal jadi peristiwa bersejarah di pulau yang didominasi 60 tahun kepemimpinan Fidel Castro sebelum digantikan adiknya, Raul. Namun, peristiwa ini mungkin tak akan langsung membawa perubahan pada sistem satu partai maupun perekonomian yang didominasi pemerintah.


Transisi ini ditanggapi cuek oleh warga Kuba pada umumnya yang ditemui di jalanan Havana. Beberapa di antara mereka mengatakan jauh dari dunia politik dan lebih peduli dengan melanjutkan kehidupan di tengah peluang ekonomi sempit.

"Kami lebih khawatir soal kehidupan sehari-hari daripada politik," kata Ricardo Lugone (28), penata rambut yang diwawancarai Reuters. Industri yang ia tekuni dikelola oleh pemerintah di masa pemerintahan Fidel, hingga akhirnya Raul memberi kelonggaran.

Diaz-Canel, yang saat ini merupakan wakil presiden pertama, adalah satu-satunya nama yang diajukan oleh komisi sokongan partai pada Rabu. Usulan itu disambut tepuk tangan panjang dari para anggota parlemen yang kemudian menggelar rapat tertutup untuk menerimanya dengan suara mutlak.

Hasil pemilihan diperkirakan akan diumumkan pada Kamis, dan presiden baru akan dilantik.

Meski Dewan mempromosikan pemimpin lebih muda, Castro dan para tokoh revolusi yang lebih tua akan tetap memegang kekuatan sebagai pejabat tinggi Partai Komunis, setidaknya hingga kongres partai digelar 2021 nanti.

Para pengamat politik mengatakan Diaz-Canel akan ditugasi memberi napas baru bagi perekonomian yang lemah, tapi dia akan meminta persetujuan Castro soal keputusan-keputusan strategis besar seperti soal hubungan dengan Amerika Serikat.





Credit  cnnindonesia.com







Jumat, 24 November 2017

Kuba sampaikan dukungan bagi Korea Utara


Kuba sampaikan dukungan bagi Korea Utara
Warga melihat pameran foto memperingati 20 tahun pemilihan Kim Jong Il menjadi sekretaris jenderal Partai Pekerja Korea di Istana Budaya Rakyat dalam foto yang disiarkan oleh Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) di Pyonyang, Selasa (3/10/2017). Foto pemimpin Korea Utara Kim Jong Un terlihat di sebelah kanan. (KCNA/via REUTERS/djo/17)



Havana (CB) - Kuba, satu dari sedikit sekutu Korea Utara, menyerukan "perdamaian dan stabilitas" di semenanjung Korea dan menekankan perlunya dialog untuk mengurangi ketegangan antara Pyongyang dan Washington.

Saat menerima timpalannya dari Korea Utara Ri Yong-Ho di Havana, Rabu, Menteri Urusan Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez mengatakan Kuba "mendukung perdamaian dan stabilitas", menambahkan bahwa "hanya setelah dialog dan perundingan solusi politik yang langgeng bisa dicapai" menurut siaran media Kuba.

Berkenaan dengan tindakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan Korea Utara sebagai negara pendukung teror pada Senin, Rodriguez menyatakan menolak apa yang dia sebut sebagai "keterangan dan dikte sepihak" Amerika Serikat mengenai Korea Utara.

Sementara Ri menyalahkan "penggunaan kekuatan militer imperialis yang kian meningkat" sebagai penyebab buruknya situasi di semenanjung Korea, dan menekankan pentingnya hubungan Kuba-Korea Utara sebagai "dua negara pembangun sosialisme."

Kunjungannya dilakukan saat Pyongyang dan Washington terus berselisih mengenai beberapa kali uji coba rudal balistik dan nuklir Korea Utara – sementara hubungan Amerika Serikat dan Kuba, yang dibangun lagi pada 2015 setelah buntu selama 50 tahun, juga memburuk di bawah pemerintahan Presiden Trump.

Pada 23 September, Ri mengecam Trump dalam pidatonya di PBB, dan mengungkapkan "dukungan serta solidaritas besar untuk pemerintah dan rakyat Kuba" menurut siaran kantor berita AFP.




Credit  antaranews.com





Rabu, 01 November 2017

AS Tolak Resolusi PBB yang Hentikan Embargo Ekonomi Kuba


Bendera Kuba dan AS.
Bendera Kuba dan AS.




CB, JENEWA -- Amerika Serikat (AS) akan memberikan suara untuk menentang resolusi Majelis Umum PBB yang menyerukan pencabutan embargo ekonomi terhadap Kuba, pada Rabu (1/11).  Embargo yang telah berlangsung selama puluhan tahun ini telah menghalangi kemajuan hak asasi manusia dan demokrasi di Kuba.

Pada Selasa (31/10), juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert mengatakan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley akan memberikan suara menentang resolusi tersebut.
Pecabutan embargo ini diajukan setiap tahun oleh Havana selama 26 tahun terakhir untuk mendapatkan kebijakan baru tentang Kuba di bawah kepemimpinan Presiden AS Donald Trump.

AS secara konsisten memilih untuk menolak resolusi tersebut selama 24 tahun. Namun AS kemudian abstain untuk pertama kalinya pada 2016, karena Washington dan Havana telah menjalin hubungan yang lebih dekat, setelah membuka kedutaan besar di kedua negara pada 2015.

Akan tetapi, ketegangan baru-baru ini kembali terjadi antara dua mantan musuh di era Perang Dingin tersebut. Trump mengatakan, dia yakin Havana bertanggung jawab atas serangkaian insiden yang telah merugikan 24 diplomatnya di Kuba.

Resolusi PBB ini tidak mengikat namun dapat membawa bobot politik. Hanya Kongres AS yang bisa memberlakukan embargo penuh yang telah diberlakukan selama lebih dari 50 tahun yang lalu.

Tahun lalu, resolusi tersebut diadopsi oleh 193 anggota Majelis Umum dengan 191 suara. Israel bergabung dengan sekutunya, AS, yang memilih abstain.





Credit  REPUBLIKA.CO.ID






Rabu, 04 Oktober 2017

Amerika Usir 15 Diplomat Kuba, Havana Marah


Amerika Usir 15 Diplomat Kuba, Havana Marah
Bendera Kuba berkibar di kantor kedutaannya di Washington, AS. Pemerintah Trump mengusir 15 diplomat Kuba setelah para diplomat Washington mengalami serangan misterius di Havana. Foto/REUTERS/Carlos Barria


WASHINGTON - Pemerintah Presiden Donald Trump memerintahkan pengusiran 15 diplomat Kuba setelah sebelumnya menarik pulang separuh staf kedutaannya dari Havana. Pengusiran belasan diplomat oleh Washington ini memicu protes kemarahan dari pemerintah Kuba.

Langkah pemerintah Trump “mendepak” 15 diplomat Havana ini terkait serangan misterius terhadap para diplomat Washington yang bertugas di Kuba. Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan, keputusan terakhir dibuat karena kegagalan pemerintah Presiden Raul Castro untuk mengambil langkah-langkah yang sesuai guna melindungi para personel Amerika.

Langkah yang diambil oleh pemerintahan Presiden Donald Trump menandai “pukulan” lain bagi kebijakan pendahulunya Presiden Barack Obama yang memulihkan hubungan kedua negara setelah puluhan tahun terlibat Perang Dingin.

Pejabat Departemen Luar Negeri AS yang berbicara dalam kondisi anonim mengatakan, pengusiran 15 diplomat tersebut merupakan tindakan timbal balik—bukan hukuman—yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa kedutaan AS dan Kuba akan memiliki jumlah kepegawaian yang adil seiring penyelidikan serangan misterius terhadap para staf diplomatik Washington.

Namun Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez marah mengecam pengusiran itu sebagai keputusan yang tidak dapat dibenarkan. Dia menuduh AS tidak cukup bisa untuk berkerja sama dengan penyelidikan yang dilakukan Kuba terkait insiden misterius yang dialami para diplomat Washington.

Keputusan pemerintah Trump telah disampaikan kepada Duta Besar Kuba Jose Ramon Cabanas pada hari Selasa. Ke-15 diplomat Havana diberi waktu tujuh hari untuk meninggalkan negeri Paman Sam.

Para personel kedutaan AS di Havana mengalami serangan yang mengganggu pendengaran dan kerusakan fisik lain. Jumlah diplomat Amerika yang dikonfirmasi mengalami gejala sakit fisik akibat serangan tersebut telah meningkat menjadi 22 orang.

Kuba telah membantah terlibat dalam serangan tersebut dan melakukan penyelidikan sendiri. Rodriguez mengatakan bahwa Kuba sangat memprotes pengusiran tersebut, terlebih AS tidak memberikan informasi yang cukup kepada para penyelidik Kuba.

Beberapa anggota parlemen Patai Republik AS berdarah Kuba, termasuk Senator A Marco Josio dan politisi lain, Ros-Lehtinen, telah mendesak agar diplomat Kuba ditendang keluar sebagai pembalasan atas serangan misterius di Havana.

Namun James Williams, presiden Engage Cuba, sebuah kelompok lobi pro-Kuba yang berbasis di Washington mengecam  pengusiran 15 diplomat tersebut. ”Keputusan ini tampaknya murni bersifat politis, didorong oleh keinginan segelintir individu di Kongres untuk menghentikan kemajuan di antara kedua negara kita,” katanya, seperti dikutip Reuters, Rabu (4/10/2017).

Di Havana, para diplomat Washington juga sudah panik dengan menjual barang-barang mereka di situs penjualan di media sosial. Banyak yang bilang bahwa mereka kecewa karena diperintahkan untuk pergi. 


Pejabat tinggi kedubes AS, Scott Hamilton, mengatakan bahwa dia juga akan pergi. ”Saya optimis dan berharap kami akan kembali suatu hari nanti, sebelum terlalu lama,” tulis dia di media sosial.”Hasta la proxima Cuba.”





Credit  sindonews.com



Protes Serangan Sonik, AS Usir 15 Diplomat Kuba

 
Protes Serangan Sonik, AS Usir 15 Diplomat Kuba 
Menlu AS Rex Tillerson mengusir 15 diplomat Kuba karena serangan sonik di Kedubes AS di Havana. (Reuters/Yuri Gripas/File Photo)

Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintahan Donald Trump mengusir 15 diplomat Kuba untuk memprotes "serangan" kesehatan misterius yang terjadi di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Havana.

Menteri Luar Negeri Rex Tillerson mengatakan pengusiran dari Kedutaan Besar Kuba di Washington juga ditujukan untuk memastikan "keseimbangan" dalam jumlah staf, setelah dia memanggil kembali lebih dari separuh personel diplomatik AS di Havana, Jumat lalu.

Menlu Kuba Bruno Rodriguez mengecam keputusan itu sebagai tindakan yang "tidak bisa dibenarkan," menuding Amerika Serikat tidak cukup bekerja sama dengan investigasi Kuba terkait insiden kesehatan tersebut dan meminta Washington berhenti mempolitisir masalah.


Langkah yang diambil oleh pemerintahan Partai Republik ini menjadi pukulan teranyar bagi capaian Presiden Barack Obama yang berasal dari partai Demokrat. Pendahulu Trump itu mempunyai kebijakan untuk memperbaiki hubungan dengan Kuba yang biasanya diselimuti saling curiga dan benci.

Pergerakan terbaru AS ini disampaikan oleh Duta Besar Kuba Jose Ramon Cabanas pada Selasa waktu setempat (3/10), dan para diplomat diberikan waktu tujuh hari untuk meninggalkan kedubes, kata seorang pejabat yang enggan disebutkan namanya.

"Hingga pemerintah Kuba bisa memastikan keamanan diplomat kami di Kuba, kedutaan besar kami akan dikurangi hingga hanya menyisakan personel darurat untuk mengurangi jumlah diplomat yang berisiko terdampak," kata Tillerson dalam pernyataan yang dikutip Reuters.

"Kami terus mempertahankan hubungan diplomatik dengan Kuba, dan akan terus bekerja sama dengan Kuba sembari mengejar investigasi terhadap serangan ini."

Amerika Serikat mengumumkan pemangkasan keberadaan diplomatiknya dikuba sekaligus memperingatkan warga AS agar tidak mengunjungi negara yang menjadi musuhnya dalam perang dingin itu.

Sebanyak 22 personel diplomatik AS yang terkena serangan itu di antaranya mengalami gangguan pendengaran, pening dan kelelahan. Sejumlah media melaporkan mereka terkena dampak senjata sonik.

Kemlu AS menyataka kedubes menghentikan sementara operasi visa reguler bagi warga Kuba yang ingin mengunjungi Amerika dan hanya akan menawarkan layanan darurat bagi warga Amerika Serikat.

Kuba menampik terlibat dalam serangan apapun dan menyatakan telah meningkatkan keamanan untuk para personel diplomatik AS.


Credit  cnnindonesia.com