Tampilkan postingan dengan label LATVIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label LATVIA. Tampilkan semua postingan

Jumat, 06 April 2018

Rusia Latihan Perang di Laut Baltik, Latvia dan Swedia Cemas


Kapal perang Rusia menggelar latihan perang dengan peluru tajam di Laut Baltik mulai Rabu, 4 April 2018. [THE MOSCOW TIMES]
Kapal perang Rusia menggelar latihan perang dengan peluru tajam di Laut Baltik mulai Rabu, 4 April 2018. [THE MOSCOW TIMES]

CB, Jakarta - Rusia mulai menggelar latihan perang dengan peluru tajam di Laut Baltik yang membuat negara tetangganya, Latvia, menutup sebagian wilayah udara komersial, dan Swedia mengeluarkan peringatan bagi warganya yang melintas di Laut Baltik.
Latihan perang Rusia ini berlangsung selama tiga hari mulai Rabu, 4 April 2018.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan armada Baltik yang berpangkalan di Kaliningrad dipersiapkan untuk melakukan latihan secara rutin di Laut Baltik. Termasuk latihan dengan menggunakan peluru sungguhan untuk melakukan serangan dengan target di udara ataupun di laut.
Latihan perang dengan peluru tajam ini membuat Latvia cemas. Penyebabnya, lokasi latihan perang Rusia berlangsung di zona eksklusif ekonomi Latvia. Menurut Latvia, seperti dikutip dari The Moscow Times pada 4 April 2018, Rusia belum pernah melakukan latihan perang berjarak sedekat ini dengan wilayah negara anggota NATO itu.

"Sulit memahami hal itu terjadi begitu dekat dengan negara kami," kata Perdana Menteri Latvia Maris Kucinskis. "Ini unjuk kekuatan."
Meski begitu, Latvia membenarkan Rusia tidak melanggar peraturan internasional dan memang berhak melakukan latihan perang di sana.
Swedia juga mengeluarkan peringatan kepada warganya yang melintas di Laut Baltik tentang kemungkinan perjalanan kapal-kapal akan tertunda dan terganggu bagi warga sipil yang melintas di laut itu.

Menurut Reuters, latihan perang ini terjadi setelah Inggris menuding Rusia memproduksi racun saraf Novichov, yang membuat agen ganda Sergei Skripal dan putrinya sekarat di Salisbury, Inggris. Kemudian dilanjutkan dengan saling mengusir diplomat yang terbesar sejak Perang Dingin.




Credit  TEMPO.CO





Kamis, 05 April 2018

Rusia Uji Coba Rudal, Latvia Terpaksa Tutup Jalur Udara


Rusia Uji Coba Rudal, Latvia Terpaksa Tutup Jalur Udara
Ilustrasi latihan militer Rusia di Laut Baltik. (Reuters/Alexei Druzhinin/RIA Novosti/Kremlin/File Photo)




Jakarta, CB -- Rusia memulai uji coba nuklir di Laut Baltik pada Rabu (4/4), membuat Latvia terpaksa menutup sebagian jalur udara komersialnya selama tiga hari.

"Ini adalah bentuk pamer kekuatan. Sulit dipercaya ini terjadi sangat dekat dengan negara kami," ujar Perdana Menteri Latvia, Maris Kucinskis, kepada Reuters.

Sejumlah pejabat Latvia kemudian mengatakan bahwa uji coba itu dilakukan di dalam zona ekonomi eksklusif negaranya.


Duta Besar Latvia untuk Rusia, Maris Riekstins, lantas menyatakan bahwa latihan ini adalah tindakan provokatif Moskow di tengah ketegangan hubungan dengan negara-negara Eropa akibat insiden peracunan agen ganda di Inggris.


Tak hanya Latvia, Swedia juga terkena dampak uji coba rudal Rusia. Mereka merilis peringatan kepada badan pengatur lalu lintas sipil, mengingatkan bahwa ada kemungkinan penundaan perjalanan udara.

Uji coba rudal ini adalah bagian dari latihan perang Rusia yang sudah digelar sejak September lalu, mulai dari Baltik hingga Laut Hitam.

Rangkaian latihan ini meresahkan negara Barat yang menganggap Rusia tak transparan terkait skala dan jangkauan dari program tersebut.


Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga khawatir latihan ini dapat memicu konflik lebih luas jika terjadi kecelakaan yang melibatkan senjata militer dan kapal atau pesawat sipil.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan bahwa aliansi tersebut akan memantau uji coba ini dengan ketat, tapi tetap mengakui hak setiap negara untuk melakukan latihan militer.

"Kami tetap waspada dan meningkatkan kesiagaan pasukan kami, terutama di kawasan Baltik," ucap Stoltenberg.

Menanggapi pernyataan ini, Moskow menuding NATO ingin menggaungkan propaganda anti-Rusia.





Credit  cnnindonesia.com