Tampilkan postingan dengan label PAKISTAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PAKISTAN. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 Mei 2019

Sebut Awan Bantu Jet India Hindari Radar Pakistan, PM Modi Dicemooh


Sebut Awan Bantu Jet India Hindari Radar Pakistan, PM Modi Dicemooh
Perdana Menteri India Narendra Modi. Foto/REUTERS

NEW DELHI - Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi dicemooh para politisi oposisi karena dianggap menghina Angkatan Udara India (IAF). Dia berkomentar bahwa awan dapat membantu jet-jet tempur IAF menghindari radar Pakistan ketika melakukan serangan udara akhir Februari lalu.

Modi mengaku secara pribadi memberi lampu hijau bagi jet-jet tempur IAF untuk melakukan serangan udara di sebuah situs di Balakot, Pakistan, yang diduga sebagai kamp teroris akhir Februari meski cuaca sedang buruk. Dia lantas mengklaim cuaca buruk berupa awan itu justru dapat membantu menutupi pesawat tempur IAF dari radar musuh.

Para politisi partai oposisi mengatakan pernyataan Modi "konyol" dan "tidak bertanggung jawab".

Dalam serangkaian tweet, pemimpin Partai Komunis, Sitaram Yechury, mengecam PM Modi yang dia anggap sudah menghina IAF. "Membuatnya tampak seolah-olah militer bodoh dan tidak profesional," katanya.

"Keamanan nasional bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng. Pernyataan yang tidak bertanggung jawab dari Modi sangat merusak. Seseorang seperti ini tidak dapat tetap menjadi PM India," lanjut Yechury, seperti dikutip Sputnik, Senin (13/5/2019).

Pemimpin oposisi di majelis legislatif Jammu dan Kashmir, Omar Abdullah, juga tidak bisa tinggal diam atas pernyataan Modi.

"Radar Pakistan tidak menembus awan. Ini adalah bagian yang penting dari informasi taktis yang sangat penting ketika merencanakan serangan udara di masa depan," tulis Omar Abdullah di Twitter.

Salman Soz, seorang anggota Partai Kongres, juga telah ikut meramaikan kecaman terhadap pernyataan blunder PM Modi. "Jika Modi benar-benar percaya bahwa awan dapat membantu jet-jet menjauh dari radar, maka itu adalah masalah keamanan yang sangat serius," katanya.

Komentar Modi itu sejatinya dia lontarkan dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi News Nation pada hari Sabtu. "Para ahli memikirkan kembali serangan udara karena cuaca buruk, tetapi saya katakan, begitu banyak awan dan hujan bisa bermanfaat. Mungkin kita bisa lolos dari radar mereka. Ini adalah kebijaksanaan mentah saya, saya katakan mungkin ada manfaatnya. Akhirnya saya berkata, ada tutupan awan, silakan lanjutkan," katanya.

Pada 26 Februari lalu, IAF melakukan serangan udara di sebuah kamp yang diduga sebagai kamp teroris Jaish-e-Mohammed di Balakot, Kashmir yang dikelola Pakistan. IAF mengklaim serangannya menewaskan banyak militan dan menghancurkan sejumlah fasilitas.

Islamabad membantah keberadaan kamp semacam itu di wilayahnya. Sedangkan media mengutip penduduk setempat mengatakan bahwa selain menghantam sekitar 15 pohon pinus, hanya satu warga lanjut usia yang terluka dalam serangan udara waktu itu.

Hubungan yang tegang secara historis antara India dan Pakistan telah memanas sejak kelompok Jaish-e-Mohammed dianggap bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri terhadap konvoi pasukan keamanan India pada 14 Februari yang menewaskan lebih dari 40 polisi paramiliter. 




Credit  sindonews.com




Ledakan bom di Quetta Pakistan tewaskan empat polisi


Ledakan bom di Quetta Pakistan tewaskan empat polisi
Anggota unit penjinak bom mensurvei kendaraan yang rusak di lokasi setelah ledakan di dekat sebuah masjid di Quetta, Pakistan 13 Mei 2019. ANTARA/REUTERS / Naseer Ahmed/pri (REUTERS/NASEER AHMED)



Quetta (CB) - Bom rakitan yang dipasang di sepeda motor dan menargetkan kendaraan milik kepolisian meledak di dekat sebuah masjid di Kota Quetta Pakistan Barat, Senin.

Akibatnya, empat polisi gugur dan 11 lainnya mengalami luka, kata pejabat.

Tehrik-i Taliban Pakistan (TTP), Taliban Pakistan, mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut dalam pernyataan di sebuah email, hanya beberapa hari setelah mereka mengklaim serangan terhadap polisi yang menjaga Sufi, kuil paling tua di Kota Lahore.

Pasukan keamanan berstatus siaga tinggi selama bulan suci Ramadan, dengan keamanan ekstra di sejumlah objek vital di seluruh penjuru negeri.

Menteri Dalam Negeri di Provinsi Balochistan, Ziaullah Langove mengatakan bom pada Senin menargetkan polisi yang menjaga masjid, tempat para jemaah menjalankan salat tarawih.

Kepala kepolisian Quetta Abdul Razzaq Cheema mengatakan empat polisi tewas dan dua polisi lainnnya terluka.



Credit  antaranews.com




Kamis, 09 Mei 2019

Taliban Pakistan Klaim Teror Bom di Lahore


Taliban Pakistan Klaim Teror Bom di Lahore
Ilustrasi serangan bom di Pakistan. (REUTERS/Naseer Ahmed)



Jakarta, CB -- Faksi militan Taliban Pakistan menyatakan bertanggung jawab atas serangan bom di Kota Lahore, hari ini, Rabu (8/5). Aksi keji yang dilakukan saat Ramadan di situs ziarah jemaah Sufi, Data Darbar, menewaskan sembilan orang.

"Serangan itu dilakukan saat tidak ada satu pun warga sipil di dekat polisi," kata juru bicara kelompok militan Hizbul Ahrar, Abdul Aziz Yousafzai, seperti dilansir Reuters.

Pada 2010, kuil itu juga pernah menjadi target serangan yang menewaskan 40 orang. Sejak saat itu, keamanan di Kuil Data Darbar diperketat.

Selama ini, pengikut aliran Sufi di Pakistan kerap menjadi target serangan mematikan oleh kelompok militan Islam, termasuk ISIS.


Kebanyakan kelompok garis keras menganggap situs keramat kaum Sufi dan ritual yang sering dilakukan di makam "tidak Islami."

Pakistan mulai meningkatkan upaya memberantas ekstremisme setelah serangan di sebuah sekolah di Peshawar yang merenggut 150 nyawa pada 2014 lalu.

Sejak saat itu, keamanan semakin ditingkatkan, tapi militan masih bisa memanfaatkan celah untuk melakukan serangan.

Pusat-pusat kota besar, seperti Lahore dan Punjab, juga tak lepas dari serangan militan. Pada Maret 2018, misalnya, serangan di Lahore menewaskan sembilan orang.

Sejumlah kritikus menganggap upaya militer dan pemerintah untuk mengatasi terorisme ini tak menyentuh akar ekstremisme. 





Credit  cnnindonesia.com




Serangan bom di dekat tempat suci di Lahore tewaskan 10 orang


Serangan bom di dekat tempat suci di Lahore tewaskan 10 orang
Ratusan pelajar membawa bendera Pakistan dan poster saat mengikuti aksi unjuk rasa anti-Amerika di Lahore, Kamis (1/12). Pakistan, yang marah akibat serangan udara lintas perbatasan NATO yang menewaskan 24 tentara Pakistan, dapat menarik dukungannya untuk perang terhadap militansi apabila kedaulatannya dilanggar lagi, komentar Menteri Luar Negeri Pakistan yang dirilis Kamis kemarin. (FOTO ANTARA/REUTERS/Mohsin Raz)




Lahore, Pakistan (CB) - Satu bom yang ditujukan kepada polisi di luar tempat suci utama Sufi di Kota Lahore, Pakistan, Rabu, menewaskan sedikitnya 10 orang dan melukai lebih dari 20 orang lagi, kata beberapa pejabat.

Ledakan tersebut, yang terjadi sehari setelah dimulainya Bulan Suci Ramadhan, terjadi di satu pos pemeriksaan polisi di dekat Data Darbar, salah satu tempat suci terbesar kaum Sufi di Asia Selatan, yang menarik puluhan ribu pelancong setahun.

'Polisi adalah sasaran utama serangan ini. Kami sedang mengumpulkan bukti forensik untuk memastikan sifat ledakan tersebut," kata Ashfaq Khan, Wakil Inspektur Jenderal Operasi Polisi di Lahore, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu petang.

Seorang juru bicara polisi mengatakan jumlah korban jiwa naik jadi 10, enam di antara mereka warga sipil dan empat polisi, setelah seorang polisi meninggal akibat luka-lukanya. Para pejabat sebelumnya mengatakan delapan polisi telah meninggal. Sedikitnya 23 orang lagi cedera.

Muhammad Farooq, juru bicara dinas pertolongan di kota itu, mengatakan tujuh di antara orang yang cedera berada dalam kondisi kritis.

Polisi mendirikan pos pemeriksaan di jalan utama menuju tempat suci tersebut dan beberapa rumah sakit disiagakan, kata para pejabat.

"Serangan itu dilancarkan pada saat tak ada warga sipil di dekat polisi," kata Abdul Aziz Yousafzai, juru bicara kelompok garis keras.

Perdana Menteri Imran Khan mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan tersebut dan meminta pemerintah provinsi agar membantu korban.

Sufi, yang mengikuti ajaran kebatinan Islam dan telah dipraktekkan di Asia Selatan selama berabad-abad, telah sering diserang oleh gerilyawan garis keras pada masa lalu.

Pada 2010, dua pembom bunuh diri menyerang tempat suci Data Barbar sehingga menewaskan 42 orang dan melukai 175 orang lagi, dalam serangan yang dikatakan oleh banyak pejabat dilakukan oleh Taliban Pakistan.

Kekerasan oleh kelompok garis keras sejak itu telah merosot tajam di Pakistan, setelah pemerintah melakukan penindasan sesudah serangan paling mematikan pada 2014, yang menewaskan lebih dari 150 orang, banyak anak kecil, di satu sekolah di Peshawar, Pakisatan Barat.

Sejak satu serangan di satu taman di Lahore yang ditujukan kepada perayaan Paskah Kristen pada 2016 menewaskan lebih dari 70 orang, kebanyakan kota terbesar kedua di Pakistan telah tenang walaupun satu serangan tahun lalu menewaskan sembilan orang.

Namun, para pejabat memperingatkan bahwa ledakan pada Rabu memperlihatkan perlunya bagi kewaspadaan selama Ramadhan.

"Orang mesti tetap berhati-hati dengan keadaan di sekitar mereka ketika mereka beribadah," kata Menteri Provinsi Punjab Mian Aslam.

Polisi mengatakan kondisi siaga keamanan umum diberlakukan tapi tak ada peringatan khusus mengenai ancaman terhadap Data Barbar, yang dilindungi oleh berlapis keamanan ketat.

Kompleks itu berisi tempat suci Sayed Ali bin Osman Al-Hajvery, yang dikenal luas sebagai Data Ganj Bakhsh, tokoh Sufi Abad Ke-11 yang berasal dari Ghazni di wilayah yang sekarang termasuk di dalam wilayah Afghanistan.





Credit  antaranews.com




Kamis, 02 Mei 2019

Pakistan Ancam Merespons Besar-besaran jika Perang Baru dengan India


Pakistan Ancam Merespons Besar-besaran jika Perang Baru dengan India
Pesawat-pesawat jet tempur India berakrobat dalam sebuah airshow di Islamabad. Foto/REUTERS/ Faisal Mahmood

ISLAMABAD - Militer Pakistan mengancam akan memberikan respons secara besar-besaran jika terjadi perang baru dengan India. Ancaman ini dilontarkan Kepala Angkatan Udara Pakistan (PAF), Marsekal Mujahid Anwar Khan.

"Dalam hal terjadi kesalahan penanganan oleh musuh, respons PAF akan lebih kuat dari sebelumnya," kata Khan, merujuk pertempuran kecil antara dua rival yang terjadi pada bulan Februari lalu.

Bentrokan sebelumnya dimulai pada 26 Februari, ketika India melancarkan serangan udara di sebuah kamp pelatihan yang diduga sebagai markas kelompok teroris di wilayah Pakistan. Islamabad kemudian merespons dengan serangannya pada hari berikutnya. Jet tempur India saat itu ditembak jatuh.

"(Respons) PAF pada 27 Februari 2019 melawan agresi musuh akan diingat dalam sejarah sebagai ‘​​Operation Swift Retort'," ujar Khan kepada Staf Udara ke-24 di Islamabad, Rabu (1/5/2019), seperti dikutip Russia Today.

Dia mengatakan setiap anggota Angkatan Udara pantas mendapatkan penghargaan khusus atas kinerja mereka pada hari tersebut.

Sejak pertempuran singkat Februari, kedua pihak saling mengumbar retorika bermusuhan, di mana Perdana Menteri India Narendra Modi pada pertenghan April menuduh Pakistan mengizinkan teroris menyerang India. Dia mengancam akan menghantam Pakistan dengan senjata yang dia sebut "Ibu dari semua bom nuklir".

Ancaman Modi ditanggapi sinis oleh juru bicara militer Pakistan Mayor Jenderal Asif Ghafoor. Dia memperingatkan New Delhi untuk tidak menguji tekad Islamabad.

"Dalam retorika Anda (India), Anda tetap menggunakan kekuatan nuklir sebagai ancaman," kata Ghafoor. "Kekuatan nuklir bukan ancaman, itu adalah senjata pencegahan yang tidak boleh dibilang remeh."  







Credit  sindonews.com




Senin, 29 April 2019

AS 'Tampar' Pakistan dengan Sanksi Visa


AS \Tampar\ Pakistan dengan Sanksi Visa
AS menjatuhkan sanksi terhadap Pakistan atas dasar Bagian 243 Undang-Undang Keimigrasian dan Kebangsaan AS. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) dilaporkan menampar Pakistan dengan sanksi visa. AS menjatuhkan sanksi terhadap Pakistan atas dasar Bagian 243 Undang-Undang Keimigrasian dan Kebangsaan AS.

Bagian 243 Undang-Undang Keimigrasian dan Kebangsaan mengatur penghentian penerbitan visa sebagai hukuman bagi negara-negara yang menolak atau menunda tanpa alasan untuk menerima warga negara mereka yang dideportasi. AS telah memberlakukan pembatasan visa pada Ghana, Guyana, Gambia, Kamboja, Eritrea, Guinea, Sierra Leone, Myanmar dan Laos.

"Operasi konsuler di Pakistan tetap tidak berubah. Ini adalah masalah bilateral dari diskusi yang sedang berlangsung antara AS dan pemerintah Pakistan dan kami tidak akan membahas secara spesifik pada saat ini," kata Kementerian Luar Negeri AS.

Menurut pemberitahuan daftar federal Kementerian Luar Negeri AS, untuk beberapa negara sanksi dimulai dengan menargetkan pejabat yang bekerja di kementerian yang bertanggung jawab untuk mengurusi penerimaan kembali warga yang dideportasi oleh AS.

"Dengan skenario eskalasi yang menargetkan anggota keluarga pejabat tersebut dan berpotensi pejabat dari kementerian lain dan kemudian kategori pelamar visa lain jika sanksi awal tidak terbukti efektif dalam mendorong kerja sama yang lebih besar dengan pemerintah yang ditargetkan," ucapnya, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (28/4).

Mantan Duta Besar Pakistan untuk ASm Hussain Haqqani telah menekankan bahwa penolakan Islamabad untuk menerima warganya yang dideportasi dari AS bukanlah hal baru. Tetapi sanksi akan menciptakan hambatan bagi warga Pakistan yang ingin melakukan perjalanan ke Amerika Serikat.

"Langkah ini akan menciptakan kesulitan bagi warga Pakistan yang ingin atau perlu melakukan perjalanan ke AS dan bisa dihindari jika pihak berwenang Pakistan tidak mengabaikan permintaan AS untuk menghormati persyaratan hukum mereka untuk deportasi," katanya. 




Credit  sindonews.com





Selasa, 23 April 2019

Iran-Pakistan Sepakat Bentuk Pasukan Khusus di Perbatasan



Iran-Pakistan Sepakat Bentuk Pasukan Khusus di Perbatasan
Kesepakatan itu dicapai saat pertemuan antara Presiden Iran, Hassan Rouhani dan Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan di Teheran. Foto/Reuters


TEHERAN - Iran dan Pakistan sepakat untuk membentuk pasukan reaksi cepat bersama untuk memerangi aktivitas militan di perbatasan kedua negara. Kesepakatan itu dicapai saat pertemuan antara Presiden Iran, Hassan Rouhani dan Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan di Teheran.

Khan tiba di Iran pada hari Minggu untuk membahas masalah-masalah keamanan dan regional. Kunjungan ini terjadi sehari setelah Islamabad mendesak Teheran untuk mengambil tindakan terhadap militan di balik serangan di provinsi Baluchistan, Pakistan.

Hubungan antara Iran dan Pakistan tegang dalam beberapa bulan terakhir, dengan kedua belah pihak menuduh satu sama lain tidak melakukan cukup upaya untuk membasmi gerilyawan yang diduga berlindung di seberang perbatasan.

"Kami sepakat untuk meningkatkan kerja sama keamanan kedua negara, pasukan perbatasan kami, pasukan intelijen kami. Dan juga untuk membentuk pasukan reaksi cepat bersama di perbatasan kedua negara karena memerangi terorisme," kata Rouhani dalam konferensi pers dengan Khan.

Pada gilirannya, Khan, seperti dilansir Reuters pada Selasa (23/4), mengatakan bahwa aktivitas militan di perbatasan bisa menjadi sumber ketegangan diantara kedua negara.

"Alasan terpenting mengapa saya di sini, adalah karena saya merasa bahwa masalah terorisme akan meningkatkan perbedaan di antara negara-negara kita. Jadi, sangat penting bagi saya untuk datang ke sini dan datang dengan kepala keamanan kami bahwa kami menyelesaikan masalah ini," ungkapnya. 





Credit  sindonews.com




Kamis, 18 April 2019

Dianggap Berbahaya, AS Peringatkan Warganya Tak Kunjungi Pakistan


Dianggap Berbahaya, AS Peringatkan Warganya Tak Kunjungi Pakistan
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengimbau warganya untuk tidak bepergian ke Pakistan, khususnya ke provinsi Balochistan, Khyber Pakhtunkhwa. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengimbau warganya untuk tidak bepergian ke Pakistan, khususnya ke provinsi Balochistan, Khyber Pakhtunkhwa yang sebelumnya bernama Wilayah Kesukuan Administratif Federal (FATA). Alasannya, provinsi itu sangat berbahaya, karena ancaman terorisme dan penculikan cukup tinggi.

Washington telah menempatkan Pakistan secara umum dalam kategori "Level Tiga" atau "Oranye" dari saran perjalanan barunya yang dikeluarkan untuk warga AS, mendorong wisatawan untuk mempertimbangkan kembali mengunjungi negara itu. Tapi, secara khusus AS menempatkan tiga dari empat wilayah Pakistan ditempatkan dalam kategori "Tingkat Empat" atau yang paling berbahaya.

"Kelompok teroris terus merencanakan kemungkinan serangan di Pakistan. Teroris mungkin menyerang dengan sedikit atau tanpa peringatan, bandara, universitas, lokasi wisata, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, dan fasilitas pemerintah," kata kementerian itu.

"Teroris telah menargetkan kami para diplomat dan fasilitas diplomatik di masa lalu dan informasi menunjukkan mereka terus melakukannya," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (17/4).

AS juga mengimbau warganya untuk tidak mengunjungi wialayh Kashmir yang dikelola Pakistan karena terorisme dan potensi pecahnya konflik bersenjata.

"Serangan teroris terus terjadi di seluruh Pakistan, dengan sebagian besar terjadi di Balochistan dan Kashmir, termasuk bekas FATA. Serangan teroris skala besar telah mengakibatkan ratusan korban," ungkapnya.

Provinsi Balochistan, Khyber Pakhtunkhwa, dan sabuk suku di sepanjang perbatasan Pakistan-Afghanistan sering digambarkan sebagai tempat yang aman bagi para teroris. Di masa lalu, AS telah meminta Pakistan untuk mengambil tindakan yang berkelanjutan, dapat diverifikasi dan konkret terhadap para pelaku terorisme. 



Credit  sindonews.com




Kamis, 11 April 2019

Jengkel, Pakistan Peringatkan India S-400 Bisa Ciptakan Bencana



Jengkel, Pakistan Peringatkan India S-400 Bisa Ciptakan Bencana
Pakistan mengecam pembelian sistem pertahanan udara S-400 Rusia oleh India. Foto/Istimewa


ISLAMABAD - Pakistan merasa jengkel dengan kesepakatan pembelian sistem pertahanan udara S-400 senilai USD5,43 miliar yang diteken India dengan Rusia pada tahun lalu. Menteri Luar Negeri (Menlu) Pakistan Shah Mohammed Qureshi menggambarkan S-400 sebagai sistem senjata tidak stabil yang dapat mempengaruhi stabilitas strategis kawasan itu.

Qureshi pun menyerukan kekuatan global untuk "memperhatikan" tanggung jawab mereka dalam hal pasokan senjata ke wilayah tersebut.

"Pengenalan sistem senjata destabilisasi baru, seperti sistem rudal anti-balistik S-400, dapat lebih jauh menekankan tantangan pada stabilitas strategis. Mereka dapat mendorong bencana, di bawah rasa aman yang palsu," kata Qureshi seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (11/4/2019).

Oktober lalu, India menandatangani kontrak pertahanan senilai USD5,43 miliar dengan Rusia untuk membeli lima sistem pertahanan udara S-400 meskipun ada ancaman sanksi AS. Pengiriman sistem S-400 pertama kemungkinan akan terjadi pada tahun 2020.

Pakistan segera bereaksi dengan mengklaim bahwa pembelian itu adalah bagian dari upaya India untuk memperoleh Sistem Pertahanan Rudal Balistik (BMD) melalui berbagai sumber. Pakistan menambahkan bahwa langkah itu dapat mengacaukan stabilitas strategis di Asia Selatan.

India membantah tuduhan itu, menganggap pembelian itu perlu untuk keamanan nasionalnya.

Menurut Qureshi, akuisisi besar-besaran senjata konvensional oleh India yang digabungkan dengan doktrin ofensif, seperti Cold Start, dan perluasan aset strategisnya, termasuk kapal selam nuklir, merupakan perkembangan dengan implikasi keamanan serius bagi Pakistan dan kawasan.

Ia juga menyebutkan bahwa tes ASAT baru-baru ini yang dilakukan oleh India pada 27 Maret menimbulkan kekhawatiran di Islamabad. Qureshi memperingatkan masyarakat internasional agar tidak memberikan konsesi dan berbagi teknologi canggih dengan India.

"Pengecualian khusus negara oleh Kelompok Pemasok Nuklir (NSG), telah memiliki implikasi negatif untuk stabilitas strategis di wilayah kami," ujar Qureshi.

Qureshi mendesak kekuatan global untuk tetap waspada saat berhadapan dengan negara-negara di kawasan itu karena stabilitas strategis Asia Selatan dipengaruhi tidak hanya oleh perkembangan regional tetapi juga oleh pendekatan komunitas internasional.

Sesuai dengan pernyataan menteri luar negerinya, Pakistan telah menunjukkan komitmennya terhadap perdamaian dan stabilitas dengan mengajukan proposal untuk Rezim Pertahanan Strategis (SRR) - yang didasarkan pada tiga elemen yang saling terkait dari penyelesaian konflik: pembatasan nuklir, pembatasan rudal dan keseimbangan konvensional. Ia mengatakan proposal itu tetap di atas meja dan jika diupayakan bisa meletakkan dasar untuk perdamaian dan stabilitas abadi di wilayah tersebut.

Krisis antara dua negara bersenjata nuklir meningkat setelah serangan teroris Pulwama di mana 40 tentara India terbunuh. Ketegangan semakin meningkat pada 27 Februari ketika kedua angkatan udara terlibat dalam pertempuran udara - yang pertama dalam lima dekade terakhir - sebagai balasan atas serangan udara "non-militer pre-emptive" yang dilakukan oleh Angkatan Udara India terhadap infrastruktur teror yang tampak nyata di Balakot Pakistan pada 26 Februari.

Pakistan mengklaim bahwa mereka menembak jatuh dua jet tempur India dalam pertempuran udara, sementara India membantah klaim tersebut dan mengatakan bahwa jet tempur yang jatuh adalah F-16 Angkatan Udara Pakistan yang ditembak jatuh oleh IAF MiG-21 Bison. 




Credit  sindonews.com




Selasa, 09 April 2019

India Beber Radar soal Jet Tempur F-16, Pakistan Anggap Bualan




India Beber Radar soal Jet Tempur F-16, Pakistan Anggap Bualan
Pesawat jet tempur F-16 Angkatan Udara Pakistan buatan Lokcheed Martin Amerika Serikat. Foto/REUTERS


ISLAMABAD - Angkatan Udara India (IAF) beberkan gambar radar yang diklaim sebagai bukti bahwa jet tempur MiG-21 Bison-nya menembak jatuh pesawat jet tempur F-16 Pakistan. Namun, jenderal Islamabad menganggap gambar radar itu tak bisa membuat kebenaran baru dari bualan yang dibuat.

Juru bicara Angkatan Darat Pakistan Mayor Jenderal Asif Ghafoor mengatakan India telah gagal memberikan bukti bahwa salah satu jet tempur F-16 PAF (Angkatan Udara Pakistan) ditembak jatuh selama pertempuran udara 27 Februari di atas Nowshera, wilayah di antara Jammu dan Kashmir.

"Pengulangan tidak membuat kebohongan. Meskipun mengklaim memiliki bukti mengenai pemotretan F-16, IAF masih pendek dalam mempresentasikannya. Jangan mengabaikan diamnya Pakistan karena tidak memukul genderang di pihak India. Faktanya adalah bahwa PAF menembak jatuh dua jet IAF, reruntuhan yang terlihat di tanah oleh semuanya," tulis Ghafoor yang dikutip dari akun Twitter-nya, @OfficialDGISPR, Selasa (9/4/2019).

Reaksi jenderal Pakistan itu muncul beberapa jam setelah Angkatan Udara India mempresentasikan apa yang diklaimnya sebagai gambar radar dari pertempuran udara antara F-16 Pakistan dan MiG-21 India. Menurut New Delhi, itu adalah bukti tak terbantahkan bahwa F-16 Pakistan dijatuhkan meski Islamabad berkali-kali menyangkalnya.

Pembeberan gambar radar itu sejatinya sebagai respons laporan majalah Foreign Policy yang menyatakan bahwa pejabat pertahanan Amerika Serikat (AS) sudah menghitung stok F-16 di pangkalan udara di Pakistan dan tidak ada satu pun jet tempur buatan AS yang hilang.

Insiden pertempuran udara jet tempur antara IAF dan PAF itu terjadi pada tanggal 27 Februari, sehari setelah IAF melakukan serangan udara terhadap sebuah kamp teroris Jaish-e-Mohammed di Balakot, Pakistan.


Credit  sindonews.com




Beber Bukti Radar, India Ngotot Tembak Jatuh Jet F-16 Pakistan



Beber Bukti Radar, India Ngotot Tembak Jatuh Jet F-16 Pakistan
Gambar radar yang diklaim India sebagai bukti bahwa militernya menembak jatuh satu jet tempur F-16 Pakistan pada 27 Februari lalu. Foto/Twitter @VishnuNDTV


NEW DELHI - Militer New Delhi membeberkan gambar radar tentang pertempuran udara (dogfight) antara pesawat jet tempur India dengan jet tempur Pakistan pada 27 Februari lalu. Gambar itu diklaim sebagai bukti tak terbantahkan bahwa sebuah jet tempur F-16 Pakistan ditembak jatuh.

Pengungkapan gambar radar itu sebagai respons atas publikasi media Amerika Serikat (AS), Foreign Policy yang bertentangan dengan klaim India. Laporan yang mengutip pejabat pertahanan AS itu mengatakan bahwa seluruh F-16 Islamabad sudah dihitung oleh pejabat militer Washington dan tidak ada satu pun yang hilang.

"IAF memiliki bukti yang tidak dapat disangkal, tidak hanya fakta bahwa F-16 digunakan oleh PAF (Angkatan Udara Pakistan) pada 27 Februari tetapi juga bahwa MiG-21 Bison IAF (Angkatan Udara India) menembak jatuh F-16 PAF," kata Wakil Marsekal Udara RGK Kapoor, Asisten Kepala Staf Udara, sebagaimana dikutip dari NDTV, Selasa (9/4/2019).

Pemerintah New Delhi mengatakan bahwa dalam duel udara pada 27 Februari—sehari setelah India mengirim jet tempur ke Balakot, Pakistan, untuk menyerang kamp pelatihan teror—pilot Abhinandan Varthaman telah terlibat dogfight dengan salah satu jet tempur Pakistan yang mencoba menargetkan fasilitas militer India.

Menurut pemerintah tersebut, pilot Abhinandan Varthaman yang menerbangkan MiG-21 Bison menembak jatuh F-16 Pakistan, sebelum akhirnya jet tempurnya dibalas ditembak jatuh dan dia berhasil keluar dengan selamat. Abhinandan Varthaman mendarat melintasi Garis Kontrol (Line of Control/LoC) Kashmir, ditangkap serta ditahan selama tiga hari oleh militer Pakistan. Dia diserahkan kembali ke India sebagai upaya nyata Perdana Menteri Imran Khan untuk meredam eskalasi.

Angkatan Udara India mengatakan pesawat Pakistan menembakkan beberapa rudal AIM-120 Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile atau AIM-120 AMRAAM buatan Amerika Serikat yang memang menjadi senjata F-16.

"Dalam pertempuran udara sebuah MiG-21 Bison dari IAF yang dikemudikan oleh Komandan Sayap Abhinandan menembak jatuh satu F-16 PAF. Seperti yang ditunjukkan dalam gambar radar pada slide. F-16 jatuh dan jatuh melintasi LoC. IAF kehilangan satu MiG-21 dalam pertempuran udara dan Abhinandan terlontar dengan aman tetapi parasutnya melayang melintasi Garis Kontrol, dan ia ditahan oleh Angkatan Darat Pakistan," kata Kapoor.

Masih menurut Angkatan Udara India, dua parasut terlihat secara visual dan data itu diperkuat oleh penyadapan komunikasi radio. Bahkan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan dalam kamera menunjukkan "lebih dari satu pilot". Ini secara meyakinkan membuktikan bahwa dua pesawat jatuh pada hari itu di daerah yang sama, berjeda sekitar 1 hingga 1,30 menit.

"IAF memiliki informasi dan bukti yang lebih kredibel yang secara jelas mengindikasikan fakta bahwa PAF kehilangan satu F-16 dalam aksi udara pada tanggal 27 Februari. Namun, karena masalah keamanan dan kerahasiaan, kami membatasi informasi yang dibagikan pada domain publik," kata Kapoor.



Credit  sindonews.com





Narendra Modi Ingin Hapus Status Khusus Kashmir


Perbatasan Kashmir yang memisahkan India dan Pakistan.
Perbatasan Kashmir yang memisahkan India dan Pakistan.
Foto: Zee Media Bureau

Status khusus Jammu dan Kashmir dinilai PM India menghambat integrasi negara.





CB, NEW DELHI -- Perdana Menteri India Narendra Modi berjanji akan menghapus status khusus wilayah Jammu dan Kashmir jika memenangkan pemilu India yang dijadwalkan digelar pada Kamis (11/4). Menurutnya, status tersebut menghambat integrasi negara.

"Nasionalisme adalah inspirasi kami," kata Modi dalam manifesto pemilu yang dirilis partainya, Bharatiya Janata Party (BJP), pada Senin (8/4).

Dia meyakini status khusus Jammu dan Kashmir yang diatur dalam Pasal 35A amandemen konstitusi tahun 1954 sudah tak relevan. "Kami percaya bahwa Pasal 35A merupakan hambatan dalam pengembangan negara," ujar Modi.

Pasal 35A diperkenalkan melalui perintah kepresidenan pada 1954. Pasal tersebut melanjutkan peraturan wilayah yang lama berdasarkan Pasal 370 Konstitusi India.

Pasal 370 menyangkal tentang hak kepemilikan orang luar atau asing, seperti properti, misalnya, di wilayah tersebut. Pasal itu juga memungkinkan Kashmir memiliki konstitusi sendiri. Dalam realisasinya, undang-undang konstitusional seperti Pasal 35A dan Pasal 370 melarang warga India atau warga asing memasuki Kashmir tanpa izin.

BJP secara konsisten mengadvokasi untuk mengakhiri status konstitusional khusus Kashmir. Sebab, hal itu dianggap menghambat integrasi Kashmir dengan negara bagian lain di India.

Para pemimpin politik di Kashmir, yang berpenduduk mayoritas Muslim, telah memperingatkan bahwa mencabut status khusus wilayah tersebut dapat memicu kerusuhan dan aksi huru-hara. Di sisi lain, India memang memerangi kelompok bersenjata yang dianggap sebagai pemberontak di wilayah tersebut selama tiga dekade terakhir.

"Dalam lima tahun terakhir, kami telah melakukan semua upaya yang diperlukan untuk memastikan perdamaian di Jammu dan Kashmir melalui tindakan dan kebijakan yang tegas," kata BJP dalam manifestonya.

"Kami berkomitmen untuk mengatasi semua hambatan dalam cara pembangunan dan menyediakan sumber daya keuangan yang memadai untuk semua wilayah negara bagian," ujar BJP.

Presiden Partai Konferensi Nasional Kashmir Farooq Abdullah mengatakan rencana Modi dan BJP mencabut status khusus Kashmir adalah sebuah kekeliruan. Dia bersumpah tak akan membiarkan hal itu terjadi. "Mereka keliru. Kami akan berjuang melawannya," kata dia.

Pada 14 Februari lalu, insiden bom bunuh diri di Pulwama, Kashmir nyaris menyeret India ke dalam konfrontasi dengan Pakistan. India menuding Islamabad terlibat dalam serangan yang menewaskan 44 personel militernya tersebut.

Tuduhan itu dilayangkan meskipun kelompok Jaish-e-Mohammad telah mengkalim bertanggung jawab dan menjadi dalang di balik insiden bom bunuh diri di sana. Pemerintah Pakistan sendiri membantah tegas tudingan India.

Sebagai iktikad baik Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menawarkan bantuan kepada India untuk menyelidiki insiden tersebut. Alih-alih menerima tawaran Khan, India justru melancarkan serangan udara ke Kashmir.

Pakistan menembak jatuh dua tempur India yang melewati Garis Kontrol Kashmir, yakni perbatasan de facto kedua negara. Satu pilot India ditangkap dan ditahan. Belakangan Pakistan memutuskan memulangkan pilot tersebut guna meredakan ketegangan dan mencegah berlanjutnya eskalasi.

Kashmir merupakan sebuah wilayah di Himalaya dengan penduduk mayoritas Muslim yang dipersengketakan India dan Pakistan. Beberapa kelompok di Jammu dan Kashmir telah berperang melawan India guna meraih kemerdekaan. Kalaupun tidak berhasil merdeka, mereka ingin berpisah dari India dan bergabung dengan Pakistan.




Credit  republika.co.id




Senin, 08 April 2019

India Menjawab Tuduhan Pakistan Siapkan Agresi Baru



India Menjawab Tuduhan Pakistan Siapkan Agresi Baru
Tentara India berdiri di dekat puing helikopter militernya setelah jatuh di distrik Budgam di Kashmir, 27 Februari 2019. Foto/REUTERS/Danish Ismail


NEW DELHI - Pemerintah India menjawab tuduhan Pakistan bahwa militer New Delhi menyiapkan agresi baru yang akan berlangsung antara 16 dan 20 April mendatang. New Delhi mengatakan tuduhan itu tidak masuk akal dan membangkitkan histeria perang.

Jawaban New Delhi disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Raveesh Kumar. "India menolak pernyataan Menteri Luar Negeri Pakistan yang tidak bertanggung jawab dan tidak masuk akal dengan tujuan yang jelas untuk membangkitkan histeria perang di wilayah tersebut," katanya, dikutip The Indian Express, Senin (8/4/2019).

"Gimmick publik ini tampaknya merupakan seruan kepada para teroris yang berbasis di Pakistan untuk melakukan serangan teror di India," lanjut dia.

"India memiliki hak untuk merespons dengan tegas terhadap serangan teroris lintas-perbatasan," imbuh Kumar. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Pakistan pada hari Minggu menuduh India sedang merencanakan agresi baru antara 16 dan 20 April. Islamabad memperingatkan New Delhi atas risiko terhadap setiap kesalahan yang diperbuat.

Tuduhan Pakistan disampaikan Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi dalam konferensi pers. "Pemerintah Pakistan memiliki (informasi) intelijen yang dapat dipercaya bahwa India sedang menyusun rencana baru," katanya.

"Sebuah insiden baru bisa dilakukan...dan tujuannya adalah untuk membenarkan tindakan ofensif mereka (India) terhadap Pakistan dan untuk meningkatkan tekanan diplomatik terhadap Islamabad," kata Qureshi.

“Jika itu terjadi, Anda bisa membayangkan dampak dari kejadian itu pada perdamaian dan stabilitas kawasan. Menurut informasi kami, tindakan tersebut dapat dilakukan antara 16 dan 20 April," lanjut Qureshi, seraya menambahkan bahwa Pakistan sedang bersiap untuk merespons.

Ketegangan kedua negara meningkat tajam setelah India melakukan serangan udara terhadap situs yang dianggap sebagai kamp kelompok militan Jaish-e-Mohammed di Pakistan pada 26 Februari 2019. Serangan itu dilancarkan beberapa hari setelah serangan teroris pada 14 Februari terhadap personel polisi paramiliter India (CRPF) di Pulwama Pada 27 Februari yang menewaskan lebih dari 40 personel. 



Credit  sindonews.com




Pakistan katakan India siapkan serangan lain bulan ini


Pakistan katakan India siapkan serangan lain bulan ini

Seorang tentara Pakistan mengikat bendera nasional terbalik di sebuah menara pengawas yang terlihat di seberang pagar perbatasan antara India dan Pakistan di sektor Ranbir Singh Pura dekat Jammu, Jumat (1/3/2019). (REUTERS/ADNAN ABIDI)



Karachi (CB) - Pakistan memiliki "intelijen terpercaya" bahwa India akan menyerang lagi bulan ini, kata Menteri Luar Negeri Shah Mahmood Qureshi pada Ahad, sementara ketegangan atas kebuntuan Februari antara dua negara tetangga pemilik senjata nuklir itu tampak mereda.

Serangan tersebut dapat terjadi antara 16 dan 20 April, katanya, dengan menambahkan bahwa Pakistan telah memberitahu lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB mengenai kecemasannya itu.

Pengeboman bunuh diri oleh militan yang berkedudukan di Pakistan di Kashmir yang dikuasai India membunuh sedikitnya 40 anggota polisi paramiliter India pada 14 Februari dan risiko konflik meningkat secara dramatis pada 27 Februari ketika India melancarkan serangan udara atas apa yang disebutnya pangkalan latihan militan.

Hari berikutnya Pakistan menembak jatuh satu pesawat tempur India dan menangkap pilotnya yang kemudian dibebaskan.

"Kami memiliki intelijen yang dapat dipercaya bahwa India berencana melancarkan serangan baru atas Pakistan. Sesuai dengan informasi yang kami peroleh ini bisa terjadi antara 16 dan 20 April," kata Qureshi kepada wartawan di Multan, kampung halamannya.

"Dia tidak menjelaskan mengenai apa bukti yang Pakistan miliki atau bagaimana dia dapat menyebut secara khusus waktunya, tapi dia mengatakan Perdana Menteri Imran Khan telah setuju berbagi informasi itu dengan negara itu.

Kantor Kementerian Luar Negeri India tidak segera menjawab surat elektronik yang dikirim untuk diminta komentar.

Khan menyalahkan Bharatiya Janata Party (BJP) yang berkuasa di India bagi "penyiapan histeria perang" atas klaim-klaim bahwa India menembak jatuh satu jet tempur F-16 Pakistan selama kebuntuan Februari.

India mengatakan pihaknya telah menembak sebuah pesawat Pakistan dan angkatan udaranya memperlihatkan keping-keping dari satu peluru kendali yang diktakannya telah ditembakkan oleh satu jet F-16 Pakistan yang ditembak jatuh.

Keberhasilan serangan-serangan India atas sebuah kamp kelompok militan Jaish-e-Mohammad di bagia baratlaut Pakistan juga menimbulkan keraguan setelah gambar-gambar satelit menunjukkan kerusakan sedikit.





Credit  antaranews.com




Pakistan Tuding India Persiapkan Serangan Baru



Pakistan Tuding India Persiapkan Serangan Baru
Menlu Pakistan, Shah Mahmood Qureshi menuturkan, pihaknya memiliki intelijen yang dapat dipercaya bahwa India akan kembali melancarkan serangan pada bulan ini. Foto/Istimewa


ISLAMABAD - Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mahmood Qureshi menuturkan, pihaknya memiliki intelijen yang dapat dipercaya bahwa India akan kembali melancarkan serangan pada bulan ini.

Qureshi mengatakan, serangan itu dapat terjadi antara pertengahan atau akhir bulan April. Pakistan, lanjut Qureshi, telah memberi tahu lima anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB tentang kekhawatirannya.

"Kami memiliki intelijen yang andal bahwa India merencanakan serangan baru terhadap Pakistan. Sesuai informasi kami, ini bisa terjadi antara 16 dan 20 April," kata Qureshi, seperti dilansir Reuters pada Minggu (7/4).

Dia tidak menguraikan bukti apa yang dimiliki Pakistan atau bagaimana dia bisa begitu spesifik dengan waktunya, tetapi dia mengatakan Perdana Menteri Imran Khan telah setuju untuk berbagi informasi mengenai hal ini.

Sementara itu, sebelumnya Khan mengecam Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India karena membangkitkan histeria perang atas klaim palsu bahwa India menembak jatuh F-16 Pakistan dalam pertempuran udara Februari lalu. Khan mengatakan akan kebenaran selalu menang.

Majalah Foreign Policy yang berbasis di Amerika Serikat (AS), mengutip para pejabat AS, mengatakan semua jet tempur F-16 Pakistan telah diperiksa dan bisa dipertanggungjawabkan. Penilaian Washington itu bertentangan dengan penilaian Angkatan Udara India (IAF) yang mengklaim jet tempur MiG-21-nya telah menembak jatuh salah satu jet tempur F-16 Pakistan.

"Kebenaran selalu menang dan selalu merupakan kebijakan terbaik. Upaya BJP untuk memenangkan pemilu melalui membangkitkan histeria perang dan klaim palsu menjatuhkan F-16 Pakistan telah menjadi bumerang, dengan para pejabat Pertahanan AS juga membenarkan bahwa tidak ada F-16 yang hilang dari armada Pakistan," ucap Khan. 





Credit  sindonews.com




Soal Klaim F-16, Pakistan Sebut India Bangkitkan Histeria Perang



Soal Klaim F-16, Pakistan Sebut India Bangkitkan Histeria Perang
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan. Foto/REUTERS/Thomas Peter/Pool


KARACHI - Perdana Menteri Imran Khan mengecam Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India karena membangkitkan histeria perang atas klaim palsu bahwa India menembak jatuh F-16 Pakistan dalam pertempuran udara Februari lalu. PM Khan mengatakan akan kebenaran selalu menang.

Majalah Foreign Policy yang berbasis di Amerika Serikat (AS), mengutip para pejabat AS, mengatakan semua jet tempur F-16 Pakistan telah diperiksa dan bisa dipertanggungjawabkan. Penilaian Washington itu bertentangan dengan penilaian Angkatan Udara India (IAF) yang mengklaim jet tempur MiG-21-nya telah menembak jatuh salah satu jet tempur F-16 Pakistan.

"Kebenaran selalu menang dan selalu merupakan kebijakan terbaik," kata PM Khan dalam sebuah tweet-nya, Sabtu (6/4/2019). 

"Upaya BJP untuk memenangkan pemilu melalui membangkitkan histeria perang dan klaim palsu menjatuhkan F-16 Pakistan telah menjadi bumerang, dengan para pejabat Pertahanan AS juga membenarkan bahwa tidak ada F-16 yang hilang dari armada Pakistan," lanjut Khan.

Dua negara bersenjata nuklir itu terlibat dalam pertempuran udara atau dogfight di wilayah Kashmir yang disengketakan sehari setelah jet-jet tempur India menyeberang ke Pakistan untuk menyerang sebuah kamp yang diduga sebagai markas kelompok militan anti-India, Jaish-e-Mohammed (JeM).

India mengklaim mengklaim telah menembak jatuh sebuah pesawat jet tempur F-16 Pakistan dengan memperlihatkan puing-puing rudal yang disebut New Delhi telah ditembakkan oleh F-16 Pakistan sebelum jatuh. Rudal yang dimaksud itu adalah AIM-120 Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile atau AIM-120 AMRAAM buatan Amerika Serikat yang memang menjadi senjata F-16.

Foreign Policy mengatakan dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada hari Kamis bahwa dua pejabat pertahanan AS yang memiliki pengetahuan langsung tentang masalah ini mengatakan bahwa personel AS telah melakukan penghitungan F-16 Pakistan dan tidak menemukan satu pun yang hilang.

Penilaian AS itu belum diberikan secara resmi kepada India dan Pakistan. Jika penilaian AS benar, maka itu akan menjadi pukulan lebih lanjut bagi Perdana Menteri India Narendra Modi, yang mengatakan bahwa India telah memberi pelajaran kepada Pakistan. PM Modi akan bersaing dalam pemilu pekan depan.

BJP, partainya Modi, telah berkampanye bahwa platform keamanan nasional India tangguh, terutama yang berkaitan dengan musuh utamanya, Pakistan. New Delhi menyalahkan Pakistan karena memicu pemberontakan 30 tahun di Kashmir yang mayoritas penduduknya Muslim. Namun, Islamabad membantah terlibat.

Juru bicara BJP Bizay Sonkar Shastri menolak anggapan Khan bahwa India membangkitkan histeria perang.

"Pertama, kebiasaan berbohong mereka (Pakistan) bukanlah rahasia bagi dunia. Kedua, ini benar-benar jelas bahwa akar terorisme terletak di Pakistan dan terorisme dikembangkan di Pakistan," katanya kepada Reuters, yang dilansir Minggu (7/4/2019).

Klaim keberhasilan serangan udara India terhadap sebuah kamp kelompok militan Jaish-e-Mohammed di Pakistan barat laut juga telah diragukan setelah gambar satelit menunjukkan tak ada tanda kerusakan sedikit pun di situs yang diklaim menjadi target pemboman udara.



Credit  sindonews.com




Senin, 01 April 2019

Jurnalis Karachi Pakistan Dikabarkan Diculik oleh OTK


Setop kekerasan terhadap wartawan
Setop kekerasan terhadap wartawan
Foto: Antara/Ahmad Subaidi

Jurnalis Matloob Musawi dibawa OTK bersenjata secara paksa.



CB, KARACHI — Keluarga dari jurnalis asal Pakistan, Matloob Musavi, melaporkan penculikan menimpa Matloob oleh orang tak dikenal (OTK). Saudara laki-laki Matloob, Minhaj Musavi, mengatakan insiden ini berlangsung di kediaman mereka di Karachi pada Sabtu (30/3) kemarin.


Minhaj menuturkan bahwa rumah mereka didatangi sekelompok pria bersenjata dan mengenakan topeng di wajah. Seketika, Matloob secara paksa dibawa pergi dalam kendaraan yang dibawa penculik. 

Menurut Minhaj, kendaraan yang digunakan penculik tersebut termasuk kendaraan polisi. Hingga saat ini, belum ada kabar apapun mengenai keadaan Matloob.


Mengutip Foxnews, Perhimpunan Jurnalis Karachi mengecam insiden tersebut. Mereka telah menuntut pembebasan Matloob yang diyakini dibawa oleh pasukan keamanan negara. 


Beberapa petinggi perhimpunan jurnalis Karachi, Imtiaz Faran dan Atman Sabir mengatakan pasukan keamanan yang memasuki rumah tanpa menyebut identitas mereka adalah suatu tindakan yang tercela. Sebelumnya, sejumlah jurnalis dan blogger juga mengakui adanya ancaman atas artikel yang dibuat.


Bahkan, di antara jurnalis dan blogger di Karachi tersebut juga pernah ditahan dan diancam. Hal itu terjadi beberapa bulan lalu, setelah mereka menulis secara kritis artikel mengenai badan keamanan Pakistan.





Credit  republika.co.id








Mantan Jenderal India: Pakistan Pemenang 'Perang Generasi Kelima'



Mantan Jenderal India: Pakistan Pemenang Perang Generasi Kelima
Para personel pasukan khusus militer Pakistan saat mengikuti parade. Foto/REUTERS


ISLAMABAD - Seorang mantan jenderal India mengakui bahwa Islamabad telah mengalahkan New Delhi dalam perang hibrida atau dia sebut sebagai "perang generasi kelima". Dia menyarankan militer negaranya untuk belajar dari militer Pakistan.

Mantan jenderal bernama Syed Ata Hasnain pernah menjadi komandan militer India. "Mereka (India) harus belajar dari Inter-Services Public Relations (ISPR—sayap media militer Pakistan), bagaimana cara berperang dalam perang generasi kelima," kata Hasnain kepada sebuah think tank Inggris, seperti dikutip Sputnik, Sabtu (30/3/2019).

Menurutnya, ISPR telah membuktikan bahwa media tetap menjadi alat yang sangat efektif dalam perang hibrida, termasuk konflik informasi. "Pakistan menunjukkan keterampilan profesional yang hebat," katanya.

Hasnain mengklaim bahwa tidak mungkin memenangkan perang tradisional di medan perang di zaman modern. Bahkan, kata dia, Amerika Serikat pun memerlukan waktu 18 tahun untuk menyadari kenyataan seperti itu.

Komentar Hasnain muncul beberapa hari setelah Kementerian Luar Negeri Pakistan menyatakan bahwa mereka telah menyelidiki secara menyeluruh dokumen India terkait dengan serangan teror di Pulwama 14 Februari. Menurut kementerian tersebut tidak menemukan bukti adanya kamp teror di lokasi yang disebutkan oleh New Delhi, atau dari siapa pun yang disebutkan dalam dokumen yang dapat dikaitkan dengan serangan itu.

"Sementara 54 orang yang ditahan sedang diselidiki, sejauh ini tidak ada rincian yang menghubungkan mereka dengan (serangan di) Pulwama. Demikian pula, 22 lokasi pin yang digunakan bersama oleh India telah diperiksa. Tidak ada kamp seperti itu. Pakistan bersedia mengizinkan kunjungan, atas permintaan, ke lokasi-lokasi ini," lanjut kementerian tersebut.

Kementerian itu menegaskan kembali bahwa informasi dan dokumen tambahan dari India akan sangat penting untuk melanjutkan proses penyelidikan dan bahwa Pakistan tetap berkomitmen untuk membawa proses ini ke kesimpulan logis.

Pekan lalu, Presiden Pakistan Arif Alvi menuduh India memiliki sikap "tidak bertanggung jawab" dan memuji tanggapan langsung dan efektif Islamabad atas apa yang ia sebut sebagai "agresi India".

“Setelah serangan (di) Pulwama, India menyalahkan Pakistan tanpa bukti. India tidak mematuhi hukum internasional dan melanggar wilayah udara Pakistan," kata Alvi, merujuk pada serangan 14 Februari terhadap konvoi keamanan India di wilayah Kashmir dikuasai India oleh militan Islam yang berbasis di Pakistan, yang menewaskan lebih dari 40 polisi paramiliter India. 

Jaish-e-Mohammed (JeM), sebuah kelompok teror yang berbasis di Pakistan, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dan Angkatan Udara India melakukan serangan udara di sebuah kamp JeM di Pakistan pada 26 Februari. Namun, Islamabad bahwa pesawat-pesawat jet tempur India tdak pernah menargetkan kamp-kamp yang dimaksud.

Kebuntuan pun meningkat, yang mengakibatkan pertempuran udara pada 27 Februari antara pesawat tempur kedua negara.


Credit  sindonews.com


Kamis, 28 Maret 2019

India Tembak Satelit di Luar Angkasa, Pakistan Meradang


India Tembak Satelit di Luar Angkasa, Pakistan Meradang
Ilustrasi rudal India. (REUTERS/Indian Defence Research and Development Organisation)




Jakarta, CB -- India dilaporkan berhasil menembak jatuh salah satu satelit milik mereka dengan rudal. Hal itu membuat Perdana Menteri Narendra Modi mengklaim mereka kini sejajar dengan negara-negara lain dalam hal penjelajahan antariksa, tetapi membuat Pakistan meradang.

Modi memuji keberhasilan itu yang dianggapnya sebagai prestasi bersejarah dan menunjukkan perkembangan besar dalam teknologi luar angkasa India.

Modi menuturkan India menjadi negara keempat setelah Amerika Serikat, Rusia, dan China yang berhasil menggunakan peluru kendali anti-satelit semacam itu.


"Beberapa waktu lalu, para ilmuwan kita menembak jatuh sebuah satelit yang berjarak 300 kilometer di luar angkasa, di orbit rendah bumi," tutur Modi dalam pidatonya, Rabu (27/3).


"India telah membuat prestasi yang sebelumnya tidak pernah terjadi hari ini. Dengan ini, India menyatakan diri sebagai negara yang memiliki kekuatan di luar angkasa."

Pengumuman itu disampaikan Modi dalam pidato nasional yang ditayangkan secara serempak di seluruh negeri melalui televisi.

India telah memiliki rencana membangun teknologi luar angkasanya sejak bertahun-tahun lalu.

Pakistan sebagai negara tetangga langsung menanggapi pernyataan Modi. Mereka berharap kemampuan India tidak menjadi ancaman bagi pihak lain.

"Luar angkasa adalah warisan umat manusia dan setiap negara wajib bertanggung jawab untuk menghindari aksi yang bisa memicu militerisasi di antariksa," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Pakistan.

"Kami berharap negara lain yang di masa lampau mengecam keras unjuk kemampuan seperti itu bisa mempersiapkan aturan main untuk mencegah ancaman militer di ruang angkasa," lanjut pernyataan itu.

China yang merupakan tetangga India belum memberikan tanggapan.

Relasi Pakistan dan India baru-baru ini terus menegang setelah kedua negara kembali terlibat bentrok militer di perbatasan Kashmir.

Sementara itu, dikutip Reuters, China juga pernah menghancurkan sebuah satelit di luar angkasa menggunakan teknologi serupa pada 2007 lalu.


Berdasarkan Secure World Foundation, penghancuran itu menghasilkan sampah luar angkasa terbesar dalam sejarah yakni sebanyak 3.000 material.

Sedangkan Amerika Serikat pertama kali melakukan uji coba rudal anti-satelit pada 1959. Rusia melakukan uji coba serupa sekitar 1960 dan 1970.




Credit  cnnindonesia.com




Rabu, 27 Maret 2019

PM Pakistan: Kemungkinan Perang dengan India Masih Terbuka Lebar



PM Pakistan: Kemungkinan Perang dengan India Masih Terbuka Lebar
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan berpendapat bahwa kemungkinan perang dengan India belum berakhir. Foto/Istimewa


ISLAMABAD - Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan berpendapat bahwa kemungkinan perang dengan India belum berakhir. Dia menyebut, ini dikarenakan Perdana Menteri India, Narendra Modi masih melanjutkan retorika anti-Pakistan untuk menguatkan sentimen publik mengenai situasi di perbatasan sampai pemilihan di India berakhir.

Menyatakan keprihatinan serius atas ketegangan yang terus-menerus terjadi di perbatasan, Khan memperingatkan bahwa bahaya perang dengan India belum berakhir. Khan meramalkan bahwa hubungan kedua negara akan tetap tegang sampai pemilihan umum di India berakhir.

"Bahayanya belum berakhir. Situasinya akan tetap tegang sampai pemilihan umum mendatang di India. Kami sudah siap untuk mencegah segala agresi dari India," kata Khan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (27/3).


Pernyataan itu muncul di tengah laporan masih terus terjadi penembakan lintas perbatasan oleh pasukan kedua negara, baik itu menggunakan mortir atau senapan mesin berat. Kedua negara juga dilaporkan memperkuat posisi di sepanjang perbatasan dengan sistem rudal pertahanan udara dan jet tempur.

Pakistan sendiri masih belum membuka wilayah udaranya untuk penerbangan sipil India sejak 26 Februari, ketika Angkatan Udara India melakukan serangan "non-militer pre-emptive" di Balakot di Pakistan dan mengklaim telah menghancurkan infrastruktur teror yang dioperasikan oleh Jaish-e-Mohammed.

Serangan India ini direspon oleh Angkatan Udara Pakistan yang melakukan serangan ke wilayah India sehari setelahnya dan terlibat dalam pertempuran udara dengan Angkatan Udara India.












Credit  sindonews.com