Tampilkan postingan dengan label PT RAI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PT RAI. Tampilkan semua postingan

Kamis, 28 Desember 2017

6 Prototipe Pesawat Habibie Mulai Dibuat Tahun Depan


6 Prototipe Pesawat Habibie Mulai Dibuat Tahun Depan




Jakarta - Sebanyak 6 prototipe alias purwarupa pesawat R80 akan dimulai pembuatannya tahun depan. Dari 6 purwarupa yang akan dibuat, 4 di antaranya akan digunakan untuk uji terbang dan 2 sisanya untuk uji kekuatan struktur.

"Prototipe dilakukan dalam fase 2018 sampai 2022. Di situ ada detail desain ada pembuatan purwarupa sebanyak 6 buah, 4 di antaranya diterbangkan dan akan menjalani sertifikasi dan pengujian terbang, 2 di antaranya akan digunakan untuk melakukan uji kekuatan struktur," kata Direktur Utama PT Regio Aviasi Industri Agung Nugroho di Kantor RAI, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (20/12/2017).

Saat ini, pengembangan purwarupa pesawat R80 memasuki fase kedua, yaitu pembuatan detail dari desain pesawat R80 hingga 2019. Di 2019-2020 dilakukan pembangunan fasilitas pabrik yang rencananya dibangun di Kertajati, Jawa Barat.

Di 2020, uji terbang perdana prototipe dilakukan pada 2020 mendatang hingga 2022. Sehingga diperkirakan di 2025 bisa mendapatkan type certificate dan bisa diproduksi massal.

"Akhir dari fase ini di 2025 kita akan mendapatkan Insya Allah sertifikasi nasional yang diberikan Kementerian Perhubungan," ujar Agung.

Saat ini, RAI Juga melakukan penggalangan dana melalui kitabisa.com. Dengan dilakukannya penggalangan dana diharapkan masyarakat Indonesia bisa berperan langsung dalam mewujudkan pesawat R80.

Sampai saat ini, crowdfunding di kitabisa.com sudah mencapai Rp 7,2 miliar dengan lebih dari 18.575 donatur.

Dilakukan crowdfunding untuk R80 karena total biaya pembuatan prototipe pesawat mencapai lebih dari Rp 200 miliar. Sedangkan keseluruhan biaya pengembangan usaha mencapai US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 20 triliun.

"Perlu US$ 1,6 miliar, jumlah fantastis untuk cari investor yang mau investasi ke program ini sekaligus. Yang kita lakukan mencari beberapa investor karena tipe pengembangan pesawat enggak semuanya aplicable," kata Chief Investment Officer RAI Destra Firza Ghazfan.

Destra menambahkan, ada beberapa jenis investor yang akan terlibat dalam pengembangan purwarupa pesawat R80. Pertama, mereka yang benar-benar berminat menanamkan modalnya ke proyek ini, dan kedua menjalin kerja sama dengan industri pendukung pesawat terbang.

Sampai saat ini, kata Destra, sudah ada 5 investor yang berminat bekerjasama dalam pengembangan prototipe pesawat R80.

"Sampai saat ini sudah ada 5 calon partner. Sudah bicara nego tinggal ujungnya aja, ada juga sudah tanda tangan," kata Destra.



Credit  finance.detik.com

Pesawat R80 Sudah Dipesan Hingga 155 Unit

Pesawat R80 Sudah Dipesan Hingga 155 Unit


Jakarta - Pesawat R80 sudah banyak dipesan hingga 155 unit meskipun belum bisa diproduksi massal. Pesawat besutan Presiden ke-3 Republik Indonesia (RI) B. J. Habibie yang rencananya diproduksi 2025 mendatang sudah mendapatkan komitmen pembelian dari maskapai dalam negeri.

"Sudah dipesan ada 155," kata Chief Investment Officer RAI Destra Firza Ghazfan di Kantor RAI, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (20/12/2017).

Destra merinci, pesanan terbanyak datang dari NAM Air sebanyak 100 unit, kemudian disusul oleh Kalstar 25 unit, Trigana Air 20 unit, dan Aviastar 10 unit. Keempat maskapai dalam negeri tersebut sudah menandatangani Letter of Intent (LoI) dengan RAI.

"Ini yang sudah LoI," tutur Destra.

Harga jual pesawat dengan kapasitas 80 penumpang sebesar US$ 23 juta. "Harga jual US$ 23 juta," tutur Destra.

Pesawat R80 memiliki kapasitas hingga 80 penumpang. Pesawat ini juga memiliki desain kokpit yang modern dan menjamin kenyamanan penumpang selama mengudara.

Pesawat R80 dibuat dengan tujuan mempermudah konektivitas dari satu tempat ke tempat lain di negara dengan bentuk kepulauan. Pesawat ini juga dilengkapi dengan teknologi fly by wire, yaitu sebuah sistem kendali yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah.



Credit  finance.detik.com

Masuk Proyek Strategis, Pesawat R80 Lebih Mudah Dapat Investor


Masuk Proyek Strategis, Pesawat R80 Lebih Mudah Dapat Investor


Jakarta - Pemerintah mendukung pengembangan prototipe pesawat R80. Pesawat ini juga dimasukkan ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).

Direktur Utama Regio Aviasi Industri (RAI) Agung Nugroho mengungkapkan, dukungan pemerintah dengan dimasukkannya R80 ke dalam PSN memberikan kemudahan RAI dalam mencari pendanaan. Meski tak dianggarkan langsung, R80 akan lebih menarik di mata investor yang ingin bergabung.

"Perpres PSN memberikan kemudahan. Kami secara khusus didampingi Bappenas melalui PINA (Pembiayaan Investasi Non Anggaran)," ujar Agung di Kantor RAI, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (20/12/2017).

Disematkannya status PSN dalam pengembangan prototipe pesawat R80 menjadi semangat khusus bagi RAI merealisasikan R80. Selain itu, pemerintah juga berkomitmen dalam mempermudah perizinan pengembangan prototipe pesawat.

"Kredibilitas kita terbantu ada pemerintah, selain itu kemudahan perizinan dan dukungan R&D (research and development) sudah banyak," terang Agung.


Pesawat R80 mampu mengangkut 80 penumpang. Pesawat ini juga memiliki desain kokpit yang modern dan menjamin kenyamanan penumpang selama mengudara. Pesawat ini memiliki dimensi panjang 32,3 meter dengan lebar sayap 30,5 meter dan tinggi 8,5 meter.

Pesawat R80 dibuat dengan tujuan mempermudah konektivitas dari satu tempat ke tempat lain di negara dengan bentuk kepulauan. Pesawat ini juga dilengkapi dengan teknologi fly by wire, yaitu sebuah sistem kendali yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah.



Credit  finance.detik.comr

Ini Alasan Habibie Semangat Wujudkan Pesawat R80



Ini Alasan Habibie Semangat Wujudkan Pesawat R80


Jakarta - Presiden ke-3 Republik Indonesia (RI) B. J. Habibie masih berupaya mewujudkan pesawat buatan dalam negeri melalui R80. Pesawat R80 yang digarap oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI) terlebih lagi sudah menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN).

Upaya Habibie mewujudkan kemandirian industri dirgantara dalam negeri bukan tanpa sebab. Dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan, kebutuhan transportasi udara akan selalu dibutuhkan sampai kapanpun.

Angkutan udara menggunakan pesawat terbang lebih cepat dan mudah menjangkau ke pulau-pulau atau ke daerah terpencil di Indonesia.

"Ada 17.000 pulau bahwa sampai kiamat, Indonesia perlu pesawat terbang jarak jauh, menengah, dekat-menengah," kata Chief Investment Officer RAI Destra Firza Ghazfan menyampaikan kembali gagasan Habibie di Kantor RAI, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (20/12/2017).

Destra menambahkan, Indonesia menjadi pasar penjualan pesawat jarak dekat-menengah terbesar di dunia. Namun, sayangnya potensi yang begitu besar belum bisa dimanfaatkan industri dirgantara dalam negeri.

"Dekat-menengah Indonesia pasar terbesar dunia. 50% dari penjualan pesawat dunia adanya di sini dan akan konyol sekali kalau enggak bisa dapatkan apa-apa dari sini dan kita mampu," kata Destra.

Destra meyakini, Indonesia sangat mampu membuat pesawat buatan dalam negeri sendiri. Ia meyakini kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada mampu mewujudkan pesawat buatan dalam negeri.

Akan tetapi, jika SDM yang sudah ada tidak dimanfaatkan sebaik mungkin, maka dibutuhkan waktu 30 tahun mendatang untuk Indonesia merakit pesawat buatannya sendiri.

"Bikin pesawat bukan uang, tapi SDM. Bikin SDM mampu 30 tahun. Kalau enggak bisa meneruskan, generasi dirgantara mati selesai dan butuh 30 tahun lagi bangun," kata Destra.

Direktur Utama RAI menambahkan, keterlibatan Habibie dalam proyek R80 bisa dibilang sebagai penggerak roda pembuatan R80. Habibie juga terlibat langsung dalam desain R80 bersama anak dalam negeri lainnya.

"Pak Habibie selalu kita tanyai hal strategis. Kita mau bikin 20 atau 80 penumpang atau 100 penumpang. Strategis, ini Pak Habibie selalu dan ini berjalan belasan tahun lalu saya dulu di PTDI teknologi dan kita biasa tiap minggu diskusi teknik," ujar Agung.




Credit  finance.detik.com










Jumat, 13 Oktober 2017

Patungan R80 Nyaris Rp 2 M, Ilham Habibie: Bukti Rakyat Mendukung


Patungan R80 Nyaris Rp 2 M, Ilham Habibie: Bukti Rakyat Mendukung
Foto: Dok. Regio Aviasi Industri

Jakarta - PT Regio Aviasi Industri (RAI) membuka peluang bagi masyarakat untuk memberikan sumbangsih dalam pengembangan pesawat R80. Caranya dengan patungan menyalurkan dana berapapun lewat kitabisa.com.

Antusias masyarakat untuk membantu pengembangan pesawat yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) cukup besar. Hingga hari ini, Rabu (11/10/2017) tercatat dana crowdfunding R80 sudah mencapai Rp 1,98 miliar.

Komisaris PT RAI, Ilham Habibie mengaku terkesan dengan catatan tersebut. Menurutnya hal itu membuktikan bahwa masyarakat mendukung atas pengembangan pesawat R80.

"Crowdfunding kan donasi, cepat sekali. Buat kami crowdfunding lebih untuk menunjukkan kepada siapa pun bahwasanya rakyat mendukung," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (11/10/2017).

Dia menjelaskan bahwa crowdfunding tersebut sebenarnya bukan untuk memenuhi kebutuhan dana pengembangan R80. Sebab kebutuhan dananya terlampau besar yakni hingga mencapai US$ 1,5 miliar atau setara Rp 20 triliun (kurs Rp 13.400). Aksi patungan tersebut hanya untuk membuktikan kepada DPR bahwa rakyat mendukung hal itu.

"Tidak akan mungkin bisa mengumpulkan US$ 1 miliar dengan crowdfunding. Di Amerika Serikat (AS) mungkin bisa puluhan juta dolar tapi lebih US$ 100 juta belum pernah ada," tambahnya.

Sementara untuk kebutuhan dana US$ 1,5 miliar tersebut, anak dari Mantan Presiden RI B.J Habibie itu mengatakan pihaknya akan mencari investor. Namun bukan layaknya investor biasa yang hanya menempatkan dana saja, investor di bidang produksi pesawat harus ikut mengembangkannya.

"Kalau investasi di pesawat enggak kaya di story line. Jadi caranya pertama perusahaan lain yang juga di bidang itu dan dia yang mau kerjasama. Oh saya mau bagian itu, buntutnya, oke boleh kita buat desainnya harus buat merincikan desainnya. Jadi investor ambil bagian," terangnya.

Dengan begitu, kata Ilham, maka investor akan ikut menanggung risiko dan sharing pendapatan nantinya. Konsep ini juga berbeda dengan kontraktor yang hanya menjalankan proyek tanpa menanggung risikonya.

Ilham mengaku saat ini pihaknya sudah berdiskusi dengan beberapa perusahaan produsen pesawat asing yang tertarik untuk bergabung. Setidaknya ada 3 perusahaan yang tertarik, sayangnya dia belum bisa menyebutkan nama perusahaan tersebut.

"Ada 3 perusahaan asing, kalau Indonesia enggak ada yang membuat pesawat. Selain PT DI (Dirgantara Indonesia), beda. Kalau PT DI menurut saya sebaiknya menjadi partner, di pihak kita sama-sama perusahaan Indonesia," tukasnya.

Dia menargetkan proses pencarian partner tersebut akan rampung pada tahun depan. Sementara untuk uji terbang dan sertifikasi ditargetkan bisa dilakukan pada sekitar 2021-2022.

Sekadar informasi, melalui website https://kitabisa.com/pesawatr80, RAI melakukan penggalangan dana (crowdfunding/patungan publik) mulai dari Rp 100.000, imbalannya foto donatur akan ditampilkan di badan Pesawat R80.





Credit  finance.detik.com











Harga Lebih Murah dan Kapasitas Lebih Besar, R80 Bisa Kalahkan ATR 72


Harga Lebih Murah dan Kapasitas Lebih Besar, R80 Bisa Kalahkan ATR 72
Foto: Dok. Regio Aviasi Industri




Jakarta - Pesawat R80 buatan PT Regio Aviasi Industri (RAI) dipercaya akan mampu bersaing dengan pesawat sejenis buatan perusahaan Perancis-Italia ATR 72. Pesawat buatan anak bangsa itu dianggap lebih murah.

Komisaris PT RAI, Ilham Habibie menjelaskan, pesawat R80 akan memiliki kapasitas sekitar 80-90 penumpang. Jumlah tersebut 10-15% lebih besar dibanding kapasitas ATR 72.

"Jadi pesawat yang ada di pasar penumpangnya maksimal 72 untuk ATR, kami 80-90 jadi minimum 10% di atas mereka," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (11/10/2017).

Sementara untuk harga, Ilham juga yakin akan 10% lebih murah dari ATR 72. Sebab biaya pengembangan R80 sekitar US$ 1-1,5 miliar jauh lebih murah dari modal pengembangan pesawat ternama dunia lainnya.

"Saya dulu kerja di Boeing tahun 90-an. Waktu itu pesawat Boeing 737 itu beralih generasi baru dengan hanya kokpit baru dengan sayap baru butuh US$ 2 miliar," imbuhnya.

Menurut Ilham biaya pengembangan di Indonesia lebih murah lantaran bayaran teknisi jauh lebih murah di Indonesia. Meskipun cukup banyak teknisi di Indonesia yang sudah cukup berpengalaman.

"Jadi fakta yang membuat lebih daya saing dengan yang lain dari segi biaya, biaya orang, baik dari segi engineering maupun produksi," tambahnya.

Dengan harga yang lebih murah dan kapasitas yang lebih besar, Ilham memandang pesawat R80 bisa memenangkan persaingan untuk pasar Asia.

Saat ini setidaknya sudah ada 4 maskapai yang sudah menunjukkan ketertarikannya terhadap pesawat R80 dengan jumlah pesanan sebanyak 155 unit.

"Itu sudah letter of interest, Nam Air 100 unit, 25 Trigana Air, 20 Kalstar dan 10 Aviastar," tukasnya.



Credit  finance.detik.com








Jumat, 29 September 2017

Soal Pesawat R80, BJ Habibie: Dirgantara Indonesia Belum Berakhir




Soal Pesawat R80, BJ Habibie: Dirgantara Indonesia Belum Berakhir
BJ Habibie mengumumkan program crowdfunding untuk pesawat R80, Kamis, 28 September 2017. Kredit: Zul'aini Fi'id

CB, Jakarta - Pendiri PT Regio Aviasi Industri (PT RAI), BJ Habibie, dan Presiden Direktur PT RAI Agung Nugroho angkat bicara mengenai program pesawat R80. Menurut Habibie, hambatan dalam program pesawat berteknologi turboprop adalah pembiayaan.
"Padahal saat ini kita sudah bisa membuat pesawat kita sendiri dengan tenaga kita sendiri," ujar presiden ke-3 Indonesia itu di kediamannya, Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan, Kamis, 28 September 2017.
Menurut Habibie, dunia dirgantara dalam negeri belum berakhir. Dia percaya Indonesia masih memiliki sumber daya manusia yang bagus di bidang dirgantara. "Dukungan masyarakat adalah suatu bentuk kembalinya kedirgantaraan Indonesia. Kita buktikan bahwa Indonesia mampu membuat pesawat sendiri," katanya.


Pesawat dengan kapasitas 80-90 penumpang itu merupakan program milik swasta (PT RAI). Karena itu, pendanaan tidak dapat dilakukan dengan mengambil anggaran negara. Sedangkan total biaya yang dibutuhkan untuk membuat enam prototipe pesawat sekitar US$ 1,5 miliar atau setara dengan Rp 20 triliun.
Karena itu, salah satu program pembiayaan dilakukan dengan crowd funding yang diselenggarakan kitabisa.com. Dana yang terkumpul di situs kitabisa.com per Kamis, 28 September 2017, sudah mencapai Rp 581.829.873 dengan jumlah donatur 1.933 orang. Program ini masih akan dibuka hingga 63 hari ke depan. Menurut Fransiscus Djordi Iskandar, campaigner dari kitabisa.com, target sasaran crowd funding mencapai Rp 5 miliar.
Selain dengan crowd founding, RAI sedang mencari investor yang sesuai dengan program R80. Dalam hal ini, peran pemerintah sebagai fasilitator sangat penting untuk meningkatkan dukungan masyarakat dan investor. Sejak Juni 2017 pemerintah telah memberikan dukungan dengan memberikan status Program Strategis Nasional untuk R80.


Menurut Agung Nugroho, pesawat ini telah sampai pada tahap rancang bangun. "Untuk masuk ke tahap berikutnya butuh dana yang cukup besar," ujarnya.
Agung mengatakan pemerintah sangat mendukung program ini. Menurut dia, pemerintah akan memfasilitasi pembiayaan dalam bentuk pembiayaan investasi non-APBN yang formatnya sedang dibicarakan dengan tim Bappenas.
Pesawat R80 akan bersaing dengan produk pabrikan Italia-Prancis lain, seperti ATR 72 yang berkapasitas 72 penumpang, juga Bombardier Dash 8 Q400 buatan Kanada yang berdaya angkut 76 penumpang. "Pesawat R80 lebih ekonomis karena daya angkutnya lebih banyak," ujar Agung.





Credit  TEMPO.CO







Pesawat R80 Uji Terbang pada 2022


Direktur Utama Regio Aviasi Industri (RAI) Agung Nugroho (kiri) menunjukkan miniatur pesawat R80 kepada Direktur Utama GMF AeroAsia Richard Budihadianto (kanan). Ilustrasi
Direktur Utama Regio Aviasi Industri (RAI) Agung Nugroho (kiri) menunjukkan miniatur pesawat R80 kepada Direktur Utama GMF AeroAsia Richard Budihadianto (kanan). Ilustrasi

CB, JAKARTA -- PT Regio Aviasi Industri (RAI), perusahaan pembuat pesawat terbang R80 menyatakan produk anak bangsa ini rencananya diuji terbang perdana pada 2022. Uji purwarupa R80 akan dilakukan dengan produk empat pesawat.

Untuk tiga tahun berikutnya, pesawat R80 akan diproduksi masal untuk keperluan penerbangan dan industri pesawat terbang di Indonesia. "Masuk ke entry service itu ada tahun 2025," jelas dia saat ditemui di Wisma Habibie & Ainun di Patra Kuningan, Kamis (28/9).

Saat ini, lanjut Agung, PT.RAI sudah menyelesaikan seluruh desain dan sedang melakukan pengembangan secara penuh dari purwarupa R80. PT RAI, kata Agung, merencanakan untuk membuat pesawat dengan skala yang nyata untuk diuji secara langsung. "Kita akan merencanakan membuat empat pesawat untuk diuji diterbangkan," jelas dia.

Agung menjelaskan, R80 sendiri diperuntukan untuk pasar dalam negeri. Saat ini PT RIA mengincar pasar dalam negeri untuk penerbangan antar kota yang diatur melalui Kementerian Perhubungan.

Untuk pasar internasional, lanjut dia, PT RAI masih memikirkan kelanjutan setelah keberhasilan di dalam negeri. "Kita akan melakukan pengembangan untuk pasar Indonesia dulu," jelas dia.

Hal tersebut merupakan bentuk kendala dari sertifikasi perjalanan penerbangan. Jika sudah mengantongi perjalanan penerbangan domestik, ada kemungkinan kemudahan dari Internasional bisa didapatkan. "Kita harapkan sertifikasi internasional," kata dia.

PT RAI berencana memproduksi pesawat dengan jumlah rata-rata 35 pesawat per tahun. Produksi dengan jumlah tersebut dilakukan 2024 mendatang.




Credit  republika.co.id


Pesawat R80 Habibie Kemungkinan Pakai Dua Mesin Ini


Pesawat R80 Habibie Kemungkinan Pakai Dua Mesin Ini
Foto: Ardan Adhi Chandra/detikFinance



Jakarta - Pesawat R80 membuka kemungkinan menggunakan mesin pesawat Pratt & Whitney dan mesin buatan pesawat buatan Inggris Rolls Royce untuk menjadi dapur pacu pesawat. Dua mesin pesawat tersebut dinilai cocok untuk diadopsi di pesawat R80.

"Ada dua kandidat, satu dari Amerika, Kanada tepatnya Pratt & Whitney dan juga Rolls Royce, Inggris. Itu jelas yang dibutuhkan oleh R80, harus disesuaikan dengan kebutuhan energi yang menopang R80," kata Presiden Direktur PT Regio Aviasi Industri (RAI) Agung Nugroho di Perpustakaan Habibie Ainun, Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (28/9/2017).

Agung juga menginginkan adanya alih teknologi dalam pengembangan prototipe pesawat R80 tersebut. Sehingga berbagai komponen pesawat R80 bisa diproduksi di dalam negeri.

"Kita sangat mendorong ahli teknologi karena kita membangun bukan hanya R80 tetapi juga ekosistemnya. Terbentang dari pembuatan pesawatnya kemudian supplier-nya dan regulatornya," tutur Agung.

Mengenai kandungan komponen dalam negeri, Agung mengatakan, beberapa komponen masih dipesan dari luar negeri. Namun, beberapa komponen juga didapatkan dari dalam negerim

"Kita mendorong industri supply pesawat untuk ikut mendorong supplier asing dengan lokal," ujar Agung.





Credit  detik.com









Senin, 14 Agustus 2017

Mengintip Kecanggihan Pesawat R80 Buatan Habibie di Kemayoran



Mengintip Kecanggihan Pesawat R80 Buatan Habibie di Kemayoran Foto: Agung Pambudhy



Jakarta - Pesawat R80 buatan PT Regio Aviasi Industri (RAI) turut dipamerkan dalam Bekraf Habibie Festival di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Gelaran festival teknologi ini digelar sepekan ke depan, dari 7-13 Agustus 2017.

Produsen pesawat R80 adalah PT Regio Aviasi Industri (RAI), sebuah perusahaan yang didirikan mantan Presiden BJ Habibie bersama putranya, Ilham Habibie.

Pesawat ini resmi masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) seiring sudah diterbitannya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2017 tentang Proyek Strategis Nasional. Lampiran Perpres tersebut mencantumkan 248 proyek yang masuk program Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, salah satu pesawat R80.

"R80 program pesawat terbang industri buatan Indonesia. RAI sebagai produsennya dari tahap desain, produksi, sertifikasi sampai assembly," kata Customer Engineer RAI, Satrio saat berbincang dengan detikFinance di JIExpo, Jakarta, Senin (7/8/2017).



Mengintip Kecanggihan R80 Buatan Habibie di Kemayoran
Foto: Agung Pambudhy




Pesawat R80 mampu mengangkut 80-90 penumpang. Pesawat ini juga memiliki desain kokpit yang modern dan menjamin kenyamanan penumpang selama mengudara.

Pesawat ini memiliki dimensi panjang 32,3 meter dengan lebar sayap 30,5 meter dan tinggi 8,5 meter.

Pesawat R80 mampu melesat hingga 330 knots atau sekitar 611 km per jam. Sedangkan kecepatan ekonomisnya mencapai 290 knots atau sekitar 537 km per jam. Dalam sekali terbang, pesawat ini mampu menjangkau 1.480 km.

Pesawat R80 dibuat dengan tujuan mempermudah konektivitas dari satu tempat ke tempat lain di negara dengan bentuk kepulauan. Pesawat ini juga dilengkapi dengan teknologi fly by wire, yaitu sebuah sistem kendali yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah.

"Kita menggunakan teknologi fly by wire. Jadi teknologi pengendalian semua kontrol menggunakan komputer," ujar Satrio.

Sedikitnya sudah ada beberapa maskapai penerbangan yang kepincut pesawat ini, antara lain NAM Air-anak perusahaan Sriwijaya Air yang memesan 50 pesawat, Kalstar Aviation memesan 15 pesawat, dan Trigana Air Services memesan sebanyak 10 pesawat, dan Aviastar 5 pesawat.



Credit  finance.detik.com



Pesawat R80 Mulai Dibuat Tahun Depan, Rampung di 2021



Pesawat R80 Mulai Dibuat Tahun Depan, Rampung di 2021
Foto: Ardan Adhi Chandra/detikFinance


Jakarta - Pesawat R80 akan mulai dikembangkan oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI) tahun depan. Hal ini seiring sudah masuknya pesawat R80 ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) melalui Perpres Nomor 58 Tahun 2017 tentang Proyek Strategis Nasional.

"Kita bicara purwarupa Insya Allah tahun depan, bukan serial. Purwarupa itu prototipe," kata Komisaris RAI Ilham Habibie di Perpustakaan Habibie Ainun, Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (2/8/2017).

Pengembangan prototipe pesawat R80 membutuhkan dana investasi sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,3 triliun. "US$ 1 miliar pengembangan menuju prototipe," tutur Ilham.

Jika pengembangan prototipe pesawat R80 dimulai tahun depan, maka diperkirakan selesai di 2021 mendatang. Selanjutnya, pesawat R80 masih perlu dilakukan uji terbang yang memakan waktu 1-2 tahun, sehingga bisa diproduksi massal di 2023 mendatang.

"Kalau mulai tahun depan, selesai purwarupa 2021 dan setelah itu masih ada uji terbang masih makan waktu 1-2 tahun. Paling cepat di pasar 2023," kata Ilham.


Ilham menambahkan, dalam pengembangan pesawat R80 akan menggandeng BUMN, yaitu PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

"Kalau PTDI mitra kami, saat ini belum secara tertulis. Tapi ada keinginan kami bermitra dengan PTDI.            






Credit  finance.detik.com




Jumat, 21 April 2017

Tahap Awal, Pesawat R80 Diproduksi 4 Unit



Tahap Awal, Pesawat R80 Diproduksi 4 Unit
Foto: detikINET - Rachmatunnisa


Jakarta - Pesawat R80 sesaat lagi memasuki tahap produksi. Produksi pesawat R80 menunggu diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) sebagai payung hukum.

Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI) Ilham Habibie menyebutkan, dalam tahap awal akan diproduksi sebanyak 4 unit. Sebanyak 4 pesawatcini nantinya yang diterbangkan sebanyak 2 unit, dan 2 unit lainnya untuk dilakukan uji struktur pesawat.

"Saya kira 2 terbang dan 2 tidak terbang. Karena desain pesawat kan ada pengujian struktur ditekuk sayap dan sebagainya," uhar Ilham di TPS 05 Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (19/4/2017).

Bahkan, lanjut Ilham, produksi prototipe pesawat memungkinkan untuk dibuat lebih dari 4 unit. Sehingga mempercepat proses uji kelaikan pesawat sebelum diterbitkan sertifikat.

"Bahkan biasanya lebih kalau kita mau mempercepat, khususnya untuk terbang. Jadi ada semacam program memang diharuskan oleh otoritas kita harus terbang ini, terbang itu, kalau kita punya 3 bukan 2 kan lebih cepat, karena di uji secara paralel ada biaya tambahan dan percepatan," tutup Ilham.




Credit  finance.detik.com


Bikin Pesawat R80, Ilham Habibie Masih Tunggu Perpres untuk Tarik Investor


Bikin Pesawat R80, Ilham Habibie Masih Tunggu Perpres untuk Tarik Investor
  Foto: Ardan Adhi Chandra-detikFinance



Jakarta - Pesawat R80 resmi masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Pembuatan pesawat R80 sampai saat ini masih menunggu payung hukum berupa Peraturan Presiden (Perpres).

Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI), Ilham Habibie mengungkapkan, bahwa dengan adanya Perpres, investor memiliki kepastian untuk menginvestasikan dananya dalam pembuatan pesawat R80.

"Biarpun sudah bicara banyak pihak, tapi akhirnya harus dapat itu (Perpres) dulu. Buat kami itu penting karena dengan itu investor pihak ketiga baik dalam dan luar negeri menjadi yakin proyek itu didukung oleh pemerintah dan dinyatakan sebagai PSN," kata Ilham di TPS 05 Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (19/4/2017).

Ilham mengungkapkan bahwa kebutuhan biaya untuk pembuatan pesawat R80 adalah US$ 1 miliar. Dana tersebut digunakan untuk pengembangan pesawat R80 sampai uji terbang.

"Kalau menurut saya ini total US$ 1 miliar," ujar Ilham.

Ilham mengaku saat ini sudah ada berrapa investor dalam negeri yang tertarik untuk menggarap pesawat R80. Sedangkan, untuk investor dari luar negeri membutuhkan payung hukum dari pemerintah.

"Ada empat dalam negeri semua, tapi khusus luar negeri mereka perlu adanya pengakuan dari pemerintah. Dia lihat itu sebagai kaya bukti ini adalah satu proyek yang serius," ujar Ilham.




Credit  finance.detik.comr












Jumat, 31 Maret 2017

Pesawat R80 Dirakit dan Diuji Coba di Bandara Kertajati


 Pesawat R80 Dirakit dan Diuji Coba di Bandara Kertajati

Foto: Ardan Adhi Chandra/detikFinance



Jakarta - Pesawat R80 buatan PT Regio Aviasi Industri (RAI) akan diselesaikan perakitannya di kawasan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati. Beberapa komponen pesawat untuk R80 pun dipasok dari BUMN dirgantara, yaitu PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

Hal ini disampaikan oleh Komisaris RAI Ilham Habibie di Perpustakaan Habibie, Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (30/3/2017).

"Kita punya rencana buat perakitan finalnya di airport baru Jawa Barat Kertajati. Semuanya akan dirakit menjadi utuh di Kertajati " tutur Ilham.

Perakitan final di Kertajati dilakukan untuk mempermudah pesawat saat melakukan uji terbang. Sehingga setelah perakitan selesai seutuhnya bisa langsung dilakukan uji coba di tempat yang sama.

"Kalau sudah utuh dicat interior, dipasang, dicoba terbang. Jadi ada uji coba untuk tiap pesawat kemudian diserahkan," kata Ilham.

Sampai saat ini, pembuatan pesawat R80 masih menunggu payung hukum berupa Peraturan Presiden (Perpres). Dengan dikeluarkannya Perpres maka investor bisa mendapatkan kepastian untuk mendanai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).

"Kalau itu sudah jelas investor yang kita hadapi, mereka baru mau tindak lanjut," tutur Ilham.



Credit  finance.detik.com


Bikin R80, Ilham Habibie Gandeng PTDI Siapkan Komponen Pesawat


Jakarta - PT Regio Aviasi Industri (RAI) dalam waktu dekat akan memulai produksi pesawat R80. Pesawat dengan kapasitas penumpang 80 orang ini akan dibuat setelab dikeluarkannya Peraturan Presiden (Perpres) oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menurut Komisaris PT RAI, Ilham Habibie, komponen pesawat untuk pembuatan R80 akan dipasok oleh BUMN dirgantara, yaitu PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Sedangkan untuk mesin pesawat diperkirakan akan dikirim dari Amerika Serikat (AS) atau Inggris.

Sedangkan tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) komponen pesawat R80 diperkirakan mencapai 40%.

"Banyak bagian pesawat dibuat di tempat lain di antaranya di PTDI ada juga di lain tempat. TKDN saya kira 30-40%, tidak mungkin lebih karena banyak komponen tidak dibuat di Indonesia. R80 dari Amerika atau Inggris lah saya enggak boleh sebut," jelas Ilham kepada detikFinance di Perpustakaan Habibie, Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (30/3/2017).

Perakitan pesawat R80 secara utuh akan dilakukan di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati. Semua komponen dan interior pesawat diselesaikan di Kertajati.

"Kita punya rencana buat perakitan finalnya di airport baru Jawa Barat Kertajati. Semuanya akan dirakit menjadi utuh di Kertajati " tutur Ilham.

Perakitan final di Kertajati dilakukan untuk mempermudah pesawat saat melakukan uji terbang. Sehingga setelah perakitan selesai seutuhnya bisa langsung dilakukan uji coba di tempat yang sama.

"Kalau sudah utuh dicat interior, dipasang, dicoba terbang. Jadi ada uji coba untuk tiap pesawat kemudian diserahkan," kata Ilham.


Credit  finance.detik.com

Ilham Habibie: Produksi R80 Masih Tunggu Perpres



Jakarta - Pesawat R80 resmi masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) beberapa waktu lalu. Pesawat ini akan diproduksi oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI) yang dipimpin oleh putra Presiden ke-3 Indonesia B. J. Habibie, yaitu Ilham Akbar Habibie.

Menjabat sebagai Komisaris RAI, Ilham Habibie mengatakan bahwa pembuatan pesawat R80 masih menunggu diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) tentang PSN 2017. Sehingga ada kepastian hukum sebagai landasan dimulainya proyek ini.

"Masih dalam proses untuk buat R80 secara tertulis diakui sebagai Proyek Strategis Naisonal atau PSN. Memang secara lisan hal itu sudah disampaikan tapi kita menunggu Perpresnya," jelas Ilham kepada detikFinance di Perpustakaan Habibie, Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (30/3/2017).

Penerbitan Perpres terkait PSN juga bisa membuat investor yakin menggelontorkan dananya dalam produksi pesawat R80.

Ilham menambahkan, saat ini sudah ada banyak investor baik dalam dan luar negeri yang tertarik untuk ikut terlibat dalam produksi pesawat R80. Namun, mereka juga masih menunggu payung hukum berupa Perpres.

"Banyak, cuma perlu adanya kejelasan dari pemerintah. Kalau itu sudah jelas investor yang kita hadapi mereka baru mau tindak lanjut," tutur Ilham.

"Ada komitmennya yang sudah investor. Dia sudah tindak lanjut komitmennya tapi masih perlu lebih untuk ini," tutup Ilham.




Credit  finance.detik.com/industri