Tampilkan postingan dengan label SERBIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SERBIA. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Maret 2019

Bantai 8.000 Muslim, Panglima Perang Serbia Bosnia Dibui Seumur Hidup



Bantai 8.000 Muslim, Panglima Perang Serbia Bosnia Dibui Seumur Hidup
Mantan panglima perang Serbia Bosnia, Radovan Karadzic. Foto/REUTERS


DEN HAAG - Pengadilan Tribunal PBB di Den Haag menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup terhadap panglima perang Serbia Bosnia, Radovan Karadzic, 73. Dia dianggap bertanggung jawab atas pembantaian sekitar 8.000 pria dan anak-anak Muslim oleh pasukan Serbia Bosnia yang dikenal sebagai pembantaian Srebrenica Juli 1995.

Putusan pengadilan di Den Haag itu merupakan putusan banding yang diajukan Karadzic atas putusan sidang tahun 2016. Putusan pengadilan tahun 2016 menjatuhkan hukuman 40 tahun penjara.

Dalam putusannya hari Rabu, yang dilansir Daily Mirror, Kamis (21/3/2019), hakim PBB menilai vonis 40 tahun penjara terlalu ringan atas kejahatan genosida.

Karadzic dinyatakan bersalah memimpin kampanye pembersihan etnis yang mengusir orang-orang Kroasia dan Muslim keluar dari wilayah-wilayah yang diklaim Serbia di Bosnia.

Karadzic telah menghindari pengadilan selama satu dekade dengan berpura-pura menjadi tabib. Panel yang terdiri dari lima hakim kompak memutuskan bahwa hukuman untuk panglima perang Serbia Bosnia itu meningkat.

Ada sorakan di dalam ruang sidang saat putusan diumumkan. Karadzic sekarang tidak memiliki sarana banding lebih lanjut.

Meski dianggap hakim sebagai penjahat perang, Kardzic masih dipandang sebagai pahlawan oleh banyak orang Serbia Bosnia.

Dalam persembunyiannya selama hampir satu dekade, dia menyamar sebagai tabib bernama Dragan Dabic. Karadzic ditangkap dan diserahkan ke pengadilan pada Juli 2008.

Pada tahun 2017 "Jagal dari Bosnia" Ratko Mladic, 74, atau komandan perang Karadzic juga dinyatakan bersalah atas genosida. Mantan Jenderal Serbia Bosnia itu dinyatakan bersalah karena memerintahkan pembantaian 8.000 pria dan anak lelaki Muslim di Srebrenica, di Bosnia dan Herzegovina modern. 

Mladic juga didakwa melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan atas pengepungan Sarajevo, di mana 11.000 warga sipil tewas akibat penembakan.



Credit  sindonews.com



Sabtu, 19 Januari 2019

Serbia-Rusia Teken Kerjasama Pengembangan Nuklir


Perusahaan energi atom Rusia, Rosatom menuturkan Rusia dan Serbia telah menandatangani dokumen kerja sama strategis untuk penggunaan energi nuklir secara damai. Foto/Istimewa



MOSKOW - Perusahaan energi atom negara Rusia, Rosatom menuturkan Rusia dan Serbia telah menandatangani dokumen kerja sama strategis untuk penggunaan energi nuklir secara damai.

Dalam sebuah pernyataan, Rosatom menuturkan perjanjian tersebut yang ditandangai oleh Direktur Jenderal Rosatom, Alexey Likhachev dan Menteri Teknologi Serbia, Nenad Popovich, dieteken saat Presiden Rusia, Vladimir Putin melakukan kunjungan ke Serbia.


Likhachev dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Jumat (18/1), menuturkan bahwa kerjasama ini termasuk pembangunan pusat sains, teknologi, dan inovasi nuklir.

"Secara khusus, implementasi proyek untuk membangun pusat ilmu nuklir, teknologi dan inovasi tidak hanya akan memberikan dorongan kuat untuk kerja sama bilateral antara Rusia dan Serbia di sejumlah bidang inovatif, termasuk kedokteran, industri dan pertanian, tetapi akan juga berfungsi sebagai platform untuk kerja sama di tingkat seluruh kawasan Eropa Tengah," kata Likhachev.


Dia kemudian, mengatakan perjanjian tersebut juga memungkinkan untuk kerjasama di beberapa bidang, termasuk penciptaan dan peningkatan infrastruktur energi nuklir Serbia, desain, konstruksi dan modernisasi reaktor nuklir penelitian.

Selain itu, kerjasama ini juga mencakup pengembangan aplikasi teknologi radiasi di bidang pertanian dan industri, pendidikan, pelatihan dan pelatihan ulang spesialis untuk industri nuklir, serta pengembangan teknologi kedokteran berbasis nuklir.




Credit Sindonews.com





https://international.sindonews.com/read/1371688/41/serbia-rusia-teken-kerjasama-pengembangan-nuklir-1547818875






Senin, 14 Januari 2019

Protes terhadap Presiden Serbia masuki pekan keenam


Protes terhadap Presiden Serbia masuki pekan keenam
Para pengunjuk rasa turun ke jalan di Beograd pusat, Serbia, 8 Desember 2018, dalam demonstrasi untuk menentang pemerintah. Ribuan orang berpawai secara damai di pusat kota Beograd pada Sabtu untuk menentang pemukulan seorang tokoh oposisi serta kebijakan Presiden Aleksansar Vucic dan partainya yang berkuasa, Partai Progresif Serbia. (REUTERS/Marko Djurica)



Beograd (CB) - Ribuan warga Serbia, Sabtu (12/1), berpawai menentang Presiden Aleksandr Vucic dan Partai Progresif Serbia (SNS) pimpinannya, antara lain untuk menuntut kebebasan media, penghentian serangan terhadap wartawan dan tokoh-tokoh oposisi serta transparasi perjanjian dengan Kosovo.

Para penentang, yang dikumpulkan Aliansi untuk Serbia, meneriakkan "Vucic, pencuri!" dalam pekan keenam gelombang protes tersebut.

Demonstrasi pada Sabtu digelar menjelang kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang dijadwalkan Kamis depan.

Vucic mengatakan keanggotaan di Uni Eropa tetap menjadi tujuan utama Serbia. Pada saat yang sama, ia menjalin hubungan erat dengan Rusia, yang telah sekian lama menjadi sekutu negara Slavia dan Kristen Ortodoks itu, demikian Reuters melaporkan.

Kunjungan Putin dilihat sebagai dorongan popularitas bagi Vucic serta koalisinya yang berkuasa.

Para pendukung Vucic telah berencana menggelar demonstrasi besar-besaran pada Kamis untuk menyambut Putin.


Para penentang di Beograd menuding Vucic sedang merundingan penyelesaian sengketa dengan Kosovo, yang menjadi syarat kunci bagi Serbia untuk dapat bergabung dengan Uni Eropa.

Beograd mendapat dukungan dari Rusia dalam menentang kemerdekaan Kosovo, yang dinyatakan pada 2008, hampir satu dekade setelah perang brutal berlangsung di sana pada 1998-1999.

Kalangan pengunjuk rasa juga menuntut Pemerintah Serbia untuk menemukan pelaku pembunuhan Oliver Ivanovic, seorang politisi terkemuka Serbia Kosovo, setahun lalu. Mereka mengumumkan akan mengadakan pawai di Beograd Rabu pekan depan dalam rangka memperingati kematian Ivanovic.



Pada Desember, Vucic mengatakan ia tidak akan tunduk pada tuntutan oposisi "walaupun ada lima juta orang turun ke jalan". Tapi, ia mengatakan dirinya akan bersedia menggelar pemilihan dini.

Vucic mendapat dukungan dari sekitar 53 persen pemilih. Koalisinya juga menjadi mayoritas dengan menempatkan 160 dan 250 wakil di parlemen.






Credit  antaranews.com





Selasa, 08 Januari 2019

Ribuan orang di Beograd menentang Presiden Serbia



Para pengunjuk rasa turun ke jalan di Beograd pusat, Serbia, 8 Desember 2018, dalam demonstrasi untuk menentang pemerintah. Ribuan orang berpawai secara damai di pusat kota Beograd pada Sabtu untuk menentang pemukulan seorang tokoh oposisi serta kebijakan Presiden Aleksansar Vucic dan partainya yang berkuasa, Partai Progresif Serbia. (REUTERS/Marko Djurica)


Beograd (CB) - Ribuan orang berunjuk rasa dalam udara dingin di pusat Kota Beograd untuk menentang Presiden Aleksandar Vucic dan Partai Progresif Serbia (SNS) yang berkuasa serta menuntut kebebasan media dan penghentian serangan-serangan terhadap wartawan dan tokoh-tokoh oposisi.

Para pemrotes meniup peluit-peluit, mengibarkan spanduk yang bertuliskan "Hentikan Pengkhianatan, Bela Konstitusi dan Dukung Rakyat", dan meneriakkan "Vucic, pencuri!" dalam demonstrasi ke lima dalam beberapa pekan terakhir.

Unjuk-unjuk rasa itu, yang juga berlangsung di Kota Kragujevac, dipicu satu insiden pada November. Saat itu, politisi oposisi Borko Stefanovic dipukuli para penyerang tak dikenal di Kota Krusevac.

Para pendukung Aliansi bagi Serbia, satu kelompok yang beranggota 30 partai oposisi dan organisasi, mengatakan Vucic adalah otokrat dan partainya korup. Para pemimpin SNS membantah tudingan itu.

Para demonstran menuntut lebih banyak liputan kelompok-kelompok oposisi stasiun penyiaran publik dan jaminan investigasi atas serangan-serangan terhadap para wartawan dan politisi oposisi.

Sebelumnya, Vucic menyatakan ia tidak akan tunduk pada tuntutan-tuntutan oposisi bagi reformasi pemilihan dan meningkatkan kebebasan media "bahkan kalau ada 5 juta orang di jalan", tetapi mengatakan ia akan menguji popularitas partainya dalam pemungutan suara nanti.

Kelompok-kelompok oposisi telah mengatakan mereka akan memboikot pemilihan.

Menurut jajak pendapat yang dilakukan pemantau pemilihan CESID yang berkantor di Beograd pada Oktober, SNS memiliki dukungan 53,3 persen, jauh di atas dukungan yang diraih partai-partai lain.

Jika partai-partai oposisi membentuk aliansi, mereka dapat meraih sekitar 15 persen suara, menurut  survei itu.

Koalisi yang berkuasa dan dipimpin SNS memiliki 160 dari 250 kursi di parlemen. Pemungutan suara mendatang dijadwalkan berlangsung tahun 2020.

Credit AntaraNews



https://m.antaranews.com/berita/784432/ribuan-orang-di-beograd-menentang-presiden-serbia




Jumat, 14 Desember 2018

Sejarah Hari Ini: Perang Balkan Diakhiri



Makam para korban perang Bosnia antara tahun 1992-1995 di dekat kota Srebrenica
Makam para korban perang Bosnia antara tahun 1992-1995 di dekat kota Srebrenica
Foto: Reuters
Tiga pemimpin Bosnia, Serbia dan Krosia tanda tangani kesepakatan Dayton.




CB,  Pada 14 Desember 1995, para pemimpin Bosnia, Serbia, dan Kroasia menandatangani Kesepakatan Dayton di Paris untuk mengakhiri perang di Balkan yang telah berlangsung selama tiga setengah tahun.


Ketiga pemimpin itu menandatangani kesepakatan yang disaksikan oleh sejumlah kepala negara Eropa, dan dihadiri sedikitnya 50 pemimpin dunia dan pemimpin organisasi internasional.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, Bosnia dipertahankan sebagai satu negara tetapi dibagi menjadi dua bagian. Negara itu akan terdiri dari federasi Muslim-Kroasia yang mewakili 51 persen wilayah dan Republik Serbia yang memegang 49 persen sisanya.
Sarajevo akan menjadi kota yang bersatu dengan Serbia, bersama dengan beberapa wilayah pinggiran kota yang dikuasai Serbia. Sementara daerah kantong aman Gorazde akan tetap berada di bawah kontrol Muslim, tetapi akan dihubungkan oleh koridor darat ke Sarajevo.

Pemimpin Serbia, Slobodan Milosevic, mengatakan negaranya telah dikucilkan terlalu lama. Sementara pemimpin Kroasia, Franjo Tudjman, berbicara tentang tujuannya untuk menjalin hubungan yang lebih erat antara warganya dengan Uni Eropa.


Di sisi lain, pemimpin Bosnia, Alija Izetbegovic menyampaikan impiannya akan sebuah negara Bosnia yang multi-etnis.

Keberhasilan mempertahankan perjanjian damai itu akan menentukan bantuan bagi negara yang dilanda perang tersebut. Sedikitnya 200 ribu orang tewas dalam konflik paling berdarah di Eropa sejak Perang Dunia II.

Beberapa juta orang telah kehilangan tempat tinggal, sebagian merupakan hasil dari operasi pembersihan etnis. Banyak pengungsi lainnya melarikan diri dari negara itu karena tidak mau terjebak dalam pertempuran.

Presiden AS saat itu, Bill Clinton, mengatakan perdamaian seluruhnya diserahkan kepada ketiga pemimpin dan rakyat mereka. "Tidak seorang pun di luar dapat menjamin bahwa Muslim, Kroasia, dan Serbia di Bosnia dapat bersatu dan tetap bersama sebagai warga negara bebas di negara kesatuan itu. Hanya mereka sendiri yang bisa menentukannya," kata Presiden Clinton.

Meskipun Kesepakatan Dayton secara resmi mengakhiri konflik, ketegangan tetap ada di antara tiga negara Balkan tersebut. Namun segalanya membaik ketika lanskap politik di wilayah itu berubah.

Alija Izetbegovic mengundurkan diri pada 2001. Slobodan Milosevic diadili di Den Hag setahun kemudian karena tuduhan kekejaman di Balkan selama 10 tahun. Sedangkan Franjo Tudjman meninggal dunia pada 1999.

Para pemimpin pemerintahan baru negara-negara itu lebih moderat. Mereka bertemu untuk pertama kalinya pada 2002, sejak pendahulu mereka menandatangani perjanjian damai.

Banyak masalah perang yang masih terus berlanjut, salah satunya adalah nasib sekitar 1,5 juta pengungsi dan orang-orang yang terlantar. Pasukan penjaga perdamaian Uni Eropa menggantikan NATO pada Desember 2004.

Statistik resmi yang dirilis pada 2005 mengungkapkan jumlah korban tewas dalam perang Bosnia lebih rendah daripada yang diperkirakan. Sebuah laporan sementara mengatakan jumlah korban tewas mungkin mendekati 100 ribu jiwa.


Credit  republika.co.id



Senin, 10 Desember 2018

Ribuan orang di Beograd protes serangan terhadap politisi oposisi


Ribuan orang di Beograd protes serangan terhadap politisi oposisi
Benteng Kalemegdan di Beograd, Serbia. Di sinilah program promosi budaya Indonesia digelar Kedutaan Besar Indonesia di Begodrad. Benteng yang berdiri sejak masa kekuasaan Turki itu terletak di tepi Sungai Danube dan Sava. (belgradeconsierge.com)




Beograd (CB) - Ribuan orang berunjuk rasa dengan damai di pusat kota Beograd pada Sabtu untuk memprotes serangan terhadap seorang politikus oposisi serta menuntut perubahan-perubahan kebijakan Presiden Aleksandar Vucic dan partai Progresif Serbia --yang berkuasa.

Dengan slogan "Hentikan kemeja berdarah," para pengunjuk rasa berteriak-teriak sementara mereka bergerak melalui pusat kota dan mengutuk serangan terhadap Borko Stefanovic, pemimpin partai kecil Kiri Serbia.

Stefanovic diserang sekelompok pria berpakaian hitam pada 23 November di Kruevac, kota di bagian selatan Serbia, dan menderita luka-luka setelah dipukuli dengan tongkat besi.

Vucic mengatakan para penyerang Stefanovic ditangkap beberapa saat setelah penyerangan, tetapi tokoh-tokoh oposisi mengatakan partainya terlibat -- tudingan yang dibantah keras para pemimpin Progresif.

"Kita harus melawan dengan teriakan terhadap rezim yang menjijikkan dan licin," kata Branislav Trifunovic, seorang aktor dan pemimpin protes, kepada kerumunan massa.

Para aktivis oposisi mengatakan Vucic seorang otokrat dan menyebut Partai Progresif Serbia korup.

Peringkat Vucic telah turun sejak ia meraih suara mayoritas dalam pemilihan presiden tahun 2016, tetapi ia masih tetap sebagai pemimpin politik paling populer dan koalisinya yang berkuasa memiliki suara mayoritas dengan menguasai 160 dari 250 kursi di parlemen.

"Korupsi, kekerasan, pengekangan kebebasan pers, mereka (partai Progresif) melakukan semuanya itu dan Vucic adalah rajanya," Radovan Peric, 49 tahun, seorang mekanik dari Beograd.

Unjuk rasa pada Sabtu diserukan mantan Walikota Beograd Dragan Djilas, pemimpin Aliansi Serbia -- kelompok heterogen beranggota 30 partai, yang melukiskan demonstrasi itu sebagai perlawanan warga negara terhadap pemerintahan otoriter.

Protes-protes oposisi relatif jarang dilakukan di Serbia sejak pergolakan rakyat yang menggulingkan orang kuat Slobodan Milosevic tahun 2000. Vucic, tokoh nasionalis dalam kejatuhan bekas Yugoslavia tahun 1990-an, kemudian menganut nilai-nilai Eropa dan menetapkan keanggotaan Serbia di Uni Eropa sebagai tujuan strategis negaranya. Dia juga memelihara hubungan erat dengan Rusia dan China.



Credit  antaranews.com



Selasa, 24 April 2018

Eks Pemimpin Serbia Banding di Pengadilan Kejahatan Perang


Radovan Karadzic
Radovan Karadzic
Foto: Telegraph


Eks pemimpin Serbia Radovan Karadzic divonis hukuman penjara 40 tahun



CB, DENHAAG -- Mantan pemimpin Serbia Bosnia Radovan Karadzic akan masuk ke ruang sidang lagi pada Senin (23/4). Dalam persidangan kali ini ia melawan vonis atas tuduhan pemunahan dan hukuman penjara 40 tahun di hadapan hakim banding Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Karadzic dijatuhi hukuman pada 2016 karena beberapa kejahatan perang terburuk ketika Yugoslavia pecah, termasuk pembantaian Srebrenica pada 1995.

Kini, pada usianya ke-72 tahun, Karadzic dinyatakan bersalah atas 10 tuduhan pemunahan, kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam gerakan keji pembersihan suku di Bosnia, yang ia awasi sebagai presiden Republik Serbia Bosnia, yang memisahkan diri.

Dia mengajukan 50 alasan banding dalam upaya membatalkan vonis dan hukumannya itu. Ia juga bertindak sebagai pengacaranya, dengan bantuan penasihat hukum, dan meminta seluruh putusan dibalik dan memerintahkan "pengadilan baru dan adil".

Vonisnya ditangani oleh para hakim Amerika Serikat di Pengadilan Pidana Internasional untuk bekas Yugoslavia (ICTY), yang mengatakan dia "di puncak kekuasaan" hirarki militer dan politik Serbia Bosnia ketika kekejaman dilakukan oleh pasukannya.

Itu adalah putusan besar terakhir di ICTY, yang ditutup pada akhir 2017. Sidang banding selama dua hari akan diadakan di Mekanisme Residual Internasional untuk Pengadilan Pidana (MICT), yang menangani kasus-kasus kejahatan perang PBB yang luar biasa untuk Balkan dan Rwanda.

Setelah Karadzic mengajukan banding pada hari Senin, jaksa akan berbicara pada hari Selasa. Putusan diharapkan didapatkan pada akhir tahun. Jaksa akan mengajukan banding atas pembebasan Karadzic pada hitungan kedua genosida di berbagai kota di Bosnia selama perang tahun 1990-an. Mereka mengejar penjatuhan hukuman seumur hidup.

Dalam putusan mereka, hakim mengatakan pengepungan 44 bulan terhadap Sarajevo tidak mungkin terjadi tanpa Karadzic; bahwa ia melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam upaya membersihkan Muslim dan Kroasia dari berbagai belahan Bosnia; serta bahwa dia bermaksud menyingkirkan laki-laki Muslim Bosnia di kota Srebrenica.





Credit  republika.co.id





Kamis, 23 November 2017

Warga Serbia Diminta Move On dari Kenangan Perang Balkan


Perdana Menteri Serbia, Aleksandar Vucic
Perdana Menteri Serbia, Aleksandar Vucic


CB,BEOGRAD -- Presiden Serbia, Aleksandar Vucic, meminta warganya melupakan kenangan pahit konflik yang pernah terjadi di Semenanjung Balkan pada dua dekade lalu. Pada Rabu (22/11), pemimpin tentara Serbia-Bosnia selama Perang Bosnia, Ratko Mladic, dijatuhi hukuman seumur hidup karena terbukti terlibat dalam pembersihan etnis saat perang tersebut.

Pengadilan Pidana Internasional untuk bekas Yugoslavia (ICTY) di Den Haag, Belanda, memutuskan bahwa Mladic harus menghabiskan sisa hidupnya di penjara. Mladic juga didakwa atas lebih dari 10 tuduhan termasuk kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama perang antar-etnis di Semenanjung Balkan pada 1990-an.

"Kita harus mulai melihat ke masa depan, memikirkan anak-anak kita, perdamaian, stabilitas di wilayah ini," kata Vucic, sebagaimana dilansir dari SBS, Kamis (23/11).

Vucic juga ingin memastikan bahwa perang saudara tidak akan terjadi lagi di wilayah Balkan. "Ada kebutuhan untuk merevitalisasi pabrik, membangun bangunan, dan bukannya mengungkap kembali air mata masa lalu," lanjut dia.

Vucic sebelumnya pernah menjadi bagian dari kelompok ultranasionalis dan sekutu dekat orang Presiden Serbia sebelumnya, Slobodan Milosevic. Seperti diketahui, Milosevic juga menghadapi tuduhan kejahatan perang ketika dia meninggal dalam tahanan pada tahun 2006. Kini, Vucic telah menjadi bagian pro-Eropa yang gigih dan berharap dapat membawa Serbia masuk ke dalam Uni Eropa.




Credit  REPUBLIKA.CO.ID





Jumat, 08 September 2017

Forensik Selidiki Jurang Lokasi Pembantaian Muslim Bosnia


Forensik Selidiki Jurang Lokasi Pembantaian Muslim Bosnia 
Jasad-jasad korban perang Bosnia-Serbia pada dekade 1990an. Foto diambil pada 17 Februari 1993 di dekat Sarajevo. (AFP PHOTO / GABRIEL BOUYS)



Jakarta, CB -- Tim pakar forensik melakukan penyelidikan atas sebuah jurang di Bosnia tengah untuk mencari jasad muslim Bosnia dan Kroasia yang dibantai pasukan Serbia pada awal perang 1992-1995, Kamis (7/9).

Seperti dikutip dari Reuters, penyelidikan itu dimulai beberapa jam setelah pengadilan perang Bosnia memerintahkan penggalian di Gunung Vlasic yang disebut sebagai tempat sekitar 160-220 tawanan perang ditembak mati pada 21 Agustus 1992.

 
Pada Agustus 1992 silam disebutkan para tawanan perang itu bakal dilepas dari pusat penahanan di dekat kota Prijedor. Namun, di tengah jalan mereka diturunkan dari bus dan dibariskan di tepi jurang untuk kemudian ditembaki. Dari ratusan tawanan perang tersebut, hanya sedikit yang selamat dari aksi yang kemudian disebut sebagai Pembantaian Tebing Koricani.

Pembantaian itu merupakan bagian dari pembersihan etnis Bosnia muslim dan Kroasia.

Koordinator wilayah Komisi untuk Orang-orang Hilang, Amor Masovic menduga lokasi jurang yang tengah diselidiki in isebagai pemakaman massal kedua yang dibuat untuk menyembunyikan kejahatan perang.

Sebelas mantan polisi Bosnia-Serbia sudah dijatuhi vonis oleh pengadilan kejahatan perang bentukan PBB yang berbasis di Den Haag, Belanda dan di Bosnia.

 
Mengutip dari kantor berita AFP, pada awal pekan ini, jaksa Serbia menyatakan telah menjatuhi hukuman kepada lima orang yang menyiksa dan membunuh 20 sipil, sebagian besar muslim Serbia, selama perang dengan negara tetangga, Bosnia.

Mereka yang bagian dari paramiliter Serbia itu dijatuhi hukuman akibat tindakan pada 27 Februari 1993. Saat itu mereka menghentikan kereta di perbatasan desa Strpci serta menarik 20 penumpang—yang sebagian besar muslim. Para tahanan itu dibawa ke Visegrad, disiksa, dan dibunuh. Jasadnya disebut dibuang di sungai Drina.

Perang Bosnia yang berlangsung kurun waktu 1992-1995 telah menewaskan hingga 100 ribu orang, 






Credit  cnnindonesia.com