Tampilkan postingan dengan label SOSIAL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SOSIAL. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 Agustus 2016

Film Jihad Selfie, Mengungkap Alasan 'Remeh' WNI Gabung ISIS

 
Film Jihad Selfie, Mengungkap Alasan 'Remeh' WNI Gabung ISIS  
Film dokumenter "Jihad Selfie" mengungkapkan alasan para pemuda Indonesia bergabung dengan ISIS. Alasannya sangat sederhana, jauh dari kata ideologis. (CNN Indonesia/Hanna Azarya Samosir)
 
Jakarta, CB -- Alasan Teuku Akbar Maulana, pelajar Indonesia di Turki, ingin bergabung dengan ISIS sederhana saja, bahkan terdengar remeh.

"Saya lihat teman saya ikut ISIS, berfoto pakai AK-47, kok macho sekali? Banyak yang like itu fotonya di Facebook, dikomentari ukhti-ukhti. Saya tertarik ikut," ujar Akbar saat ditemui di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Senin (22/8).

Berusia 16 tahun dan tinggal jauh dari rumah, remaja asal Aceh ini mencari jati dirinya dengan menyelami dunia internet. Layaknya pemuda masa kini, sosial media merupakan jendela dunia yang mungkin dapat menjadi segalanya bagi hidup remaja.

Meskipun beruntung bisa mendapatkan beasiswa untuk belajar di Turki, Akbar yang memiliki otak cemerlang merasa bosan dengan kehidupannya.

"Saya galau karena pelajaran terlalu mudah, itu-itu saja. Saya merasa hampa. Lalu saya ingat pelajaran waktu SMP, dibilang bahwa hiduplah mulia atau mati syahid. Nanti bisa dapat surga dikelilingi 72 bidadari," tutur Akbar.

Berangkat dari pemikiran itu, sampailah Akbar ke khayalan impian ketika membuka akun media sosial salah satu temannya yang sudah menjadi militan ISIS.

"Saya juga ingin terlihat maskulin. Di video-video ISIS itu banyak dibilang bahwa ini tanah lelaki. Seakan kalau kita tidak di sana, berarti kita bukan lelaki. Saya pikir, keren juga. Saya semakin ingin membantu jihad," kata Akbar.

Satu sore di tahun 2014, Akbar bertemu dengan seorang pengamat asal Indonesia di sebuah kedai kebab. Noor Huda Ismail namanya. Ia sedang bertandang ke Turki untuk melanjutkan penelitiannya mengenai pola baru perekrutan militan kelompok teror melalui jejaring sosial.

"Saya sempat cerita, saya mau pergi jihad dan ada teman sudah mau bantu. Saya sampai dikasih 100 Lyra sama dia untuk pergi, tapi setelah ngobrol dua hari, saya sadar dan saya batalkan perjalanan itu," kata Akbar.

Akbar pun semakin mantap untuk mengurungkan niatnya karena ia berpikir, banyak misinterpretasi ayat-ayat Al-Quran yang diyakini oleh teman-temannya.

 
Teuku Akbar Maulana dalam pemutaran film Jihad Selfie. (CNN Indonesia/Hanna Azarya Samosir)
Huda, seorang pengamat terorisme yang tengah menempuh studi studi PhD di Monash University, Australia, menyadari ada kejanggalan dalam motivasi Akbar untuk ikut bertempur bersama ISIS. Hal ini menginspirasi Huda untuk menggarap film dokumenter bertajuk Jihad Selfie.

"Kalau didengar alasannya, itu di mana letak ideologisnya? Tidak ada. Semuanya karena galau anak-anak alay yang masalahnya itu karena sosial media, banyak like atau tidak. Itu kan masalah anak zaman sekarang," ucap Huda.

Aspek maskulinitas

Huda pun mengamini adanya aspek maskulinitas dalam problematika masyarakat, terutama remaja pria, di Indonesia. Bahayanya, masalah ini dapat membawa para remaja terjerembab dalam liang terorisme.

Merujuk pada data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, ada 500 WNI yang kini sudah hijrah ke Suriah dan Irak untuk bertempur dengan ISIS. Di antara 500 orang tersebut, Huda menceritakan Wildan, Yazid, dan Fauzan, tiga remaja yang tewas dalam medan perang ISIS di Irak dan Suriah.

Menurut Huda, Wildan menjadi pengebom bunuh diri karena ada masalah di keluarganya. Ayahnya melakukan poligami.

Sementara itu, Yazid tidak dekat dengan ayahnya. Bapak dari Yazid merupakan anggota angkatan bersenjata sehingga hubungan dengan anaknya sangat kaku.

Begitu pula dengan Fauzan yang tidak terlalu mengenal sosok ayahnya karena sudah meninggal dunia sejak lama.

"Mereka punya passion untuk terlihat heroik. Mereka tidak ingin di-bully terus-terusan. Ada gelora untuk tidak dianggap perempuan, tidak macho. Ingin dilihat maskulin," kata Huda.

Geopolitik memakan korban

Dari pengalamannya menggarap film berdurasi 49 menit ini, Huda menarik kesimpulan bahwa terorisme ini sebenarnya adalah permainan geopolitik yang memakan korban nyata.

"Kasusnya di Suriah, tapi Turki punya kepentingan. Begitu pula Rusia, China, AS, dan Arab Saudi. Banyak orang yang kembali dari sana, cerita ke saya bahwa senjata mereka buatan China, semua amir mereka dari Saudi punya uang dolar banyak. Terorisme itu sebenarnya permaianan geopolitik, tapi korbannya anak-anak alay seperti ini yang matinya beneran," ujar pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian ini.

Kini, kata Huda, tantangannya bagi pemerintah adalah untuk mencari cara yang modern guna menggaet perhatian anak-anak muda agar tidak terpengaruh dengan propaganda kelompok teror di internet.

"Gunakan digital literacy. Seperti saya ini contohnya, buat film agar menarik perhatian. Jika dilihat itu saya bikin cut to cut-nya cepat supaya anak muda tidak cepat bosan. Harus cari cara untuk mendapatkan perhatian mereka bahwa mereka tidak perlu seperti itu," katanya.

Film Jihad Selfie digarap pada Maret 2015 hingga Mei 2016 dengan berbagai lokasi, seperti Melbourne, Istanbul, Kayseri, Kairo, Bali dan Jakarta. Film ini akan diputar di berbagai universitas, LSM, lembaga pemerintah dan penjara di seluruh Indonesia. Pemutaran film akan diikuti dengan diskusi seputar radikalisme di Indonesia.




Credit  CNN Indonesia



Selasa, 26 Juli 2016

Nasib Kaum Tak Berkasta di India

Solider pada nasib temannya, 30 orang kaum Dalit mencoba bunuh diri.
Nasib Kaum Tak Berkasta di India
Mengintip kehidupan sehari-hari di India (REUTERS/Anindito Mukherjee )
CB – Lebih dari 30 Dalit atau kaum tak berkasta di Gujarat, India barat, melakukan percobaan bunuh diri. Mereka melakukannya untuk memprotes aksi pemukulan terhadap empat orang rekan yang senasib dengan mereka.
Upaya bunuh diri massal itu terjadi setelah sebuah video yang beredar luas menunjukkan terdapat empat orang Dalit, yang diyakini bekerja sebagai penyamak kulit, tengah ditelanjangi dan dipukuli dengan tongkat. Mereka diduga dianiaya oleh anggota kelompok Hindu beraliran keras, di Kota Una, Gujarat. Video itu lantas beredar secara viral dan memicu protes besar-besaran dari kelompok Dalit.
Sekelompok Dalit tersebut diserang lantaran berusaha untuk menguliti sapi yang telah mati. Banyak orang Hindu menganggap sapi sebagai hewan suci dan pembantaian hewan tersebut dilarang di berbagai negara bagian India.
Jagdeesh Bhai, salah satu pekerja harian dari kaum Dalit ini mengaku mencoba bunuh diri dengan mengonsumsi asam. "Saya melakukannya untuk kaum Dalit. Kami menginginkan keadilan. Saya melakukannya untuk mengubah situasi yang ada," katanya, dilansir dari BBC, Selasa, 26 Juli 2016.
Menurut Bhai, jika tidak bereaksi, mereka yang berkasta tinggi akan semakin menindas Dalit.
Sementara itu, hal senada diungkapkan Kishorebhai Solanki yang mengonsumsi racun untuk mengakhiri hidupnya. Menurut dia, penganiayaan ini sering terjadi di India, namun banyak yang tidak peduli dan mengabaikan hal ini.
"Video itu membuat saya marah dan merasa perlu melakukan sesuatu untuk masyarakat. Para pelaku penganiayaan itu harus dipenjara setidaknya selama 15 tahun untuk menanggung perbuatan mereka," ujarnya.
Aksi 30 orang ini berhasil digagalkan. Nyawa mereka tertolong. Namun, mereka mengaku tak akan menghentikan aksinya hingga orang-orang berhenti merendahkan dan menghina mereka.
Kaum Dalit adalah kaum terendah dalam status sosial di India. Mereka berada di luar sistem Kasta, dan dianggap sebagai orang buangan. Jumlah mereka mencapai 165 juta orang, atau sekitar satu per enam dari total populasi penduduk India.
Mereka yang termasuk kaum Dalit adalah mereka yang bekerja dalam sektor paling rendah, seperti pemulung, penyapu jalanan, petugas kebersihan, penyamak kulit, dan tukang sepatu. Kehadiran kaum Dalit seringkali dianggap sebagai kelompok yang tak diinginkan, sehingga keberadaan mereka sering kali tak dianggap.
Kini, kelompok tersebut mulai bersatu. Mereka bersama-sama mulai melakukan berbagai cara agar penghinaan, penistaan, dan diskriminasi terhadap mereka bisa dihilangkan.



Credit  VIVA.co.id









Rabu, 02 September 2015

Heboh! Benarkah Ini Buah Pohon Zaqqum, Makanan bagi Penghuni Neraka?


Heboh! Benarkah Ini Buah Pohon Zaqqum, Makanan bagi Penghuni Neraka?



Nitizen dibuat heboh dan ngeri dengan adanya broadcast "POHON ZAQQUM TERNYATA ADA DI THOIF."
Berikut bunyi pesan itu:
Kota Thaif trletak 80 km dr Makkah.
Kota ini di kelilingi oleh pegunungan yang dingin.
Kini di daerah ini pula tumbuh subur pohon Zaqqum, pohon yang di penuhi duri tajam dan besar.
Dalam Surat Al-Waqi’ah ayat 52, buah pohon ini bakal menjadi bahan makanan penghuni Neraka.
Jika dimakan rasa akan seperti kuningan yang dicairkan bahkan lebih buruk.
Buah tersebut akan membakar wajah beserta organ dalam tubuh mereka.
Istilah Zaqqum digunakn di dalam Al-Qur’an Surat As-Shoffaat 62, 63, 66 & 67, 68.
QS. Surat Al-Isro’ ayat 60, QS. Surat Ad-Dukhon 43, dan QS. Surat al-Waqi’ah ayat 52.
Dalam pesan itu juga ditampilkan foto-foto yang dianggap pohon zaqqum.
Terlihat dari fotonya pohon ini tampak begitu menyeramkan dengan buah dan daun yang menyerupai dengan tengkorak manusia.
Berikut foto-foto yang tersebar:

Terlepas dari benar atau tidaknya kabar itu, rasanya mustahil apabila buah yang berasal dari pohon zaqqum. Sebab, Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

”Seandainya setitik dari zaqqum diteteskan di dunia niscaya akan menghancurkan kehidupan semua penghuninya.
Lalu bagaimana dengan keadaan orang yang menjadikan zaqqum sebagai makanannya?” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Majjah dalam sunannya, kitab Az-Zuhud, bab Shifat An Nar, 8/4325.)
Namun, yang pasti zaqqum adalah pohon di neraka yang buahnya menjadi makanan para penghuni neraka.
Jika dimakan rasanya akan seperti kuningan yang dicairkan bahkan lebih buruk. Buah tersebut akan membakar wajah beserta organ dalam tubuh mereka.
Penghuni neraka akan selalu lapar, mereka akan selalu tergesa-gesa kedasar neraka, untuk memakan apapun yang dapat mereka temukan.
Di dasar neraka ini mereka akan dipaksa memakan buah dari pohon zaqqum, bahkan sebelum disentuh pun, bibir mereka akan terbakar sehingga nampaklah gigi mereka.
Tidak hanya itu, mereka akan menelan duri yang akan merobekkan kerongkongan setelah buah itu ditelan. Sebelum buah itu sampai keperut, buah itu akan membakar dan mengeluarkan isi perut.

Berikut ini ayat-ayat di dalam al-Qur'an yang menceritakan mengenai pohon dan buah zaqqum, di antaranya adalah:
“ (Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum? Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dan dasar neraka yang menyala.
Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan. Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu.
Kemudian sesudah makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. (As-Shafaat 37:62- 67). ”

“ ...dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia",

dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran, dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. (Al Israa 17:60). ”
“ Sesungguhnya pohon zaqqum itu, makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang amat panas. (Ad-Dhukan 44:43-46).
“ Kemudian sesungguhnya kamu hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon zaqqum, dan akan memenuhi perutmu dengannya. (Al Waqi'aah 56:51-53).



Kekeliruan
Merespon posting yang keliru itu pun, Info Herbalis (IH), seperti dilansiri Arrahmah.com, mengupas kebenaran pohon unik tersebut pada Ahad (30/8/2015).
Menurut IH, ternyata pohon yang dianggap zaqqum itu adalah BUNGA SNAPDRAGON.


Bunga Snapdragon (alias Antirrhinum atau naga bunga) dapat ditemukan di banyak kebun dalam rumah tangga dan namanya dari bunga yang menyerupai kepala naga.
Bunga Snapdragon memiliki bentuk unik berupa “mulut naga” yang dapat membuka dan menutup sehingga dianggap dapat “berbicara”.
Namun setelah bunga itu telah mati akan itu meninggalkan sebuah pod benih dengan penampilan mengerikan seperti tengkorak kepala manusia.
Nama Snapdragon (Antirrhinum) berasal dari kosakata dalam bahasa Yunani “anti,” yang berarti seperti, dan “rhin,” yang berarti hidung.
Beberapa tahun yang lalu, orang berpikir tanaman itu memiliki kekuatan mistik dan akan menempatkan mereka di sekitar rumah mereka untuk melindungi rumah dari kutukan dan penyihir.
Para penganut paganisme menganggap, bunga itu adalah simbol dari penipuan, kecurigaan, dan misteri.


Legenda mengatakan bahwa menyembunyikan Snapdragon di pakaian akan membuat seseorang tampak menarik, hangat, dan ramah.
Hari ini tanaman Snapdragon menjadi primadona di kebun sekitar Eropa, Amerika Serikat, dan Afrika Utara, karena, keunikannya yang terlihat seperti kepala naga atau tengkorak.


Credit  tribunnews.com


Senin, 13 Juli 2015

Kisah Rencong, Senjata Legendaris Kesultanan Aceh


 
SERAMBI INDONESIA/NURUL HAYATI Rencong, senjata dan cenderamata Aceh.


BANDA ACEH,CB - Rencong adalah senjata tradisional Aceh. Konon benda tajam berukuran kecil ini sudah dikenal sejak masa kesultanan pada abad ke-17 masehi.

Rencong menggantikan kedudukan pedang karena dinilai keberadaannya tidak mencolok. Pada masa itu budaya ngopi sudah akrab dengan masyarakat, sehingga sultan yang ingin ‘blusukan’ memilih membawa rencong untuk berjaga-jaga.

Kini rencong telah bermetamorfosis dan beralih fungsi menjadi cenderamata. Bagi anda pecinta wisata belanja, maka tidak ada salahnya menambah koleksi bertema etnik.

Terlebih lagi sebilah rencong bukan senjata tajam biasa karena benda ini menyimpan nilai historis. Di Aceh, rencong kerap dijadikan sebagai cenderamata bagi tamu kehormatan.

Benda tajam yang terbuat dari besi atau kuningan bergagang tanduk atau kayu berukir ini juga populer sebagai souvenir khas. Pelancong seringkali menyelipkan rencong ke dalam daftar buruan yang diincar untuk ditenteng sebagai oleh-oleh.

Riwayat rencong

Serambi Indonesia berkesempatan menyambangi ‘dapur’ pembuatan senjata tajam legendaris tersebut di Desa Baet Mesjid, Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Aceh Besar. Daerah itu terkenal sebagai sentra pembuatan rencong kekinian.

Pada zaman Kerajaaan Aceh Darussalam yang berpusat di Kutaraja (sekarang Banda Aceh), para perajin berkumpul di Gampong Pande. Pande bermakna pandai. Dinamai demikian karena di situlah para pandai besi berhimpun.

“Perbedaan rencong zaman dulu hanya mengenal satu model, jadi semuanya sama. Kalau sekarang rencong sudah banyak dikreasi khususnya pada bagian gagang, ada yang menggunakan tanduk kerbau ada juga yang memakai kayu atau kombinasi keduanya. Selain itu motif ukirannya juga lebih kreatif,” ujar Zuhri Hasyim (52), seorang perajin rencong dari Desa Baet Mesjid Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar.

Proses pembuatan

Laki-laki yang sejak umur 16 tahun menggeluti profesinya sebagai perajin, biasa membuat rencong sesuai pesanan. Rata-rata dalam sehari ia menyelesaikan pembuatan sebilah rencong.

Prosesnya dimulai dari mengolah bahan baku berupa besi putih atau besi hitam.
Bahan baku tersebut diambil dari bahan bekas yang sudah tak terpakai atau dibelinya dari penggalas. Besi batangan itu lantas dibelah sesuai kebutuhan. Tahap selanjutnya sekaligus yang paling menentukan adalah proses tempa.
Potongan besi dipanaskan di atas bara, kemudian besi yang telah menyala merah itu ditaruh di atas tatakan lantas dihantam berulang-ulang menggunakan semacam palu berukuran ektra besar. Begitu seterusnya hingga mencapai hasil yang diinginkan.

Sementara proses pembuatan gagang dimulai dari memotong kayu atau tanduk. Keduanya lantas dibuat pola untuk kemudian diukir menggunakan kikir. Tempo dulu ukiran yang diterapkan sebatas motif etnik seperti motif pintu Aceh atau pucuk rebung.

Namun seiring perkembangan zaman, kini perajin lebih berani berkreasi dengan menerapkan aneka motif tumbuh-tumbuhan ataupun hewan. Yang terakhir disebutkan tidak mempunyai makna khusus.

Tahap terakhir atau finishing, gagang yang sudah diukir lantas dihaluskan dengan menggunakan alat khusus. Lalu dimasukkan ke dalam besi yang sudah selesai dibentuk. Jadilah rencong Aceh.

 
SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR ILUSTRASI - Dua penari wanita memperagakan aksi teatrikal sambil memegang rencong untuk melawan penjajah pada pawai budaya di halaman Balai Kota, Banda Aceh, Sabtu (29/1/2011). Pawai budaya yang diikuti ratusan pelajar, pemuda, pegawai negeri sipil, dan masyarakat tersebut dalam rangka mendukung pencanangan program 'Visit Banda Aceh Year 2011'.


Harga dan lokasi

Zuhri melepas karyanya mulai harga Rp 100.000 hingga Rp 120.000 untuk sebilah rencong. Itu kalau membeli langsung ke perajin yang berlokasi sekitar 25 Km dari pusat Kota Banda Aceh. Anda tinggal mengikuti jalan nasional Banda Aceh-Medan dan berbelok ke Desa Baet Mesjid, Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Aceh Besar yang berjarak sekitar 1 Km dari jalan raya.

Untuk menuju kemari anda bisa memilih menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum dengan tujuan Kabupaten Aceh Besar. Jika bepergian dengan menggunakan jasa travel, maka anda tingga meminta untuk memasukkan sentra perajin rencong ke dalam destinasi wisata. Selain Zuhri, di sini terdapat tiga perajin lainnya yang menawarkan karya serupa.

Jika anda tidak berkesempatan menyambangi langsung perajinnya, maka cenderamata itu juga bisa anda dapatkan di toko-toko suvenir di pusat Kota Banda Aceh. Namun tentu dibanderol dengan harga yang lebih tinggi.

Sentra suvenir tersebar di Jalan Sri Ratu Safiatuddin Desa Peunayong Kecamatan Kuta Alam ataupun Jalan Mohd Djam Desa Kampung Baru Kecamatan Baiturrahman atau juga Jalan Tentara Pelajar Desa Merduati Kecamatan Kutaraja.

Tips membeli

Agar tidak berkarat, Zuhri menyarankan membeli rencong yang terbuat dari besi putih. Selain itu jika memesan langsung ke pengrajin, anda bisa order jumlah dan motif serta mendapatkan semacam garansi jika terjadi kerusakan.

Untuk cenderamata tentu lebih menarik kalau dikemas dalam pigura. Anda bisa minta sekalian dibuatkan dengan catatan di luar harga rencong. Bagaimana anda tertarik menenteng oleh-oleh senjata legendaris kesultanan Aceh?



Credit  KOMPAS.com

Rabu, 08 Juli 2015

Kisah Pelawak Eddy Gombloh Habiskan Masa Tua di Kampung Halaman



 
Tribun Jogja/Khaerur Reza Eddy Gombloh (74), pelawak kawakan di era 1980-an, saat ditemui di kediamannya.


YOGYAKARTA, CB — Pasca-masa kejayaannya meredup, Eddy Gombloh (74), pelawak kawakan yang kerap berperan sebagai sosok orang bodoh dalam film Koboy Ngungsi, Benyamin Tukang Ngibul, dan Inem Pelayan Sexy, memilih hidup sederhana di Tempel, Pekem, Sleman, Yogyakarta.

"Tahun 2006, saya pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Saya beli rumah di Pakem, Sleman, ini," ujar Eddy Gombloh, Selasa (7/7/2015).

Pilihannya untuk menghabiskan hari tua di Yogyakarta berawal ketika dia bersama rekan-rekannya memberikan bantuan untuk korban gempa Bantul pada 2006 silam. Ketika melewati daerah Turi, Sleman, Gombloh merasakan suasana yang nyaman dan tenang.

Dia lantas menaruh harapan bahwa suatu saat akan tinggal di daerah itu.

"Ya awalnya pengen, eh beneran dapat rumah di sini. Kesampaian juga tinggal di sini," ucapnya.

Dia mengakui bahwa memang Jakarta menjanjikan harapan untuk mendapatkan uang yang lebih besar bagi dirinya sebagai pemain film. Namun, dia merasa masa kejayaannya sudah redup seiring order main film yang mulai sepi. Dia pun memutuskan untuk menghabiskan masa tuanya di tempat kelahirannya di Yogyakarta.

"Sudah sumpek dan ingin tenang. Ya meski di sana menjanjikan, tapi kan saya sudah tua," ucapnya.

Fotokopi dan salak

Di rumahnya saat ini, pelawak era 80-an ini tinggal bersama istrinya, Murtina Lubalu, dan anaknya, Ayu Adina. Pelawak yang kerap beradu akting dengan aktor legendaris Indonesia, Benyamin Sueb, ini kini menekuni usaha fotokopi dan perkebunan salak.

Menurut Gombloh, dia sudah menyiapkan hari tuanya sejak jauh hari. Dari muda, dia sudah rajin menyisihkan penghasilannya untuk ditabung.

"Tahun 1980, satu episode saya dapat upah Rp 2 juta. Jumlah itu sangat besar kala itu. Sebagian besar saya tabung," katanya.

Bahkan, demi persiapan masa tuanya, lanjut Gombloh, kala banyak orderan main film, dia lebih memilih naik angkot menuju ke lokasi shooting. Dia juga memilih hidup sehat dan sederhana meski kala itu menjadi artis film yang cukup terkenal.

"Saya tidak pernah gengsi. Daripada untuk sesuatu yang tidak berguna seperti rokok dan minuman, (penghasilan) lebih baik ditabung. Banyak teman yang honornya habis semalam untuk minum," tuturnya.

Dari hasil menabung itulah, Gombloh mampu membeli ruko di Jakarta untuk dikontrakkan lalu membeli rumah di Tempel, Sleman, serta membuka usaha fotokopi dan menanam salak.

"Meski penghasilan tidak banyak, jangan sampai (kita) menadahkan tangan," ujarnya.

Untuk artis muda

Pria kelahiran 17 Agustus 1941 ini terkadang miris ketika melihat artis-artis muda hidup berfoya-foya tanpa memikirkan saat-saat kejayaan itu redup. Seharusnya, selagi masih muda dan berada di puncak, penghasilan yang didapat sebagian ditabung sehingga suatu saat bisa membuka usaha ketika tidak main film lagi.

Dia juga sedih ketika menyaksikan teman-temannya yang dulu sukses tetapi kini pada masa tuanya tidak memiliki apa-apa karena tidak mempersiapkanya jauh-jauh hari.

Oleh karena itu, dia berpesan agar artis-artis muda dapat belajar mempersiapkan segala sesuatunya untuk masa tua.

"Jadikanlah kami yang tua ini sebagai contoh. Meski zaman dulu dan sekarang sudah berbeda, pengalaman itu adalah guru," ucapnya.



Credit  KOMPAS.com




Kamis, 11 Juni 2015

Menguak Rahasia Tempat Bercinta Para Raja dan Ratu Kidul

Dengan susah payah dan penuh perjuangan, akhirnya keraton itu berdiri.

Menguak Rahasia Tempat Bercinta Para Raja dan Ratu Kidul
Lukisan Ratu Pantai Selatan. (http://www.youtube.com/all_comments?v=ZSA6T1mgQfs)
 
  CB - Pada 1744, Susuhunan Paku Buwono II mendirikan Keraton Kasunanan sebagai pengganti Keraton Surakarta yang hancur usai peristiwa Geger Pecinan pada 1743.

Keraton terakhir dari Kesultanan Mataram itu, akhirnya didirikan di Desa Sala (Solo), sebuah desa kecil yang berada di dekat pelabuhan di sebelah barat Sungai Bengawan Solo.

Dengan susah payah dan penuh perjuangan, akhirnya keraton itu berdiri dengan gagah. Usai pembangunan itu, atas keinginan seluruh penghuni keraton, nama desa itu diganti dengan nama Surakarta Hadiningrat.

Roda kehidupan mulai bergerak, usai Keraton Kasunanan berdiri. Raja dan rakyat hidup berdampingan dengan damai dan bersahaja.

Waktu terus berlalu, hingga akhirnya sampailah usia keraton itu menginjak 20 tahun. Selama waktu itu, banyak sudah bangunan bagian dari keraton yang didirikan untuk mencukupi kebutuhan berlindung para penghuni keraton.

Pada tahun 1782, atau 1708 dalam kalender Jawa. Sri Susuhunan Paku Buowo III mendirikan mendirikan sebuah bangunan bernama Panggung Sangga Buwana.

Bangunan berbentuk menara itu dibangun di dalam lingkungan kedhaton Keraton Kasunanan Surakarta.

Bentuk bangunan ini cukup unik, pada puncak bangunan Panggung Sangga Buwana yang berbentuk seperti topi bulat terdapat sebuah hiasan seekor naga yang dikendarai manusia yang memegang busur dan anak panah.

Menurut Babad Surakarta, hal itu bukan sekedar hiasan semata, tetapi juga dimaksudkan sebagai sengkalan tahun pendirian.

Sebagai pengingat, tahun pembuata bangunan itu diberi pertanda dengan sengkalan milir bertuliskn "Naga Muluk Tinitihan Janma" yaitu tahun 1708, atau sengkalan milir yang menandakan nama menara tersebut, yaitu "Panggung Luhur Sinangga Buwana" yang juga memiliki makna tahun 1708.


Tempat menyimpan rahasia ramalan kemerdekaan Indonesia

Pada Panggung Sangga Buwana masih didapati sebuah sengkalan milir yang pada zaman penjajahan Belanda dirahasiakan keberadaanya.

Sebab, diketahui sengkalan terakhir ini berupa sebuah ramalan tentang tahun kemerdekaan Indonesia, sehingga jelas akan menimbulkan bahaya apabila diketahui oleh Belanda.

Sengkalan rahasia yang dimaksud adalah terletak pada puncak atas panggung yang telah disinggung, yaitu Naga Muluk Tinitihan Janma. Bentuk dari hiasan tersebut adalah manusia yang naik ular naga tengah beraksi hendak melepaskan anak panah dari busurnya, sedangkan naganya sendiri digambarkan memakai mahkota.

Hal ini merupakan Sabda terselubung dari Sunan PB III. Seorang punjangga keraton Surakarta  bernama Rng.Yosodipuro, mengartikan sengkalan itu ternyata sesuai dengan ramalan tahun kemerdekaan bangsa Indonesia adalah tahun 1945.

Panggung Sanggabuwana memiliki tinggi sekitar 30 meter, dan memiliki empat tingkat. Pada tingkat tiga, menghadap ke utara, terdapat sebuah jam besar yang dapat berbunyi sendiri.

Pada tingkat yang paling atas, digunakan untuk ber meditasi, sesaji, berinteraksi dengan sukma kasarira (Ratu Rara Kidul), dan melihat pemandangan kota sekitarnya.


 Tempat bercinta Raja dengan Ratu Kidul

Selain sebagai tempat menyimpan rahasia ramalan kemerdekaan Indonesia, dari kaca mata mistik kejawen, Panggung Sangga Buwana juga dipercaya sebagai tempat pertemuan raja-raja Surakarta dengan Kanjeng Ratu Rara Kidul.

Hal itu ditandai dengan letak Panggung Sangga Buwana tersebut, persis segaris lurus dengan jalan keluar kota Solo yang menuju ke Wonogiri. Konon, menurut kepercayaan, hal itu memang disengaja, sebab datangnya Ratu Kidul dari arah Selatan.

"Sampai sekarang, Sangga Buana masih difungsikan untuk semedi Raja dan bertemu Ratu Rara Kidul," ujar Purwanto, abdi dalem keraton.

Selain berfungsi sebagai tampat meditasi, panggung Sangga Buwana juga dijadikan sebagai sarana pengontrol keadaan sekitar keraton, mengingat bangunannya yang lebih tinggi dari bangunan sekitar.

Menara ini pernah terbakar pada 19 November 1954, lalu dibangun kembali dan selesai pada tanggal 27 Rabingulawal 1891, atau 30 September 1959.

Sebelum terbakar, bentuk atapnya dinamai tutup saji, yaitu atap yang berbentuk hasta wolu, atau segi delapan. Namun, sekarang bentuknya dibuat seperti payung yang sedang terbuka.




Credit  VIVA.co.id


Kamis, 04 Juni 2015

Kisah Diplomat RI, 8 Tahun Minta Maaf Hindari Hukum Pancung

Keenam warga Banjar itu akhirnya bebas tanpa bayar denda.

Kisah Diplomat RI, 8 Tahun Minta Maaf Hindari Hukum Pancung
Fadhly Ahmad (di tengah dan mengenakan dasi) diplomat RI bersama keluarga korban Pakistan yang dibunuh oleh lima warga Banjar, Kalimantan Selatan tahun 2006 lalu.  (Istimewa)
CB - Fadhly Ahmad tak menyangka harus berhadapan dengan kasus pelik ketika dikirim bertugas di KJRI Jeddah, Arab Saudi. Fadhly diminta membantu proses pengurusan kasus enam warga Banjar, Kalimantan Selatan, yang terlibat kasus pembunuhan seorang warga Pakistan.

Ditemui VIVA.co.id di kantor Kementerian Luar Negeri, kawasan Pejambon, Jakarta Pusat, pada Rabu, 3 Juni 2015, pria kurus itu berkisah pembunuhan tersebut sebenarnya dilakukan oleh lima orang. Satu orang lainnya turut menjadi fasilitator dari aksi sadis tersebut.

"Kasus pembunuhan ini sudah mencuat pada 2006. Sementara, saya baru tiba magang di KJRI Jeddah tahun 2009. Mereka turut melibatkan saya dalam kasus itu, karena mengetahui saya memiliki latar pendidikan Master di Islamic International University di Islamabad," turut Fadhly.

Atasan Fadhly beranggapan jika dia ikut diterjunkan dalam kasus tersebut, maka akan lebih mudah mendekati keluarga Zubair bin Hafizh Ghul yang telah dibunuh oleh lima warga Banjar itu. Pendekatan itu dilakukan, agar mereka bisa memberikan maaf bagi kelima warga Banjar agar terlepas dari hukuman pancung di Arab Saudi.

Diberi kepercayaan yang demikian tinggi, maka Fadhly pun menjalankan amanah tersebut. Tetapi, begitu menjejakkan kaki kali pertama di kediaman Ibu Zubair, wanita tua itu langsung memaki Fadhly.

"Kamu adalah pembela kriminal! Pembela kriminal adalah kriminal juga!" teriak Ibu Zubair, Ghulam Zahrah Hafizh, ketika melihat sosok Fadhly di depan pintu dan menyebut kata "Indonesia".

Respons serupa juga harus diterima Fadhly ketika berkunjung kali kedua ke rumah Zahrah. Bahkan, saat kali keempat berkunjung, responsnya tak jauh berbeda.

Wajar, sebab putra tertua mereka dibunuh dengan cara dipukul beramai-ramai. Lalu, setelah tewas, jasadnya malah disemen oleh kelima pelaku.

Fadhly pun mencoba untuk menyampaikan permintaan maaf dan rasa bela sungkawa dengan cara yang paling sopan, kendati Ghulam tetap memberondong diplomat Indonesia tersebut dengan caci maki. Tidak bisa didekati melalui sang ibu, Fadhly kemudian berkenalan dengan adik korban yang bernama Yunus.

"Orangnya sangat aktif dan komunikatif. Dari dia, saya bisa dekat dengan keluarga. Kami kerap berkomunikasi melalui telepon dan bertandang ke rumahnya," tutur Fadhly.

Dengan keluarga Zahrah, Fadhly mengaku tak pernah membicarakan kasus keenam warga Banjar dan permohonan maaf.

"Yang saya tonjolkan adalah kedekatan budaya antara saya dengan Pakistan karena sebelumnya saya pernah menuntut ilmu di sana. Saya sering mengatakan kepada mereka jika saya kangen masakan Pakistan," kata Fadhly bercerita.

Selain itu, Fadhly dan Yunus memiliki kesamaan gemar menonton pertandingan Al Ittihad, klub sepak bola terbaik di Jeddah. Semuanya dilakukan, agar bisa mendekati keluarga dan memberikan maaf bagi lima warga Banjar tersebut.

Menurut dia, pendekatan yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya tidaklah mudah. Walaupun, pada akhirnya, kedekatan yang dibangun antara Fadhly dengan keluarga korban berhasil menimbulkan rasa percaya.

"Di situ, Yunus mulai bercerita dan mengatakan ibunya tengah sakit. Dia mengatakan biaya yang ada saat ini pas-pasan. Lalu, saya katakan kepada dia agar dirawat di sebuah Rumah Sakit Erfan Bagheto di Jeddah. Jika, mereka telah tiba, saya minta untuk dikabari," ujar Fadhly.

Momentum yang dinanti akhirnya datang. Pada Juni 2012, Fadhly bersama tim KJRI Jeddah menjenguk Zahrah yang tengah dirawat akibat penyakit ginjal yang dia derita. Pada saat tim medis meminta Zahrah untuk dipindah dari kursi roda ke tempat tidur pasien agar bisa dioperasi, dia menerima tawaran Fadhly untuk menggendongnya.

"Ibu korban kemudian mengusap kepala saya sambil mengatakan, 'terima kasih anakku'," tutur Fadhly menirukan kalimat Zahrah.

Setelah kejadian di rumah sakit itu, perlakuan Zahrah kepada Fadhly langsung berubah 180 derajat. Setiap kali Fadhly ingin berkunjung ke rumah keluarga Zubair, Zahrah sangat antusiasi menemuinya. Kemudian, hubungan mereka mulai cair layaknya ibu dengan anak.

Setelah enam tahun berjuang, Ayah korban, kata Fadhly sebenarnya telah memberi maaf pada 2012. Yunus pun juga mengatakan hal serupa.

"Insya Allah, ibu dan ayah saya telah memaafkan," kata Fadhly menirukan kalimat Yunus.

Puncaknya pada Januari 2014, keluarga korban hadir di pengadilan dan bersedia memberikan maaf secara tertulis tanpa meminta uang diyat sepeser pun.

Kesempatan Kedua

Fadhly menyadari dengan mendekati keluarga korban dan mencari pemaafan dari mereka, itu sama saja dengan membela tindak para pembunuh salah satu anggota keluarga korban. Tetapi, dia melihat kelima warga Banjar itu tak bermaksud membunuh Zubair.

Kelimanya mengaku kesal karena Zubair kerap menggoda istri salah satu dari mereka. Belum lagi, Zubair kerap meminta uang dan mengancam akan mengadukan mereka ke petugas imigrasi. Sebab, dari enam warga Banjar itu yang memiliki visa resmi bekerja hanya dua orang. Sementara, sisanya menggunakan visa umrah.

"Melalui kejadian ini, saya hanya ingin memberikan kesempatan kedua kepada mereka untuk mengubah diri dan bertobat dari perbuatan ini. Saya kerap mengatakan, orang Indonesia tak semua bersikap seperti enam warga Banjar itu," tutur Fadhly.

Akhirnya kata maaf baru diberikan usai berjuang selama delapan tahun mendekati keluarga korban. "Saya turut bersimpati, berempati dan tak membenarkan perbuatan mereka. Namun, pemerintah tentu ingin memberikan perlindungan yang terbaik bagi warganya," kata Fadhly, menambahkan.

Keenam warga Banjar itu akhirnya tiba di Tanah Air pada Rabu sore kemarin dan hari ini diantar menuju ke Kalimatan Selatan.






Credit   VIVA.co.id


Rabu, 03 Juni 2015

4 Fakta Unik Candi Borobudur


CB, Jakarta - Di antara sendu cahaya purnama, ribuan lampion bakal diterbangkan ke langit Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, malam ini. Lampion-lampion yang menggantung di langit itu adalah pertanda berakhirnya prosesi Waisak, hari raya agama Buddha.

Candi yang dibangun pada masa Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra pada 824 Masehi ini memang menjadi tempat perayaan Waisak setiap tahunnya. Sebelum menerbangkan lampion, para biksu bersama umat Buddha membawa api dharma dan air berkah dari Candi Mendut ke Borobudur.

Doa-doa lalu dilantunkan hingga saatnya para biksu mengelilingi Borobudur sebanyak 3 kali atau pradaksina.

Namun tak cuma saat Waisak Borobudur menjadi pusat perhatian. Apalagi masih banyak fakta tersembunyi di balik kesohoran candi terbesar di dunia itu.

Berikut sederet fakta mengagumkan tentang Candi Borobudur yang dihimpun Liputan6.com pada Selasa (2/6/2015):


Misteri Nama Borobudur

Gubernur Jenderal Britania Raya, Thomas Stamford Raffles yang berjasa mengarahkan perhatian dunia pada susunan batu bergambar yang tersebar di daerah Kedu -- lokasi Borobudur menurut legenda Jawa. Hingga batu-batu yang sebagian besar telah terkubur di bawah gundukan tanah dan ditumbuhi semak belukar itu kemudian digali pada 1814.

Dia lantas menuliskan laporan temuannya itu lewat buku The History of Java pada 1817. Dan lewat buku itu pula nama Borobudur pertama kali dituliskan.

Tak banyak yang diketahui tentang asal-usul nama tersebut. Hingga kini pun masih misterius. Namun situs Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat, pada zaman dahulu di sekitar Candi Borobudur tumbuh subur pohon budur. Budur diartikan sebagai pohon bodhi atau pohon kehidupan.

Di samping itu, Raffles juga disebut memiliki 3 versi arti dari nama Borobudur. Yakni, budur yang kuno (Boro= kuno, budur= nama tempat), lalu Sang Buddha yang agung (Boro= agung, budur= Buddha), dan Buddha yang banyak (Boro= banyak, budur= Buddha)

Sementara ahli Jawa Kuno, Poerbatjaraka disebutkan memiliki pendapat lain tentang arti nama Borobudur. Menurut dia, Borobudur berasal dari kata biara (tempat suci atau kuil) dan bidur yang berarti tempat tinggi.

Kedua kata itu bermakna kuil di tempat yang tinggi. Atau biara di Budur (Budur=nama tempat/desa).


 Disebut dalam Kitab Nagarakertagama

Nama Borobudur juga disebut dalam kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca 1365 Masehi. Dalam kitab itu diceritakan tentang adanya bangunan suci agama Buddha dari aliran Wajradhara yang disebut sebagai budur.

Laman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud menyebutkan, sampai saat ini kata budur hanya dipakai oleh masyarakat pedesaan yang bertempat tinggal di wilayah Borobudur.

Karena itu kata budur yang disebut dalam kitab Negarakertagama diperkirakan adalah Candi Borobudur.

Nagarakertagama bercerita tentang kehidupan pada zaman Kerajaan Majapahit. Kitab yang ditulis di atas pelepah lontar itu sendiri kini telah diakui oleh Badan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB atau UNESCO sebagai warisan dokumenter ingatan dunia (Memory of the World).


Mengapa Ditinggalkan?

Hingga saat ini belum ada yang bisa menjawab alasan mengapa Borobudur ditinggalkan hingga akhirnya terkubur dalam tanah sebelum ditemukan kembali oleh Raffles. Sebagian menduga, candi tersebut ditinggalkan karena bencana letusan Gunung Merapi.

Borobudur memang terletak di lokasi istimewa. Diapit 2 pasang gunung, Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur serta Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara. Juga Pegunungan Menoreh di sebelah selatan. Selain itu Borobudur juga terletak di antara 2 sungai, Progo dan Elo.

Pun begitu dengan asal batu-batu besar penyusun Borobudur yang masih misterius. Tak diketahui pasti dari mana batu tersebut didapatkan.


Danau Purba
Seniman dan pakar arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp mengajukan teori kontroversial pada 1931. Dia menyebut, daratan Kedu dulunya adalah sebuah danau purba.
Menurut dia, Borobudur merupakan perlambang bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau. Saat itu, hipotesa ini menjadi perdebatan hangat di kalangan para ilmuwan.
Sementara Van Bemmelen dalam bukunya The Geology of Indonesia menyebutkan, batu-batuan hasil letusan besar pada 1006 telah menutupi danau di Borobudur hingga menjadi kering. Material vulkanik itu pula yang diduga menutupi candi tersebut hingga dilupakan sebelum ditemukan kembali.
Namun masih diperlukan penelitian-penelitian lebih mendalam untuk menguak misteri di balik Candi Borobudur tersebut.



Credit  Liputan6.com


Gus Dur Diusulkan Jadi Wali ke-10

Kata-kata yang diucapkan Gus Dur sering menjadi kenyataan.

Gus Dur Diusulkan Jadi Wali ke-10
Makam Abdurahman Wahid (Gusdur) di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang (VIVA/Dody Handoko)
 
CB - Di pemakaman mantan Presiden Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, di komplek Pesantren Tebu Ireng Jombang, Jatim, terdengar banyak peziarah yang menambah kalimat tahlil sambil menangis, "Laa ilaaha illallah, Muhammadurrasulullah, Gus Dur waliyullaah," (Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah, dan Gus Dur adalah wali Allah).

Meski banyak yang tidak percaya, banyak juga yang percaya bahwa Gus Dur adalah seorang wali, yakni, manusia yang oleh Allah diberi kemampuan khusus untuk mengetahui dan mengantisipasi hal-hal yang belum terjadi.

Selama ini, masyarakat jawa mengenal Wali Sanga, atau wali sembilan di tanah Jawa. Kini, ada usulan almarhum mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid, alias Gus Dur dinobatkan sebagai wali ke-10.

Usulan itu datang dari mantan juru bicara kepresidenan, saat Gus Dur menjadi Presiden, Yahya C. Staquf. Pernyataan Yahya ini disampaikan,  ketika ditemui di rumahnya yang di Jl. Bisri Mustofa, Kota Rembang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Gus Dur bagi banyak warga Nahdliyyin adalah "wali", sekaligus "orang suci" sejak waktu yang sudah cukup lama, ketika ia masih hidup. Banyak hal berkaitan dengan gaya hidup, pernyataan, dan tindakan Gus Dur sehari-hari yang bagi kalangan masyarakat tertentu sangat kontroversial, nyleneh , dan sulit dipahami; namun bagi banyak warga Nahdliyyin justru merupakan pertanda ‘kewalian’ Gus Dur.

Bagi banyak warga Nahdliyyin, seorang wali sederhananya tidak bisa dipahami dengan logika lurus, atau menggunakan pandangan dan indrawi kasat mata belaka. Ketika meninggal namanya pun semakin harum.

Yahya melihat, kecintaan umat yang begitu besar pada Alm. Gus Dur terlihat dari ribuan peziarah yang mengunjungi makam Gus Dur. ”Orang-orang yang berziarah ke makam Walisongo pasti menyempatkan untuk berziarah juga ke makam Gus Dur di Jombang. Malah justru sekarang terbalik ke makam Gus Dur dulu, baru pulangnya ziarah ke wali yang lain,” ujar Yahya.

Yahya mengungkapkan, peziarah yang datang ke makan Gus Dur banyak yang menangis. Mereka bukan hanya warga biasa. Banyak orang berpendidikan yang melakukan hal sama.

"Banyak yang menangis itu bukan orang biasa, tetapi ada yang bergelar doktor," ujar Yahya.

 Setiap hari banyak pelayat yang sangat antusias yang tidak hanya sekadar melayat dan membacakan tahlil buat almarhum, tetapi juga mengambil bunga-bunga dan tanah yang ada di pemakaman Gus Dur, yang mereka percayai mengandung berkah.
Bahkan, ada pelayat yang mencium kuburan, agar mendapat berkah dari mendiang Gus Dur.

Gus Dur juga bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan bidang apa saja, padahal Gus Dur tidak pernah mempelajarinya. Maka banyak orang menganggap Gus Dur mempunyai ilmu Ladunni, yaitu ilmu yang langsung diajarkan oleh Allah Diceritakan bahwa Gus Dur menguasai tujuh bahasa dunia.

"Kata–kata yang diucapkan Gus Dur, juga sering menjadi kenyataan," kataYahya.

Menurut Yahya, kekuatan fisik Gus Dur juga luar biasa, padahal telah kena stroke. Serangan stroke Gus Dur dialami suatu hari di kamar mandi kantor PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) di Kramat Raya, Jakarta. Pintu kamar mandi itu tak kunjung terbuka. Kamar mandi itu terkunci dari dalam dan Gus Dur berada di dalamnya.

Orang-orang meng­gedor-gedor pintu, tak ada sahutan. Ketika akhirnya pintu itu dijebol, orang mendapati Gus Dur tergeletak bersimbah darah muntahannya. "Itulah strokenya yang pertama dan paling dahsyat yang sungguh-sungguh merenggut kedigdayaan fisiknya," kata Yahya.


Credit  VIVA.co.id


Rabu, 20 Mei 2015

Katak Indonesiensis, Simbol Kebangkitan Nasional Indonesia


Katak Indonesiensis, Simbol Kebangkitan Nasional Indonesia
Amir Hamidy/Zootaxa
Spesimen Rhacoporus indonesiensis jantan dan betina. Gambar menunjukkan warna katak yang terlihat pada malam hari. 
 
CB - Tahun 2003, lewat survei keanekaragaman amfibi dan reptil, peneliti katak Indonesia mengoleksi katak unik. Jenis itu punya titik-titik hitam di bagian ventral tangan dan selaput kakinya.
Dua tahun kemudian ketika mengadakan penelitian di Sungai Durian, Sumatera Barat, peneliti kembali menemukan jenis itu. Tim peneliti lalu mengoleksi dan membawa katak itu ke Museum Zoologi Bogor, sementara menamainya Rhacophorus sp.
Terakhir, pada tahun 2011, seorang bernama Mediansyah mengoleksi katak dengan penampakan yang sama dari wilayah Jambi, sekitar 50 kilometer timur laut Sungai Durian. Semua spesimen dikirim juga ke Museum Zoologi Bogor.
Sekian lama tak disentuh, dua herpetolog Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy dan Hellen Kurniati akhirnya mulai meneliti katak itu beberapa waktu lalu. Mereka mengungkap bahwa katak itu sebenarnya adalah jenis baru.
"Katak ini merupakan kelompok katak pohon yang tidak memiliki gigi Vomer," ungkap Amir. Gigi vomer merupakan sepasang gigi yang ada pada langit rahang atas katak. Katak umumnya punya gigi vomer tetapi jenis ini tidak. Absennya gigi vomer diduga terkait jenis mangsanya.
"Katak jenis baru ini juga memiliki totol warna hitam di bagian ventral tangan, kaki, dan selaput (webbing) renang," imbuh Amir menjelaskan perbedaan lain katak tersebut lewat email kepada Kompas.com, Senin (18/5/2015).
Amir memutuskan untuk menamai katak itu dengan nama negara Republik Indonesia. Nama jenis katak itu dengan demikian menjadi Rhacoporus indonesiensis. Rhacoporus merujuk pada nama genus katak yang punya jari panjang dan selaput kaki.

Simbol Kebangkitan Nasional
Amir menuturkan, membawa nama Indonesia, katak itu adalah persembahan peneliti katak pada Hari Kebangkitan Nasional yang akan jatuh pada 20 Mei besok. Hasil riset katak itu, kata Amir, bisa menjadi "tonggak kebangkitan ilmuwan Indonesia."
"Dalam ilmu dasar seperti taksonomi biasanya didominasi oleh ilmuan dari negara negara maju, walaupun objek risetnya (biodiversity) lebih melimpah di negara berkembang," ungkap Amir.
Brasil sebagai negara yang juga kaya keanekaragaman hayati telah memulai meningkatkan peran ilmuwannya. Indonesia diharapkan bisa mengikuti langkah yang telah ditempuh Brasil. Temuan R indonesiensis diharapkan juga bisa memicu riset dan temuan tentang potensinya.
Permasalahan yang banyak mengancam R indonesiensis dan jenis katak lainnya adalah konversi habitat. Banyak hutan di Sumatera diubah menjadi lahan perkebnunan kelapa sawit. Riset ini dipublikasikan di jurnal Zootaxa pada 14 April 2015.



Credit   TRIBUN-MEDAN.com




Rabu, 13 Mei 2015

Adik Sri Sultan: GKR Pembayun Jadi Putri Mahkota, Ini Bencana Silsilah

Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun
Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun (wikipedia) 

Yogyakarta  (CB) - Adik tiri Sri Sultan HB X, GBPH Prabukusumo mengaku sudah bertemu dengan Sri Sultan pekan lalu. Menurut Prabukusumo, Sultan menjawab bahwa apa yang diucapkan dan dilakukan tersebut adalah perintah Allah SWT. Bahkan Sultan meminta adik-adiknya untuk bisa mengerti, karena itu adalah kehendak Tuhan. Mendengar jawaban itu, ujar Prabukusumo, dirinya dan 10 adik-adiknya tidak bisa menerima, sebab jawaban Sri Sultan sulit diterima nalar.
"Kepada adik-adiknya yang mempertahankan kebenaran paugeran, beliau berkata begitu. Sekarang terserah masyarakat memaknai ucapan dan tindakan Ngarso Dalem (Sri Sultan-red)," kata Prabukusumo.
Menambahkan pendapat kakaknya, GBPH Yudhaningrat menyatakan bahwa 11 adik Sultan telah menyatakan sikap menentang Sabdaraja dan Dawuh Raja yang dikeluarkan Sultan Hamengku Buwono X.
Ke-11 Pangeran tersebut berasal dari tiga istri Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Putra KRAy Ciptamurti (istri ke-4) antara lain GBPH Pakuningrat, GBPH Cakraningrat, GBPH Suryodiningrat, GBPH Suryomataram, GBPH Hadinegoro, GBPH Suryonegoro. Dari istri ke-3, KRAy Hastungkara antara lain, GBPH Condrodiningrat, GBPH Yudhaningrat, GBPH Prabukusumo.
Sedangkan dari istri pertama, KRAy Pintoku Purnomo yaitu GBPH Hadisuryo, dan dari istri kedua, KRAy Windyaningrum adalah KGPH Hadiwinoto, adik kandung HB X. Yudhaningrat juga menyebutkan, pengangkatan GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi yang adalah putri mahkota, akan memutus silsilah Hamengku Buwono. Jika ada perubahan gelar dan perubahan silsilah dari keturunan bukan laki-laki, maka silsilah tersebut akan terputus dan hilang.
“Ini bencana bagi silsilahnya. Silsilahnya akan menurunkan putra-putra GKR Mangkubumi, silsilah Hamengku Buwono akan hilang. Sebab kita ini  patriarki bukan matriarki. Kami para adik berupaya mengingatkan pada Sultan HB X untuk kembali menghayati amanat leluhur, supaya beliau sadar bahwa langkahnya salah,” ujar Yudhaningrat.
Sementara itu, pengamat politik UGM Bayu Dardias Kurniawan mengatakan, alasan mendasar mengenai adanya penolakan oleh para adik-adik Sultan terhadap Sabdaraja dan Dawuh raja, karena Dawuhraja telah menghilangkan kemampuan Kasultanan Yogyakarta untuk memilih pemimpinnya.
Menurutnya, Sultan sama sekali tidak memberikan alternatif sistem. Sehingga Kasultanan Yogyakarta akan dihadapkan pada krisis mencari pemimpin jika garis laki-laki dihapuskan. Bayu juga menyoroti, Sri Sultan HB X tidak mau secara terbuka mengatakan bahwa GKR Mangkubumi-lah yang akan meneruskan tahtanya.
Kondisi pro dan kontra di internal Kraton Yogyakarta masih akan berlanjut, meski Sri Sultan sudah mengemukakannya secara terbuka. Menurut Bayu adik-adik Sultan berupaya mempertahankan masa lalu, sekaligus masa depan Kasultanan. Sementara, Sultan sendiri menyatakan bahwa sikapnya adalah amanat leluhur yang harus ditaati.



Credit Beritasatu.com



Sri Sultan Jelaskan Pergantian Gelarnya

Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Antara/Agus Nugroho) 


Yogyakarta  (CB) - Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menjelaskan pergantian gelar yang disandangnya yang sebelumnya tercakup dalam isi sabdaraja yang dikeluarkan pada 30 April 2015.
Sri Sultan yang mengenakan kemeja batik duduk bersila didampingi istri, GKR Hemas, menjelaskan ihwal pergantian gelar yang disandangnya di hadapan masyarakat dari berbagai daerah di Dalem Wironegaran yang merupakan kediaman puteri pertamanya, GKR Mangkubumi, Jumat (8/5) sore.
Sultan mengatakan, sejak sabdaraja tersebut dikeluarkan, gelar yang disandangnya berubah menjadi Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Suryaning Mataram Senapati Ing Ngalaga Langgeng Ing Bawono Langgeng, Langgeng Ing Toto Panoto Gomo.
Gelar itu mengubah gelar sebelumnya yakni Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senapati Ing Ngalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping Sedasa Ing Ngayogyakarta Hadiningrat.
Menurut Sultan, pergantian nama itu merupakan dawuh atau perintah dari Allah SWT melalui leluluhurnya. Dengan demikian tidak bisa dibantah, dan hanya bisa menjalankan saja.
"Dawuh itu mendadak. Kewenangan Gusti Allah dan tidak diperbolehkan dibantah," kata dia.
Adapun gelar Buwono menjadi Bawono, dia menjelaskan, Buwono memiliki arti jagat kecil sementara Bawono memiliki arti jagat besar.
"Kalau disebut Buwono daerah, ya Bawono berarti nasional. Kalau Buwono disebut nasional, Bawono berarti internasional," kata dia.
Selanjutnya, perubahan kaping sedasa menjadi kasepuluh adalah untuk menunjukkan urutan. Sebab kaping memiliki arti hitungan tambahan, bukan lir gumanti (urutan).
"Seperti kapisan (pertama), kapindo (kedua), katelu (ketiga), dan seterusnya. Jadi tidak bisa kaping sedoso karena dasarnya lir gumanti," kata dia.
Sementara itu, tambahan Suryaning Mataram menunjukkan berakhirnya perjanjian Ki Ageng Pemanahan dengan Ki Ageng Giring yang merupakan periode mataram lama dari zaman Kerajaan Singasari sampai Kerajaan Pajang. Sementara mulai zaman Kerajaan Mataram dengan Raja Panembahan Senapati hingga Kerajaan Ngayogyakarta saat ini merupakan Mataram baru.
Adapun penggantian Kalifatullah Sayidin diganti Langgeng Ing Toto Panoto Gomo adalah menunjukkan berlanjutnya tatanan agama Allah di jagat.
"Hanya itu yang bisa saya artikan, kalau lebih dari itu nanti jadi ngarang sendiri dan belum tentu benar. Saya hanya sekadar menyampaikan dawuh," kata dia.



Credit   Beritasatu.com

Kamis, 07 Mei 2015

Kecewa pada Sultan, Abdi Dalem Kembalikan Surat Tugas


Dia kecewa karena Sultan menghapus gelar khalifatullah.

Kecewa pada Sultan, Abdi Dalem Kembalikan Surat Tugas
Sri Sultan Hamengku Buwono X (Antara/ Regina Safri)
 
CB - Seorang abdi dalem (orang yang mengabdikan diri kepada keraton dan raja) Keraton Yogyakarta mengembalikan surat kekancingan atau surat penugasan sebagai kawula kepada Kerajaan. Pengembalian itu adalah bentuk pengunduran diri sebagai abdi dalem.
Abdi dalem bernama Kardi itu mengaku kecewa pada Sultan yang menitahkan Sabda Raja yang, di antaranya, menghapus gelar khalifatullah pada nama Raja Yogyakarta. Menurut Kardi, gelar khalifatullah sejatinya bukan sekadar aksesoris, tetapi bermakna pemimpin umat muslim; pemimpin agama, panutan dan pelindung umat dalam menjalankan kehidupan rohani, terutama bagi masyarakat Yogyakarta. Kalau gelar itu dihapus, Raja Yogyakarta tak lagi berkewajiban menjalankan amanat itu.
Kardi, yang bergelar Mas Wedana Nitikartya menyederhanakan Sultan sebagai khalifatullah adalah pengayom umat. "Kalau gelar dihilangkan, siapa lagi yang akan mengayomi kami (rakyat Yogyakarta),” katanya di Yogyakarta, Kamis, 7 Mei 2015.
Dia mengaku secara sukarela mengundurkan diri sebagai abdi dalem dan tak ingin mencampuri internal Keraton. “Namun sebagai abdi dalem, saya kecewa dengan pergantian gelar Sultan. Gelar Sultan tersebut sudah digunakan sejak Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan HB I setelah disahkannya Perjanjian Giyanti,” katanya menjelaskan.
“Penghapusan gelar tersebut, berarti Sultan yang sekarang tidak sah karena namanya tidak sesuai dengan Perjanjian Giyanti.”
Kardi pernah menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Kota Yogyakarta. Dia mendapatkan surat kekancingan dari Sri Sultan Hamengku Buwono X pada 31 Agustus 2011. Dia mengembalikan surat itu kepada perwakilan Keraton, yakni dua adik Sultan, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Cakraningrat dan GBPH Prabukusumo. Kekancingan itu akan diserahkan Cakraningrat kepada Parentah Hageng.
Gusti Cakraningrat mengatakan bahwa Keraton tak bisa menghalangi atau mencegah keinginan Kardi. Pasalnya, menjadi abdi dalem adalah keinginan Kardi, sebagaimana abdi dalem yang lain.
"Menjadi abdi dalem adalah keinginan dan niat dari mereka. Pengabdian yang besar terhadap Keraton dan Raja mereka. Kami tidak bisa menghalangi kenginan mereka," katanya.



Credit  VIVA.co.id

Adik Sultan Mengaku Tak Diundang di Penobatan Putri Mahkota

Mereka mengetahui Sabda Raja setelah dikabari kerabat di Yogya.

Adik Sultan Mengaku Tak Diundang di Penobatan Putri Mahkota
Sri Sultan Hamengku Buwono X (Antara/ Regina Safri)
 
  CB - Enam adik Sri Sultan Hamengku Buwono X yang bermukim di Jakarta mengaku tak diundang saat Raja Yogyakarta mengeluarkan Sabda Raja pertama pada 30 April 2015. Begitu pula saat Sabda Raja kedua pada 5 Mei 2015, yang menobatkan Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi sebagai Putri Mahkota.

Seorang dari adik Sultan, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Suryodiningrat, mengatakan dia dan lima saudaranya yang bermukim di Jakarta baru mengetahui perihal Sabda Raja itu setelah dikabari kerabat yang berada di Yogyakarta.

"Saat Sabda Raja kami tidak tahu, dan kami tidak mendapat undangan. Soal adanya Sabda Raja kami juga dapat kabar dari kangmas-kangmas (para kakak) di Yogyakarta. Itu pun beberapa jam sebelum Sabda Raja dikeluarkan, jadi kami tidak mungkin datang," katanya di rumah di Ndalem Yudhanegaran atau kediaman GBPH Yudhaningrat di Yogyakarta, Kamis, 7 Mei 2015.

Kelima adik Sultan yang menetap di Jakarta itu adalah GBPH Pakuningrat, GBPH Cokroningrat, GBPH Suryomentaram, GBPH Hadinegoro, dan GBPH Suryonegoro. Mereka dan GBPH Suryodiningrat belum menentukan sikap terkait Sabda Raja.

"Kami berenam masih menunggu penjelasan dari Ngarso Dalem (Sultan). Tadi malam kami sudah dapat penjelasan dari saudara dan kerabat yang di Yogya. Jadi terkait sikap, kami belum bisa menentukan. Pada dasarnya kami semua ingin yang terbaik untuk Keraton dan Keistimewaan Yogyakarta," kata Suryodiningrat.

Enam adik Sultan itu dijadwalkan menghadap sang Raja di Keraton pada Kamis sore. Sultan akan memberikan penjelasan kepada mereka terkait Sabda Raja.


 Credit  VIVA.co.id


Sultan: Saya Tahu Sabda Raja akan Jadi Pro Kontra

Dua sabda yang diumumkan Sultan menuai polemik.

Sultan: Saya Tahu Sabda Raja akan Jadi Pro Kontra
Sri Sultan Hamengku Buwono X. (ANTARA/M Agung Rajasa)
 
  CB - Sabda raja yang dikeluarkan Sultan Hamengkubuwono X menjadi polemik di masyarakat Yogyakarta. Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta itu mengaku sudah memprediksi polemik tersebut akan terjadi di masyarakat, termasuk di internal keraton.

"Itu saya sudah tahu, pasti akan menjadi pro dan kontra," kata Sultan, Kamis 7 Mei 2015.

Sultan juga memprediksi akan banyak masyarakat yang meminta klarifikasi atas sabda raja tersebut.

"Bagi saya berbeda ndak masalah. Mulai besok akan ada masyarakat yang meminta klarifikasi terkait sabda raja," ucapnya.

Sultan mengaku sudah mengundang dua kali adik-adiknya untuk mendengar sabda, namun tidak mau datang.

"Bagaimana saya mau menjelaskan dan bagaimana mereka tahu isi sabda raja, sementara isi sabda yang dimuat di media itu salah," ucapnya.

Sultan mengaku akan mengundang lagi adik-adiknya jika sabda raja sudah selesai dibahas.

"Nanti akan kita undang lagi," katanya.

Ia mengaku tidak mau mengomentari terkait adanya pertemuan adik-adiknya untuk membahas masalah sabda raja. Sultan mengaku akan menggelar jumpa pers terkait masalah ini.

"Bagi saya tidak masalah, pro kontra itu biasa. Tapi, yang jelas, saya selama ini menghindari dengan pers, dengan harapan adik-adik saya tidak tahu, dan komentar mereka salah," tuturnya.

Sabda Raja pertama diterbitkan pada 30 April 2015. Sabda Raja itu memuat lima hal, yakni; pertama, penyebutan Buwono diganti menjadi Bawono; kedua, gelar Khalifatullah seperti yang tertulis lengkap dalam gelar Sultan dihilangkan; ketiga, penyebutan kaping sedasa diganti kaping sepuluh; keempat, mengubah perjanjian pendiri Mataram, yakni Ki Ageng Giring dengan Ki Ageng Pemanahan; dan kelima, menyempurnakan keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun.

Titah itu segera disusul Sabda Raja kedua yang dirilis pada 5 Mei 2015. Titah berisi pemberian gelar kepada putri sulung Sultan, Gusti Kanjeng Ratu Pembayun, dengan gelar Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi (selengkapnya ialah Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram).
Credit  VIVA.co.id


Sultan Kritik Balik Adik-adiknya yang Protes Sabda Raja

"Isi sabda yang dimuat di media itu salah."

Sultan Kritik Balik Adik-adiknya yang Protes Sabda Raja
Sri Sultan Hamengku Buwono X (duduk di kursi). (ANTARA)
 
CB - Sri Sultan Hamengku Buwono X mengkritik balik adik-adiknya yang memprotes dua Sabda Raja. Sultan mengaku telah dua kali mengundang adik-adiknya untuk menjelaskan isi titah utama yang dia sabdakan, tetapi tak ada satu pun yang datang.
Sikap menolak hadir itu, kata Sultan, telah menimbulkan kesalahpahaman di kalangan keluarga besar Keraton Yogyakarta. Pasalnya, adik-adik Sultan tak mengetahui persis isi dua Sabda Raja tersebut. Mereka hanya mengetahui isi titah itu dari media massa dan sejauh ini Sultan belum menjelaskan secara detail isi Sabda Raja.
"Bagaimana saya mau menjelaskan dan bagaimana mereka tahu isi Sabda Raja, sementara isi sabda yang dimuat di media itu salah," kata Sultan kepada wartawan di Yogyakarta, Kamis, 7 Mei 2015.
Sultan tak mempermasalahkan pertemuan adik-adiknya yang membahas polemik Sabda Raja. Dia menganggap pro dan kontra itu adalah hal yang wajar. Tetapi pada saatnya nanti Sultan akan menjelaskan secara khusus tentang Sabda Raja itu kepada adik-adiknya.
“Yang jelas, saya selama ini menghindari dengan pers, dengan harapan adik-adik saya tidak tahu (isi Sabda Raja sampai dijelaskan secara langsung), dan komentar mereka salah," katanya menambahkan.
Sultan juga menepis pendapat sebagian kalangan yang menilai Sabda Raja adalah saran dari tokoh spiritual semacam dukun atau paranormal. Sultan secara tegas mengatakan bahwa dia tak pernah meminta saran atau pertimbangan orang luar Keraton, apalagi dukun.
“Saya ini tidak punya dukun,” ujarnya membantah.
Dia hanya mengakui memang mendatangi makam leluhur, terutama tiap akan membuat keputusan penting. Soalnya mendatangi makam leluhur raja-raja Mataram itu adalah perintah ayahnya, Sultan Hamengku Buwono IX, sejak dia kanak-kanak.
“Kami diminta karena beliau (Sultan Hamengku Buwono IX) banyak di Jakarta (sebagai Wakil Presiden Indonesia tahun 1973 sampai 1978). Saya bicara spritual sejak dari dahulu."


 Credit  VIVA.co.id

Selasa, 05 Mei 2015

Kisah di Balik Foto Mengharukan 2 Bocah 'Korban Gempa Nepal'


CB, Hanoi - Jasad-jasad yang dievakuasi, bangunan hancur, dan ekspresi nestapa menjadi gambaran pasca-gempa 7,9 skala Richter di Lembah Kathmandu, Nepal. Dan sebuah foto mengharukan tersebar di dunia maya.

Dalam potret tersebut terlihat 2 anak yang saling berpelukan. Seorang gadis cilik memeluk kakak lelakinya -- mencari perlindungan dari dunia yang asing. Dan, ada ketakutan di wajah bocah lelaki itu...

Siapapun yang menyaksikan niscaya akan terenyuh. Ada rasa sakit yang menyayat hati menyaksikan penderitaan mereka.

Dalam waktu kurang dari 2 minggu, foto tersebut menyebar luas di dunia maya. Lewat Facebook dan Twitter. Sebuah judul dilekatkan padanya: "Two-year-old sister protected by four-year-old brother in Nepal". Gadis cilik berusia 2 tahun dalam perlindungan kakak lelakinya yang baru berusia 4 tahun.

Sejumlah orang yang tersentuh hatinya berusaha mencari dua bersaudara tersebut di antara korban-korban gempa. Penggalangan dana bahkan dilakukan.

Yang tidak mereka ketahui, itu bukanlah foto korban gempa Nepal. Melainkan hasil jepretan kamera hampir 1 dekade lalu di Vietnam utara.

Fotografer Vietnam, Na Son Nguyen mengaku mengambil gambar keduanya. "Aku memotret mereka pada Oktober 2007 di Can Ty, desa terpencil di Provinsi Ha Giang," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Selasa (5/5/2015).

"Kala itu aku sedang melintas di desa itu, dan terkesima melihat 2 bocah Hmong bermain di depan rumah mereka, sementara orangtua keduanya sedang bekerja di ladang."

Hmong adalah kelompok etnis di kawasan pegunungan di China, Vietnam, Laos, dan Thailand.

"Gadis cilik yang mungkin berusia 2 tahun menangis, ia takut pada orang asing. Sementara, kakaknya yang diduga berusia 3 tahun memeluknya, menenangkannya," kata Na Son.

"Keduanya sangat manis, jadi aku cepat-cepat mengabadikan gambar mereka."

Na Son mempublikasikan foto tersebut di blog pribadinya. Dan ia terkejut bukan kepalang saat melihat karyanya itu menyebar di kalangan pengguna Facebook di Vietnam sebagai, '2 yatim piatu yang terlantar'.

"Sejumlah orang bahkan mengarang cerita tentang anak-anak itu. Misalnya bahwa ibu mereka telah meninggal dunia dan sang ayah menelantarkan keduanya," kata Na Song.

Tak berhenti sampai di situ. Na Song geleng-geleng kepala keheranan saat menemukan foto tersebut diberi keterangan "2 yatim piatu asal Burma" atau "korban perang saudara di Suriah". Dan kini giliran dikatkan dengan gempa Nepal.

Na Son telah berusaha memperjelas dan mengklaim hak cipta atas foto tersebut. Namun, tak begitu berhasil.

"Ini mungkin foto yang paling sering disebar di dunia maya. Namun sayang, salah konteks."



Credit  Liputan6.com

Selasa, 14 April 2015

Sumbangan Letusan Tambora bagi Seni Eropa


Sumbangan Letusan Tambora bagi Seni Eropa "Amukan" Tambora, dua abad lalu, menginspirasi pelukis J.M.W. Turner. (CNNIndonesia Internet/NASA Earth Obesrvatory)
 
Jakarta, CB -- Matahari terbenam di mata penduduk Eropa tak pernah berwarna jingga kental. Biasanya langit hanya menggelap, atau sedikit kekuningan. Namun lukisan J.M.W. Turner menunjukkan pemandangan langit yang benar-benar berbeda.

Lihat saja lukisannya yang berjudul Chichester Canal Circa, dirampungkan pada 1828. Di atas kanal dengan perairan tenang sebening kaca itu, ada langit keemasan. Awannya seperti menyimpan sesuatu berwarna kelabu bak polusi.

Lukisannya yang lain lagi, dirampungkan pada tahun-tahun sekitar 1800-an, bernuansa sama. Atmosfernya dipenuhi warna oranye, dengan langit pekat. Kalau pun ada sinar matahari, berkas-berkasnya seperti menembus awan tebal.


Turner bukan melukis imajinasi. Pada tahun-tahun itu, Eropa memang tengah dibekap sesuatu. Ada lapisan seperti atmosfer tambahan di atas langitnya, yang membuat sinar matahari perlu tenaga ekstra untuk menembusnya.

Atmosfer tambahan itu yang membuat Eropa dilanda musim dingin berkepanjangan. Tanahnya lebih mirip es untuk ditanami. Tak heran masyarakat kala itu kelaparan. 1800-an Eropa didera "kiamat kecil". Ratusan ribu orang meninggal karena kelaparan dan kedinginan.

Tahukah Anda, apa penyebabnya?

Yang menjadi inspirasi Turner melukis langit pekat Eropa itu adalah letusan Tambora. Tahun 1815, gunung yang berlokasi di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia itu memuntahkan isi perutnya. Sekitar 60 ribu orang meninggal.

Letusan tambora juga berdampak ke negara-negara lain. Tiongkok gagal panen. Rakyat Perancis sampai harus makan kucing dan tikus.

Namun letusan Tambora dua abad lalu itu juga menyumbangkan ukiran sejarah bagi dunia seni. Selain Turner yang mengabadikan kondisi langit Eropa tanpa musim panas, ada pula sebuah grup rock bernama Rasputina yang memanfaatkannya.

Mengutip Wikipedia, grup itu punya sebuah lagu berjudul 1816, The Year Without A Summer. Lagu itu muncul di album 2007, Oh Perilous World.

Masih ada penyanyi folksong, Pete Sutherland yang menciptakan lagu juga tentang ledakan Tambora. Judulnya 1800 and Froze-to-Death. Lagu itu direkam tahun 2009 untuk album berjudul Thufters and Through-Stones: The Music of Vermont's first 400 Years.

BUkan itu saja. Tahun 1800-an saat Tambora meletus juga digunakan novelis Guillermo del Toro sebagai masa penciptaan vampir. Bersama penulis Amerika, Chuck Hogan tahun 1816 direferensikan sebagai munculnya vampir karena Eropa dirundung kegelapan. Itu tertulis dalam tesis berjudul Why Vampires Never Die.

Kini, usia letusan Tambora dua abad sudah. Masyarakat dan pemerintah Indonesia memeringatinya tidak lagi dengan duka, melainkan suka cita. Berbagai kegiatan seni budaya dan kuliner digelar gegap gempita.


Credit  CNN Indonesia

Kamis, 15 Januari 2015

Menang sesalkan pembuatan karikatur Nabi

Menang sesalkan pembuatan karikatur Nabi
Menteri Agama, Lukman Hakim Saefuddin (ANTARA FOTO/Eric Ireng)
Muslimin Indonesia harus tunjukkan bahwa esensi ajaran Islam adalah memanusiakan manusia, bukan justru menistanya
Jakarta (CB) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan kebebasan pers mestinya dilakukan dengan tetap menghormati keyakinan umat beragama, termasuk umat Muslim yang tidak boleh menggambar wujud fisik Nabi Muhammad SAW, kata Menag melalui release yang dikirim Kamis (15/01) pagi, menyikapi terbitnya Charlie Hebdo edisi Karikatur Nabi.

Menurutnya, kasus terjadinya penembakan atas sejumlah wartawan di Paris haruslah benar-benar menjadi pelajaran semua pihak. Menag meminta peristiwa itu jangan sampai disikapi dengan hal-hal yang malah menimbulkan reaksi balik yang memperkeruh keadaan.

“Reaksi emosional dengan menggalang kekuatan dengan cara membuat karikatur besar-besaran sebagai bentuk dukungan dan wujud simpati atas tewasnya insan media justru bisa  timbulkan reaksi balik yang lebih keras yang sama sekali tak diharapkan,” tulis Menag.

Selain itu, Menag juga meminta semua pihak, khususnya umat Islam, bahwa sebesar apapun kekecewaan dan amarah kita atas penghinaan seseorang terhadap keyakinan kita, tidak lantas membolehkan kita untuk main hakim sendiri dengan tindak kekerasan, apalagi sampai menghilangkan nyawa orang lain.

“Rasulullah SAW mencontohkan saat dihina dan dilecehkan orang kafir, beliau justru mendoakan orang yang menghinanya itu, bukan membalas dengan kekerasan, apalagi membunuhnya,” tulisnya lagi.

Menag mengimbau semua silang sengketa mestinya diselesaikan dengan menempuh jalur hukum di pengadilan. “Itulah cara beradab, bukan  dengan main hakim sendiri, apalagi dengan menumpahkan darah sesama kita,” tegasnya.

Umat Islam Indonesia, imbau Menag, tidak perlu terprovokasi dengan aksi tidak simpatik. “Muslimin Indonesia harus tunjukkan bahwa esensi ajaran Islam adalah memanusiakan manusia, bukan justru menistanya,” jelasnya.


Credit ANTARA News

Rabu, 07 Januari 2015

Di Balik Bantuan Asing Cari AirAsia QZ8501

Tidak semua negara memiliki motif kemanusiaan.

Pesawat amfibi Rusia bantu proses evakuasi AirAsia (Foto: VIVAnews/Ikhwan Yanuar) (VIVAnews/Ikhwan Yanuar)

CB - Dua pesawat Rusia mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, pada Sabtu, 3 Januari 2015. Kementerian Darurat Negeri Beruang Merah itu sengaja mengirimkan dua pesawat untuk membantu Indonesia mengevakuasi jasad dan bangkai AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata pada Minggu, 28 Desember 2014. 

Menurut perwakilan Kementerian Darurat Rusia, Alexander Drobyshevsky, pemerintahnya mengirimkan jet amfibi Beriev (BE)-200 dan Illyushin. Namun, yang digunakan untuk proses evakuasi hanya pesawat amfibi. Selain pesawat, Rusia juga mengirimkan 22 penyelam tangguh, 24 tim penyelamat, satu dokter, dan dua asisten medis.

Menurut Kepala Badan SAR Nasional, Marsekal Madya FHB Soelistyo di kantornya, jet tempur milik Rusia bisa diandalkan untuk menemukan bangkai pesawat tipe Airbus A320-200 itu. Kehadiran BE-200 sudah mencuri perhatian publik sejak awal. Sebab, pesawat tetap bisa mendarat di laut kendati gelombang setinggi 1,5 meter menghalangi proses pencarian. 

Rusia menjadi negara ke-10 yang ikut serta dalam misi kemanusiaan evakuasi AirAsia tujuan Surabaya ke Singapura. Bahkan, mereka tidak mempermasalahkan, walau seteru abadinya, Amerika Serikat, sudah lebih dulu ikut upaya pencarian itu. 

Selain AS, beberapa negara sudah resmi bergabung. Mereka antara lain Singapura, Malaysia, Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Prancis, Jepang, Inggris, Uni Emirat Arab, dan terbaru Tiongkok. Berdasarkan informasi yang diterima VIVAnews Selasa, 6 Januari 2015 dari Kedutaan Besar Tiongkok di Jakarta, Negeri Tirai Bambu mengirimkan satu kapal dan tiga ahli di bidang penerbangan.

"Pagi ini (Selasa) tiga ahli sudah tiba di Bandara Soekarno-Hatta dan seharusnya kini telah menjejakkan kaki di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah," ungkap pejabat Kedubes Tiongkok melalui telepon. 

Sementara itu, kapal yang dikirim bernama "Nan Hai Jiu 101" telah berangkat pada 5 Januari 2015 dan dijadwalkan tiba di perairan Indonesia empat hari kemudian. Total, terdapat 12 negara yang ikut serta membantu Indonesia dalam tim SAR multinasional ini. Walaupun yang mengirimkan alutsista sembilan negara. 

Sisanya membantu dengan mengirimkan tim Disaster Identification Victim (DVI) yang berfungsi mengenali jenazah dan tim untuk menyelidiki isi pembicaraan di kotak hitam. Inggris dan Prancis, termasuk negara yang secara khusus mendatangkan ahli untuk membantu anggota Komisi Nasional dan Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam menyelidiki isi rekaman di kotak hitam. 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Christiawan Nasir, mengatakan, sembilan negara di antaranya telah diberikan izin melintas oleh Pemerintah RI. Untuk itu, mereka legal beroperasi di Indonesia. 

Maka, sejak satu pekan terakhir, wilayah perairan sepanjang Laut Jawa hingga ke Selat Karimata tiba-tiba penuh dengan kapal-kapal asing. Begitu pula dengan wilayah udara. Pihak asing seolah berlomba-lomba membantu Indonesia untuk mengevakuasi jasad dan bangkai pesawat AirAsia QZ8501.

Padahal, sebelumnya, Basarnas secara terbuka hanya meminta bantuan kepada tiga negara yakni Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis. 

Soal banyaknya bantuan asing yang datang menghampiri Indonesia, Bambang mencoba menyikapi secara bijak. 

"Semua yang hadir di daerah operasi itu awal mulanya adalah keinginan mereka untuk membantu kita," ungkap Bambang di kantornya, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa.

Sementara itu, Deputi Bidang Operasi Basarnas, Mayor Jenderal Tatang Zaenudin, menyebut, semua bantuan kapal dan pesawat asing itu dikendalikan langsung oleh institusinya. 

"Saya harus mengendalikan pesawat-pesawat dari negara asing," ungkap Tatang. 

Karena kewajibannya itulah, dia mengaku tidak bisa berlama-lama menyampaikan keterangan pers. Dia mengatakan, Basarnas terus berpacu dengan waktu. 

"Ini permasalahannya berhitung dengan waktu. Pesawat hitungannya detik, kapal hitungannya jam," kata dia. 

Motif Tersembunyi

Namun, apakah bantuan asing itu benar-benar diberikan kepada Indonesia atas dasar solidaritas? Di mata pengajar program studi Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, negara asing tidak sepenuhnya bertujuan membantu Indonesia. Pria yang akrab disapa Reza berpendapat, di balik rasa solidaritas itu, ada motif tersembunyi. 

"Tentu hidup dalam era globalisasi seperti sekarang, semua negara harus bermitra satu sama lain. Tetapi, jujur lautan Indonesia merupakan lokasi yang strategis. Bisa jadi, melalui misi ini mereka ingin pamer kekuatan atau ingin mengeksplorasi laut kita," papar Reza yang dihubungi VIVAnews pada Selasa, 6 Januari 2015. 

Dia menambahkan, melalui misi ini, masing-masing negara seolah-olah ingin menunjukkan alutsista terbaik milik mereka. Dengan begitu, maka secara tidak langsung bisa membuat otoritas pertahanan di Indonesia ngiler dan akhirnya membeli alutsista tersebut. 

Analisis Reza itu seolah menjadi kenyataan ketika Panglima TNI, Jenderal Moeldoko melontarkan pujiannya terhadap kemampuan alutsista milik Negeri Paman Sam. Hari ini, Moeldoko berkesempatan menjajal helikopter Seahawk untuk memantau proses evakuasi korban dan pesawat AirAsia di Landasan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kalteng. Moeldoko juga tidak bisa menyembunyikan kekagumannya ketika berkunjung ke atas kapal militer penghancur, USS Sampson. 

"Kita ngiler lihat alutsista mereka. Ada heli flipper. Luar biasa untuk alutsista kita, terutama TNI AL," ujar Moeldoko. 

Bahkan, dia tidak segan mengungkapkan ketertarikannya untuk melengkapi kekuatan AL Indonesia dengan helikopter tersebut. 

Pesawat Rusia, BE-200, kabarnya juga tengah dilirik oleh Pemerintah Indonesia. Sebab, dapat membantu untuk mengamankan kedaulatan NKRI dari aksi pencurian ikan. 

Sementara itu, motif eksplorasi laut, ungkap Reza, diwujudkan dengan melakukan pemetaan bawah air atau hidrografis. Hal tersebut, menurut analisis Reza, bisa dilakukan ketika AL asing menurunkan perangkat-perangkat di laut dangkal milik Indonesia. 

"Data-data seperti pergeseran arus laut sangat bermanfaat bagi penyelaman AL mereka, misalnya jika mereka ingin mengerahkan kapal selam. Belum lagi di wilayah perairan lokasi jatuhnya pesawat terdapat tiga arus air yakni atas, bawah dan tengah. Hal itu jarang ditemui di tempat lain," ujar Reza. 

Pihak asing juga bisa mempelajari latihan penyelaman, pengerahan kapal dan koordinasi antara Basarnas dengan pihak lain di Indonesia, termasuk TNI. Reza menyimpulkan, misi tersebut layaknya laboratorium bagi pihak asing, karena momentum semacam ini tidak selalu terjadi. 

Menurut pria yang juga kakak Duta Besar RI untuk Kanada itu, idealnya dalam proses evakuasi, Basarnas bekerja sendiri dan tidak didampingi pihak asing. Reza berpendapat, kemampuan Basarnas sudah diakui dunia, bahkan sejak awal pesawat dinyatakan hilang kontak, mereka sudah mengetahui titik lokasinya. 

"Aspek asing bisa membantu dan dinilai lebih netral dalam proses identifikasi jenazah penumpang," ujarnya. 

Bantuan dari negara asing, kata Reza, bisa ditolak tanpa merusak hubungan bilateral kedua negara. Asal, dilakukan sejak awal dan pemimpin nasional bertindak tegas. 

"Kita bisa memberikan laporan perkembangan dan rencana aksi hingga satu bulan kepada pihak asing. Lalu, tunjukkan bagaimana sirkulasi kapal dan pesawat beroperasi setiap hari. Jika ada informasi itu, mereka akan mengerti," kata Reza. 

Siagakan Intel

Namun, Basarnas sudah kadung membuka tangan lebar dan menerima bantuan asing. Lalu, bagaimana cara mencegah pihak asing mengambil keuntungan dari misi ini? Dalam wawancara dengan tvOne pada Minggu lalu, Pangkoops Angkatan Udara, Marsekal Muda, Agus Dwi Putranto, menyebut TNI turut mengawasi seluruh armada asing yang ikut dalam operasi AirAsia. 

Bahkan, Agus menyebut TNI turut mengerahkan intelijen untuk mengawasi semua pergerakan kapal, helikopter dan pesawat negara asing di lokasi pencarian AirAsia. 

"Mereka hanya diperbolehkan beraktivitas di area yang telah ditentukan," tegasnya.

Namun, Reza meragukan kemampuan yang digunakan oleh intelijen TNI. Sebab, rata-rata alutsista yang digunakan oleh asing sudah melampaui alutsista yang digunakan oleh Indonesia. 

"Apakah mereka bisa mengetahui misalnya ketika ada operasi diam yang dilakukan oleh pihak asing yang tengah memasang radar bawah laut dan tidak terdeteksi oleh sonar. Apakah intelijen TNI sanggup untuk mengendalikan mereka?," tanya Reza. 

Oleh sebab itu, dia menyarankan setelah misi evakuasi AirAsia selesai, pemerintah perlu berbenah untuk membangun kemandirian intelijen. 

"Naikkan anggaran Badan Intelijan Negara dan berdayakan institusi tersebut lewat teknologi asli Indonesia," kata Reza memberi saran. 

Kinerja Hebat

Selain rentan disusupi kepentingan asing, menurut Reza, melalui operasi evakuasi AirAsia ini, kinerja Basarnas turut diapreasiasi oleh dunia. Bahkan, Direktur Operasi Armada Ketujuh AL AS, Kapten Laut (Kolonel) Christopher Budde, mengacungi jempol bagi Basarnas. 

"Pemerintah dan Basarnas Indonesia secara luar biasa dan sangat cepat mengorganisasi upaya pencarian pesawat itu, yang melibatkan sejumlah negara," kata Budde yang diwawancarai VIVAnews secara khusus melalui telepon. 

Selain itu, melalui tragedi ini membuktikan bahwa Bangsa Indonesia bisa bersatu ketika dicoba dengan musibah. Momen serupa terlihat ketika Indonesia dilanda tsunami tahun 2004 dan Bom Bali I serta II. 

"Negara bisa mengelola semangat kekeluargaan ini untuk hal-hal lain, misalnya dalam aksi pemberantasan narkoba atau revolusi mental. Sebab, mahal sekali biaya yang dikeluarkan untuk menggerakkan emosi masyarakat," kata dia. 

Seandainya, emosi tersebut bisa dikelola, maka Indonesia ujar Reza, bisa menjadi negara yang maju.


Credit VIVAnews